"Vira tunggu Kakak!" Kata Alno menarik tangan Vira.
"Lepas," kata Vira datar.
"Vira, mengertilah Kakak melakukan ini demi kebaikanmu, tidak semua orang yang terlihat baik itu benar-benar baik Vira. Jadi dengarkan Kakak, dan lakukan saja apa yang Kakak katakan, apa kamu mengerti?" Kata Alno dengan suara yang lembut.
"Lepas, aku mau berangkat," kesal Vira karena sedari tadi, Kakaknya itu masih menahannya.
"Kakak akan mengantarmu," kata Alno menarik tangan Vira menuju ke motor sportnya. Alno pun kemudian melepas tangannya yang sedari tadi memegang tangan adiknya, "Naik sekarang!" Katanya sambil menyodorkan helm. Kemudian Alno pun memakai helmnya sendiri. Melihat Kakaknya yang masih sibuk dengan apa yang dilakukannya, Vira pun menaruh helm yang tadi kakaknya kasih di atas motor itu dan Vira pun berlari.
Sayangnya, dia kalah cepat dari Kakaknya. Alno yang tidak ingin adiknya terlambat pun menggendong Vira seperti membawa karung beras.
"Kakak, turunkan aku! Kakak!" Kata Vira memukul-mukul punggung Alno.
"Tidak akan, jika Kakak turunkan kamu, kamu pasti akan kabur lagi," katanya kemudian menurunkan Vira di samping motornya, sambil memegang tangan Vira dengan satu tangannya sementara tangan yang lain mengambil helm yang ada di atas motor yang tadi Vira letakkan. Hingga Vira tidak bisa berkutik sama sekali.
Kemudian Alno memakaikan helm itu di kepala adiknya dan mengangkatnya agar duduk di boncengannya.
"Kakak, aku bisa sendiri, aku bukan anak kecil!" Protes Vira.
Alno mengabaikan apa yang adiknya katakan, dia kemudian naik di atas motornya.
"Pegangan!" perintahnya.
"Tidak!" Ucap Vira melipat kedua tangannya di depan dada.
"Pegangan Vira, nanti kamu jatuh," perintah Alno lagi tapi sama sekali tidak digubris oleh adiknya. Hingga kemudian Alno langsung saja menjalankan motornya dan membuat Vira spontan langsung berpegangan, tidak bukan hanya berpegangan, lebih tepatnya melingkarkan kedua tangannya di perut Alno, Vira memeluk Alno erat, hingga Alno pun tersenyum merasakan itu. Dan Alno pun mengendarai motor itu dengan kecepatan tinggi membelah jalanan yang kini mulai sepi, karena hari yang sudah semakin siang.
Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya mereka pun sampai di depan sekolah Vira. Alno menghentikan motornya, Vira pun turun dari motor diikuti Alno yang juga ikut turun.
"Kakak mau apa?" Tanyanya.
"Tidak, Kakak hanya ingin memastikan bahwa kamu benar-benar masuk kelas," jawab Alno enteng.
Vira mengacuhkan apa yang Kakaknya tadi katakan, karena dia sudah sangat hafal dengan jawaban Kakaknya itu, jika mengantarnya. Dan anehnya Vira tetap saja menanyakannya, walaupun sudah tahu jawabannya. Vira hendak melepaskan helm, tapi Alno lebih dulu menarik tangannya hingga tubuhnya menabrak dada bidang pria yang ada di hadapannya.
"Kakak!" Kesal Vira yang kaget atas tindakan Kakaknya itu.
"Sini biar Kakak lepaskan," katanya kemudian membantu melepas helm yang ada di kepala Vira.
Setelah terlepas, Alno pun mengecup pipi Vira lalu mengelus lembut kepalanya, "Belajar yang benar," katanya kemudian naik ke atas motor dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju ke kampusnya.
"Wah Kakakmu begitu tampan Vira, kamu beruntung punya Kakak yang sangat menyayangimu," ucap Sisil yang baru saja menghampiri Vira.
Vira hanya memutar bola matanya malas.
"Sudahlah ayo masuk kelas, sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai," Vira mengajak Sisil untuk segera menuju ke kelas mereka.
"Ra!"
"Hmm," Vira hanya menjawab dengan gumaman.
"Vira ayo dong kenalkan sama Kakakmu!" Pinta Sisil dengan tangan yang bergelayut manja padanya.
"Bukannya kau sudah kenal dan kita satu kelas," jawab Vira melepaskan tangan Sisil dan berjalan lebih dulu meninggalkan salah satu sahabatnya itu.
"Vira tunggu!" Teriak Sisil mengejar langkah Vira dan kembali melingkarkan tangannya lagi.
"Sisil lepasin!" Perintah Vira yang merasakan tangan Sisil melingkar dengan erat.
"Kenalkan dulu pada Kakakmu, nanti ku lepaskan," kata Sisil sambil memperlihatkan deretan giginya.
"Jadi kamu mengancamku, lagian kamu sudah mengenalnya Sisil," kesal Vira.
"Bukan Vier, lagian Vier juga sudah memiliki Sheira, tapi Kakakmu yang tadi, yang mengantarmu, ayolah Vira, ya, ya," Sisil mengedipkan matanya berharap Vira memenuhi keinginannya.
"Hmm baiklah, sekarang lepaskan!" Vira menatap Sisil tajam sementara yang ditatap justru tersenyum.
"Terima kasih Vira, kau memang sahabat terbaikku," kata Sisil yang kemudian langsung memeluk Vira.
Vira menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah sahabat yang paling dekat dengannya itu, bukan tidak tahu, Vira sebenarnya tahu jika sahabatnya itu sudah sering curi-curi pandang pada Kakaknya itu, jika Kakaknya mengantar maupun menjemputnya.
"Baiklah Ayo masuk!" Kata Sisil menarik tangan Vira dengan senyuman yang mengembang sempurna.
"Oh ya Vira aku mau ke toilet dulu, kamu duluan ya," Sisil bergegas pergi meninggalkan Vira.
Vira pun berjalan sendiri menuju kelasnya, sampai di depan kelas, ponsel Vira bergetar, Vira melihat ponselnya dan ternyata adalah Alno.
"Nanti pulang Kakak jemput, tunggu Kakak dan jangan kemana-mana, Vier bilang dia akan pergi bersama kekasihnya," begitulah bunyi pesan yang dikirimkan Kakaknya.
"Tidak perlu Kak, aku bisa pulang bersama temanku, jadi Kakak tidak perlu khawatir," Vira mengetikkan pesan balasan.
Dan baru beberapa detik langsung ada centang biru pada pesan yang baru dikirimkannya.
Apa Kakaknya itu terus memperhatikan ponsel, hingga dia dengan kilat kembali mengetik pesan.
"Jangan membantah Vira, ini demi kebaikanmu, Kakak tidak ingin terjadi sesuatu padamu, jadi turuti saja apa yang Kakak katakan," Alno membalas pesan Vira dan kemudian memasukkan ponselnya ke saku celananya.
Melihat itu, mood Vira yang tadi sudah sedikit membaik, kini kembali memburuk hanya karena pesan dari Kakaknya Alno.
"Selalu saja seperti itu, aku sudah besar dan aku juga ingin jalan-jalan dan main seperti teman yang lainnya," balas Vira tapi sepertinya ponsel Alno sudah tidak aktif.
"Kebiasaan," Vira terus saja menggerutu dengan cemberut, menghentakkan kakinya dan melangkah masuk ke dalam kelas. Tapi begitu sampai di dalam kelas tiba-tiba..
"Tuh dia orangnya!" Kata seorang Siswa yang bernama Andre menunjuk ke arahnya membuat Vier dan Ken menoleh bersamaan.
"Aduh pacarku yang cantik, pagi-pagi uda cemberut saja sayang," ucap Andre menggoda Vira yang datang dengan wajah yang ditekuk.
Dan hal itu membuat Andre langsung mendapat jeweran di kedua telinganya hingga memerah, siapa lagi pelakunya jika bukan Ken dan Vier.
"Rasain tuh!" Kata Vira yang senang karena kedua saudaranya itu selalu menolongnya di saat-saat dia membutuhkannya.
"Kok gitu sih Ra, harusnya itu kamu tolong aku," kata Andre dengan wajah memelas.
Vier dan Ken menatap Andre tajam, hingga Andre pun langsung spontan menutup mulutnya dengan kedua tangan, takut akan tatapan keduanya. Dan hal itu membuat, Ken, Vier dan Vira tertawa karena berhasil membungkam mulut Andre.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
posesif Alno
2024-06-26
0
1PM
Diusahin Ya Kak😊
2022-04-07
0
mamahmuda😍😍💜💜💜
up nya yang rutin donk thor penasaran ama ceritanya
2022-04-07
1