"Vira kenapa masih diam di sana? Ayo cepat pulang sekarang!" Alno menoleh kembali ke belakang, saat tidak merasa ada seseorang yang mengikuti langkahnya.
"Tapi Kak..
"Vira, Kakak tidak ingin dibantah," ucap datar Alno.
Akhirnya Vira pun hanya bisa pasrah saja mengikuti langkah kaki Kakaknya. Sesekali Vira menoleh ke belakang, meminta maaf pada Sean, karena tidak jadi pulang bersama pria itu.
Sesampainya dimana mobilnya di parkirkan, Alno membuka pintu samping kemudi.
"Masuk!" Perintah Alno pada adiknya itu.
Vira pun masuk ke dalam mobil seperti apa yang kakaknya perintahkan.
Alno menutup pintu mobil dan berlari ke arah pintu sebelahnya, membuka dan kemudian masuk dan duduk di kursi kemudi.
Alno menghela nafas, melirik adiknya, kemudian dia pun mendekat ke arah adiknya.
Vira yang menyadari itu langsung memundurkan tubuhnya hingga membentur pintu mobil. "A..apa yang akan Kakak lakukan?" Kata Vira gugup.
"Apa yang kamu pikirkan? Kakak hanya memasang sabuk pengaman," kata Alno datar tapi sebenarnya dalam hati tersenyum saat melihat tingkah adiknya yang tadi sempat panik.
"Tidak," jawab Vira cuek, dia kemudian melipat kedua tangannya di depan dada dan memejamkan matanya.
Alno hanya melirik sebentar dan tersenyum kemudian mulai melajukan mobilnya.
Tak lama mobil itu berhenti, Vira yang merasakan mobil tidak jalan, akhirnya membuka matanya, dia tadi hanya memejamkan mata tapi tidak benar-benar tertidur.
"Kenapa berhenti?" Vira menatap Kakaknya yang sedang melepas sabuk pengaman.
"Hmm, Kakak mau beli makanan dulu, Kakak lapar dari siang belum sempat makan," jawab Alno yang kini memandangi adiknya yang cantik itu.
"Kenapa Kakak tidak makan siang? Jika Mama tahu Mama pasti marah, lagian sesibuk apa sih Kakak, hingga makan siang sampai kelewat gitu," Vira jadi kesal saat tahu jika Kakaknya melewatkan makan siang, apalagi Vira sangat tahu bahwa Kakaknya itu punya penyakit magh.
"Tadi ada tambahan kelas mendadak membuat Kakak telat pulang, jadi Kakak buru-buru untuk menjemput kamu, takutnya nanti kamu kelamaan nunggu, ya sudah Kakak mau beli itu dulu, kamu mau tidak?"
"Hmm boleh," jawab Vira.
Mendengar jawaban adiknya Alno pun segera keluar dari mobil dan berjalan menuju pedagang makanan di pinggir jalan.
Vira menatap kepergian Kakaknya, mendengar penjelasan Kakaknya tadi Vira jadi merasa bersalah, Kakaknya seperti demi menjemput dirinya, tapi dia justru kabur meninggalkan Kakaknya.
"Maaf Kak, aku janji lain kali tidak akan seperti itu lagi," gumam Vira sambil melihat Kakaknya yang sedang berbicara dengan penjual makanan.
Sambil menunggu Kakaknya, Vira memainkan ponsel untuk menemaninya. Hingga Vira melihat ponsel Kakaknya yang ternyata tertinggal di sana, Vira pun mengambilnya hendak membuka tapi ternyata di kunci.
Hingga tiba-tiba ponsel itu berdering saat ada di tangannya, membuat Vira terkejut dan refleks melempar ponselnya.
Vira kemudian mengambil ponsel itu, Gea nama orang yang saat ini menghubungi Kakaknya.
"Gea? Siapa dia? Apa mungkin kekasih Kakak? Entahlah," tanya Vira pada dirinya sendiri, kemudian kembali meletakkan ponsel itu di tempat semula.
Tapi setidaknya Vira lega, Kakaknya sudah memiliki kekasih artinya apa yang dibilang Merry tidak benar.
Vira jadi mengingat kejadian saat di kantin tadi, tepatnya saat dia sedang berdua bersama Merry, karena Sisil sedang pergi ke toilet.
"Kok aku ngerasa Kak Alno justru seperti kekasihmu sih Ra daripada Kakakmu, kalian juga terlihat serasi deh," kata Merry pada Vira, untung saja tidak ada Sisil, kalau ada Vira takut Sisil nanti salah paham dengan perkataan Merry, karena Vira tahu jelas jika Sisil menyukai Kak Alno.
"Hussh ngawur kamu kalau ngomong, lagian Kak Alno itu Kakak kandung aku, mungkin kamu melihat kita serasi sebagai Kakak dan adik," jawab Vira atas perkataan yang salah satu sahabatnya itu katakan.
"Lagian ya Ra, aku perhatiin, perhatian dan kasih sayang Kak Alno ke kamu itu beda, seperti perhatian pada kekasihnya buka sama adiknya, coba lihat saja sih Vier, dia kembaran kamu tapi dia biasa-biasa saja kamu mau bagaimana, beda dengan Kak Alno," tambah Merry lagi, membuat Vira diam dan memikirkan perkataan sahabatnya itu.
"Jangan aneh-aneh deh kalau ngomong, aku sama Kak Alno itu Kakak Adik, alias saudara kandung, jadi hal itu tidak akan mungkin terjadi dan itu pasti hanya perasaan kamu saja, udah-udah cepat dimakan makanannya, nanti malah keburu dingin," Vira berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Dan jangan bahas hal ini lagi, apalagi di depan Sisil, kau tahu bukan jika Sisil menyukai Kak Alno," peringat Vira kemudian.
"Ya, ya," Merry pun akhirnya melanjutkan kegiatan makannya.
Vira terdiam, Vira merasa apa yang sahabatnya katakan ada benarnya juga tapi segera beberapa detik kemudian gadis itu menggelengkan kepalanya, dan meyakini bahwa yang dikatakan sahabatnya itu salah dan tidak mungkin akan terjadi.
"Maaf lama," Kata Alno yang baru datang dan langsung membuka pintu mobil, membuat buyar ingatan Vira pada kejadian siang tadi.
"Ah tidak apa-apa, oh ya Kak, tadi ada yang menghubungi Kakak, namanya Gea, siapa dia? Apa kekasih Kakak? Wah Kakak ya, punya kekasih tidak bilang-bilang sama aku, kapan-kapan kenalin dong Kak sama aku," cerocos Vira tanpa henti.
"Gea? Alno mengernyitkan dahi bingung, saat nama itu menghubunginya malam-malam begini, Gea adalah temannya dari SMA dan kini mereka pun berkuliah di tempat yang sama, dengan jurusan yang berbeda.
"Iya, dia pasti kekasih Kakak kan?" Tanya Vira lagi yang penasaran akan sosok yang bernama Gea itu, apalagi disaat gadis menelponnya di jam sekarang ini.
Tanpa menjawab pertanyaan adiknya, Alno langsung mengendarai mobilnya agar segera sampai ke rumah, apalagi dia tadi mendapat pesan dari Vier jika Mama dan Papanya sudah kembali.
Vira hanya mengerucutkan bibirnya saat diabaikan oleh Kakaknya, kemudian menyamankan posisi duduknya dan memejamkan mata karena kemungkinan mereka akan sampai sekitar 10 menit lagi.
"Gea bukan kekasih Kakak, Kakak tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun, karena Kakak akan selalu menjagamu, jika Kakak memiliki kekasih, takutnya seluruh waktu Kakak akan dihabiskan untuk menemani kekasih Kakak, hingga Kakak tidak bisa menghabiskan waktu denganmu lagi," ucap Alno dalam hati sambil menoleh ke arah adiknya.
Setelah itu, Alno kembali fokus mengemudikan mobilnya, hingga kurang lebih 10 menit, mobil pun sampai di pelataran rumah Stevano Anderson.
Alno tersenyum saat mendapati Vira ternyata benar-benar tidur, terdengar nafasnya yang teratur, Alno melepaskan sabuk pengaman yang terpasang di tubuh adiknya, kemudian menatap wajah cantik adiknya itu, menyingkirkan helaian rambut yang menutupi sebagian wajahnya.
"Cantik," gumam Alno sambil tersenyum.
Alno kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah adiknya, tapi tiba-tiba..
Deg
Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
siapa tuch yg deg2an
2024-06-26
0
Rita
merry lbh peka
2024-06-26
0
Nur Aini
semangat Thor, ku tunggu upnya 😊
2022-04-13
1