"Maafkan Kakak, Kakak tahu ini salah, tapi Kakak juga tidak bisa menyangkal perasaan yang hadir di hati Kakak," Alno menatap Vira setelah melepas kecupan di bibir gadis itu sambil mengelus wajah cantik Adiknya.
"Kakak harus bagaimana? Kakak tidak bisa melihatmu bersama ataupun dekat dengan laki-laki lain," tambahnya kemudian dan kembali mencium bibir Vira, dan kali ini cukup lama.
Vira hanya menggeliat lalu tertidur lagi, gadis itu tampak tidak terusik sama sekali.
"Good night sayang, nice dream," Alno mengecup kening Adiknya, menyelimutinya kemudian melangkah, menutup pintu perlahan dan segera bergegas meninggalkan adiknya agar tidak melakukan hal yang lebih jauh.
Alno lalu menuruni satu persatu anak tangga untuk turun ke lantai bawah menunggu Papa dan Mamanya pulang, setelah tadi lebih dulu mengecek adiknya Vian.
"Papa baru pulang?" Tanya Alno begitu melihat Papanya masuk ke dalam rumah dengan menggendong Zeline.
"Hmm iya, tadi mampir dulu beli sesuatu," jawab Stevano.
"Biar Alno saja Pa," kata Alno mengambil alih tubuh Zeline dari gendongan Papanya.
"Yang lain mana Pa?" Tanya Alno yang tidak melihat Mama dan adiknya Vier.
"Mereka masih di luar, bentar lagi juga masuk," kata Stevano berjalan di samping putranya yang sedang menggendong Zeline.
"Vira sama Vian kemana? Kok sepi?" Tanya Stevano mengedarkan pandangannya mencari keberadaan anak-anaknya.
Mereka berdua sudah tidur Pa," jawab Alno.
"Ya sudah, Alno bawa Zeline ke kamarnya dulu," kata Alno yang kemudian menaiki anak tangga menuju kamar adik bungsunya setelah mendapat anggukan dari Papanya.
"Sayang, Zeline mana? Kamu sudah membawa ke kamarnya?" Tanya Jasmine yang baru masuk dan melihat Suaminya hanya sendiri di sana.
"Tadi Alno yang membawa Zeline ke kamarnya," Stevano menoleh, menatap istrinya dengan senyum manisnya.
Stevano merangkul istrinya dan membawanya untuk duduk di sofa di ruang keluarga.
Tak lama Vier datang membawa kantong plastik berwarna putih lalu membawa ke dapur kemudian ikut bergabung dengan kedua orang tuanya. Saat Vier sampai di ruang keluarga Kakaknya sudah lebih dulu disana dan terlihat sedang mengobrol bersama Papa dan Mamanya.
"Kok cuma bertiga yang lain kemana?" Vier kemudian duduk di samping Kakaknya.
"Sudah tidur," jawab Alno singkat kemudian mengambil ponsel yang ada di saku celana dan memainkannya.
"Vira?" Vier menanyakan saudara kembarnya itu.
"Tidur juga."
"Oh, tumben sekali dia bisa tidur siang," jawab Vier yang kemudian menyandarkan tubuhnya, sedikit miring mengintip apa yang ada di ponsel Kakaknya hingga membuat Kakaknya itu hanya fokus pada ponsel.
Alno mendorong tubuh Vier pelan, menutup ponselnya segera dan menaruhnya di atas paha, saat dirinya tahu bahwa saat ini Vier sedang mencoba mengintip apa yang sedang dia lakukan.
"Siapa Kak? Pacar Kakak?" Tanya Vier yang sekilas melihat foto seorang gadis di ponsel Kakaknya, sayangnya Vier tidak bisa melihatnya dengan jelas, kalau melihat Vier pasti akan mencari tahu tentang gadis itu, gadis yang berhasil mendekati Kakaknya Alno yang orangnya sangat cuek.
Stevano dan Jasmine saling tatap kemudian memandang kedua putranya, mereka sebenarnya juga merasa penasaran tentang putra pertamanya itu yang sangat tertutup terutama soal asmara.
"Bukan siapa-siapa, sembarangan saja kalau bicara," jawab Alno mengelak dari pertanyaan adiknya.
"Tapi dari mata Kakak itu jelas banget kelihatan, mata Kakak berbinar saat tadi menatap foto itu, ayolah Kak jujur saja, kalau Kakak tidak mau memperkenalkannya sekarang tidak apa-apa, aku tidak akan memaksa asal Kakak jawab pertanyaanku dengan jujur. Sekarang aku mau tanya, Kakak sudah punya kekasih?" Tanya Vier lagi yang masih diliputi rasa penasaran.
"Belum," jawab Alno singkat.
"Yakin?" Tanya Vier memastikan.
"Kamu sebenarnya mau jawaban apa? Aku sudah jujur tapi kalau kamu tidak yakin dengan jawaban Kakak ya sudah, Kakak juga tidak akan memaksa kamu percaya atau tidak," jawab Alno kemudian langsung bangun dari duduknya, Alno malas jika sudah menjawab tentang pertanyaan seputar kekasih.
"Lebih baik seperti ini, daripada kalian kenyataannya, kalian pasti akan terkejut, dan mungkin Mama dan Papa juga akan memisahkan aku dan Vira, aku tidak mau itu, tidak apa-apa jika aku hanya bisa menjaganya. Karena aku tahu tidak pantas seorang Kakak mencintai adik kandungnya sendiri, makanya lebih baik aku diam hingga kalian tidak pernah tahu perasaanku yang sesungguhnya," ucap Alno dalam hati, menatap satu persatu orang-orang yang disayanginya itu.
Sampai saat ini, Alno mengira bahwa dia anak kandung Jasmine dan Stevano, saat dirinya diangkat menjadi anak mereka, usia Alno masih kecil, ditambah Stevano dan Jasmine menyayanginya layaknya anak kandungnya sendiri, tidak pernah membedakan yang satu dengan yang lainnya. Bahkan Stevano dan Jasmine juga tidak pernah mengungkit siapa Alno sebenarnya, baik keduanya maupun keluarga besarnya memang sengaja menutup rapat semua itu, karena bagi mereka walaupun darah mereka tidak mengalir di tubuh Alno, tapi kasih sayang mereka semua terhadap Alno tidak perlu diragukan lagi, mereka benar-benar tulus menyayangi pria yang sekarang berusia 20 tahun itu.
"Ma, Pa, Alno pergi dulu," pamitnya setelah tadi mendapat pesan. Dan hal itu bisa dia jadikan alasan agar dia bisa menghindar dari introgasi adiknya. Karena jujur saja Alno sangat malas menanggapi pertanyaan adiknya yang hanya membahas itu-itu saja, dari rumah Kakek dan Neneknya bahkan sekarang sampai rumah, mengingat itu Alno hanya mendengus kesal.
"Hah, iYa, hati-hati sayang," jawab Jasmine dan Stevano hanya memberikan anggukan tanda dirinya setuju.
"Tuh pasti tadi dari ceweknya deh," ucap Vier setelah Kakaknya sudah hilang dari balik pintu.
"Menurut kamu Kak Alno punya pacar?" Tanya Jasmine pada Vier karena dirinya benar-benar penasaran.
Anak pertamanya itu benar-benar sulit ditebak, tidak ada yang tahu jalan pikirannya. Tapi Jasmine memang merasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya tentang anak pertamanya itu, perhatiannya pada sang adik benar-benar berbeda di mata Jasmine.
"Mama bisa melihat dengan jelas, Kak Alno tadi pergi setelah menerima pesan, mungkin saja itu kekasihnya, soalnya tadi Vier juga tidak sengaja, melihat Kak Alno sedang memandangi foto seorang gadis, tapi entahlah siapa gadis itu, karena Vier hanya melihat sekilas," cerita Vier yang terlihat menggebu-gebu.
"Tapi sayang, bisa saja itu temannya, kenapa kamu seyakin itu jika yang mengirimnya pesan adalah pacar Kak Alno?" Tanya Jasmine yang kurang suka saat Vier mengatakan Alno langsung pergi karena mendapat pesan dari pacarnya. Jasmine rasanya tidak rela mendengar hal itu.
"Ma, apa Kak Alno selama ini terlihat punya teman? Bahkan jika itu teman, Kakak Alno pasti tidak akan langsung pergi begitu saja, beda jika itu dengan kekasihnya," jelas Vier tentang pendapatnya
"Jika kamu pasti seperti itu," ucap Stevano yang sedari tadi hanya menyimak percakapan anak dan istrinya.
Vier hanya nyengir kuda, saat Papanya mengatakan sebuah kalimat hanya untuk menyindirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
skak mat
2024-06-26
0