"Makasih Kak," setelah hanya tinggal berdua Vira mengucapkan terima kasih pada Kakaknya karena telah membantunya.
Papa dan Mamanya sudah berpamitan pada mereka ingin istirahat dahulu sekitar lima menit yang lalu, sedangkan Vier meninggalkan tempat setelah tadi menghabiskan makanan milik Alno, berujung Vira berbagi makanannya dengan Alno.
Vira tidak tahu jika Kakaknya tadi tidak membantunya, mungkin Papanya akan memarahinya, Vira berjanji dalam hati untuk tidak seperti itu lagi.
"Lain kali Kakak tidak akan membantumu," ucap Alno kemudian meninggalkan Vira sendirian di ruang makan, dan berlalu menuju ke kamarnya.
"Ya aku tahu, dan aku tetap berterima kasih, karenamu Ayah tidak marah padaku," kata Vira pelan sambil menatap kepergian Kakaknya itu.
Semantara di dalam sebuah kamar yang hanya diterangi oleh lampu tidur, sepasang suami istri tengah membicarakan tentang anak-anak mereka.
"Sayang kau yakin, Alno hanya menyayangi Vira sebagai adik?" Tanya Jasmine sedikit mendongak agar bisa menatap wajah suaminya yang kini tidur dengan lengannya yang terulur ke samping sebagai bantalan Jasmine.
"Entahlah, aku sendiri tidak begitu yakin," jawab Stevano yang mengelus-elus rambut istrinya yang panjang.
"Iya kan? Kau bahkan tadi lihat sendiri bagaimana Alno melindungi Vira, agar kamu tidak memarahinya," jawab Jasmine sambil membuat pola abstrak di d*d* suaminya dengan jari telunjuknya.
"Ya, aku melihatnya sendiri," jawab Stevano yang memang tahu sebenarnya apa yang terjadi, karena memang Stevano menempatkan satu pengawal untuk mengawasi Putrinya yang sudah mulai beranjak dewasa itu. Dia ingin memastikan bahwa Putrinya selalu aman dan baik-baik saja.
Setelah menjawab pertanyaan istrinya, Stevano kemudian menangkap jari mungil sang istri, agar menghentikan apa yang dia lakukan saat ini.
Jasmine kembali mendongak, "Kenapa?" Tanya Jasmine yang tidak menyadari bahwa tindakannya mungkin saja bisa mengganggu macan yang sedang tidur.
"Sayang apa kau sengaja ingin menggodaku," kata Stevano dengan suara paraunya.
"Tidak, siapa juga yang menggodamu? Sudah tua juga," kata Jasmine berkilah bahkan dirinya kini memanyunkan bibirnya karena tidak terima, Jasmine dibilang menggoda suaminya.
"Tapi kau benar-benar menggodaku sayang?" Kata Stevano menghirup wangi rambut sang istri.
"Sungguh sayang, aku tidak meng.." ucapan Jasmine terhenti, saat dirinya menyadari sesuatu. "Maaf," cicitnya saat dirinya tahu apa yang Suaminya maksud.
Tak lama bibir Stevano sudah mendarat di bibir istrinya.
***
"Pagi sayang," sapa Jasmine pada Putrinya yang baru saja turun dari lantai atas dimana kamarnya berada.
"Pagi Ma," balas Vira menyapa Mamanya yang sedang berkutat dengan alat-alat dapur.
"Jadi Ma, kita jemput Nenek dan Kakek?" Tanya Vira pada rencana yang sudah disusun tiga hari yang lalu.
"Jadi dong, Mama juga sudah kangen sama si bungsu, adik kamu itu, kalau sudah pergi sama Kakek dan Neneknya kadang sampai lupa sama Mama," kata Jasmine sedikit sedih.
"Kan Mama pernah bilang, biarkan saja dia untuk menemani nenek dan Kakek agar tidak kesepian," Vira mengingatkan Mamanya akan ucapannya tempo hari.
"Iya sih, tapi tetap saja Mama kangen sama dia," lirih Jasmine.
Vira mendekat ke arah Mamanya dan memeluknya erat, "Sudah Mama jangan sedih lagi, kan masih ada Vira, Kak Alno, Vier dan Vian," ucap Vira menghibur Mamanya.
"Ada apa ini, pagi-pagi uda berpelukan seperti itu, tidak ajak-ajak Papa lagi," kata Stevano yang baru saja datang, dengan Kak Alno dan Vier kembarannya.
Tidak perlu bertanya, Vira kini tahu kemana perginya pria pagi ini hingga suasana rumah menjadi sepi.
Rupanya mereka bertiga baru saja selesai jogging, dan mereka meninggalkannya seorang diri.
"Kenapa Papa pergi jogging tidak mengajak Vira?" Tanya Vira kesal.
"Bagaimana diajak kamu tidurnya kayak kebo gitu," bukan Papanya yang menjawab, tapi Kakaknya Alno yang kini membuka lemari es dan mengambil air dingin dari sana kemudian langsung meneguknya.
"Siapa juga yang tanya Kakak, aku tanya sama Papa, bukan begitu Pa?" Vira sengaja membawa-bawa nama Papanya untuk membela dirinya, karena Alno pasti akan menang jika cuma melawan dirinya.
"Pa?" Vira memanggil Papanya lagi tapi tidak ada sahutan hingga dirinya pun menoleh ke arah belakang, dan ternyata Papanya sudah tidak ada disana, bahkan bukan cuma Papanya, Mamanya juga sudah tidak ada disana.
Sementara Vier dan Alno tertawa saat melihat tingkah Vira tadi.
Vira yang ditertawakan, menghentakan kakinya dan hendak kembali ke lantai atas untuk membangunkan Vian adiknya.
Alno hanya menggelengkan kepalanya melihat Vira yang kini berlalu.
"Loh, Viranya kemana?" Tanya Jasmine yang baru kembali lagi ke dapur.
Alno dan Vier yang sedang berbincang dan duduk di ruang makan langsung menoleh saat mendengar suara Mamanya.
"Vira keatas Ma, mau bangunin Vian sepertinya, mungkin sebentar lagi juga turun. Oh ya memang Mama darimana?" Tanya Vier bangun saat melihat Mamanya membawa hasil masakannya untuk ikut membantunya, begitupun dengan Alno.
"Mama dari kamar, biasa nyiapin pakaian untuk Papa kalian, oh ya bagaimana kalian? Apa kalian akan ikut menjemput Kakek dan Nenek, apalagi kalian kan sedang libur, biar ramai gitu, Kakek sama Nenek pasti senang, karena kalian ikut.
Vier dan Alno saling pandang, kemudian keduanya pun menganggukan kepalanya bersamaan.
Jasmine pun tersenyum senang saat melihat anak-anaknya mau ikut pergi bersama mereka menjemput Kakek dan Nenek kemudian mengantarnya ke rumah mereka, rumah tempat Jasmine bermain dulu.
Tak lama Vira datang dengan menggandeng tangan Vian diikuti Stevano yang berjalan di belakang keduanya.
"Mama tahu, dilihat dari jauh saat Mama mengobrol dengan Kak Alno dan Vier, Mama bukan seperti Mama, tapi lebih seperti seorang Kakak," kata Vira yang membuat semua orang menatap ke arahnya.
"Kenapa kalian semua menatapku seperti itu?" Vira yang ditatap seperti itu langsung menyuarakan suaranya.
"Aku tidak salah Kok, maksudnya tidak bicara sembarangan, orang yang tidak mengenal Mama, pasti akan mengira Mama, Kak Alno dan Vier saudaraan," lagi-lagi Vira mengatakan itu tanpa melihat jika aura di belakangnya sudah berubah mencekam.
"Terus bagaimana menurut kamu, tentang Papa, apa Papa juga mirip seperti saudara jika disandingkan dengan Kakak-kakakmu itu?" Tanya Stevano tiba-tiba menoleh ke arah belakang, membuat Vira langsung menoleh, sepertinya dia terkejut dan baru menyadari kalau sedari tadi ternyata Ayahnya ada di belakangnya.
"Tentu saja tidak, Papa yang memang terlihat seperti Papa," jawab Vira polos.
"Sayang!" Jasmine kemudian langsung menghampiri Suaminya yang tampak semakin kesal saat mendengar jawaban Putrinya itu.
Jasmine mengelus lengan Suaminya agar tidak marah atas apa yang Putrinya tadi katakan.
"Sayang, Vira tadi hanya bercanda," ujar Jasmine menenangkan.
"Zavira Anderson!" Suara Stevano terdengar menggelegar di seisi ruangan tersebut saja.
"Tunggu setelah ini kau akan mendapat hukumannya," kata Stevano kemudian berlalu dan duduk di kursinya untuk menikmati sarapan buatan istri tercintanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rita
pp kok g terima dibilang scra g lgsg tua😂😂😂
2024-06-26
0
Rita
ada yg menyala😅😅😅😅
2024-06-26
0
Rita
😅😅😅😅😅
2024-06-26
0