Sang Pengelana
Disebuah lembah berbatu yang terpencil, sekelompok orang hidup dengan damai. Menurut kisah para leluhur mereka, tempat tersebut pernah kejatuhan batu bintang yang sangat besar. Membuat tempat tersebut menjadi gersang. Serta ada bukit yang tidak terlalu tinggi mengelilinginya.
Mereka yang tinggal ditempat itu, dulunya budak dari klan lin yang ditinggakan. Setelah batu bintang habis diambil, mereka tidak kembali ke klan karena merasa nyaman ditempat tersebut.
Sedang klan lin merasa tidak membutuhkan orang orang itu lagi. Sedang melepas status budak menjadi warga biasa sudah menjadi kompensasi yang besar buat mereka.
Lin Dong, seorang tetua kelima di klan lin memperjuangkan kompensasi lebih buat mereka, namun ditolak dan dianggap sebagai pemicu keretakan dalam klan. Dia diberhentikan oleh patriak klan yang sebenarnya masih pamannya sendiri. Setelah itu Lin Dong, istrinya dan empat pengawal setianya memilih meninggalkan klan dan tinggal di lembah batu.
Sedangkan Lin Fan, anak satu satunya dari Lin Dong belum kembali saat kejadian tersebut. Dia menjadi wakil tetua di sekte pedang langit. Salah satu sekte kelas atas di kerajaan han besar. Tingkat persaingan yang ketat dan ambisinya, menyebabkan Lin Fan tidak pernah pulang setelah memasuki sekte tersebut.
Waktu terus berjalan serta tahun demi tahunpun berlalu. Keseharian warga menggantungkan kehidupannya dengan berburu. Selain binatang buas, ada juga tanaman obat yang mereka temukan. Dengan berlalunya sang waktu mereka terus berbenah diri.
Tanaman obat yang ditemukan warga saat berburu, sebagian dibudidayakan oleh Lin Dong dibantu oleh para wanita dan anak anak. Tepian lembah yang sebelumnya hanya rumput liar, kini menjadi kebun tanaman obat. Tetapi area pemukiman warga tetap tandus dan suasana agak panas.
Ditengah pemukiman ada sebuah bangunan besar berdiri. Selain tempat pelatihan juga berfungsi untuk menahan energi panas. Karena ada pancaran energi panas yang ditemukan saat membuka daerah tersebut dan mendirikan pemukiman bagi warga.
Lin Fan yang telah bertahun tahun tidak mengunjungi orang tuanya, juga telah mengetahui kejadian dan keputusan yang diambil ayahnya. Setelah menjadi salah satu tetua sekte dia mengajak dua puluh muridnya untuk mengunjungi desa lembah batu.
Lin Fan dan muridnya yang mendirikan bangunan besar ditengah pemukiman. Awalnya hanya tumpukan batu seluas 12m2. Kemudian didirikan bangunan 100m2 sehingga pancaran energi panas tidak menyebar rumah warga. Sebulan dia membantu desa lembah batu, kemudian kembali ke sekte. Namun lima muridnya ditinggal untuk melatih ilmu beladiri dan tehnik kultivasi pada anak anak ditempat tersebut.
Kelimanya dengan senang hati memberi masukan pada para pemuda bahkan orang tua yang semangat ingin menambah wawasannya. Namun saat malam hari kelimanya tenggelam dalam kultivasinya dibangunan yang baru mereka dirikan.
Enam bulan berlalu. Kelima murid Lin Fan dan warga saling berterima kasih atas manfaat yang diterima masing masing. Semua warga mendapatkan tambahan wawasan pengetahuan. Sedang kelima mendapatkan terobosan dalam kultivasinya.
"Tetua Lin Dong, energi panas dalam bangunan itu, bagus buat kultivasi" ucap seorang murid saat berpamitan.
"ohhhh,,, pantas tiap malam kalian tidak keluar dari situ" ucap Lin Dong.
"hehehe,,, maaf tetua, kami perlu energi yang cukup besar untuk menerobos agar bisa ikut ujian tiga bulan yang akan datang" sahut murid lainnya.
"tidak masalah, saat ini kami yang mendapat lebih banyak manfaat dari kalian" ucap Lin Dong.
"karena waktu kami diluar sekte sudah habis, maka kami pamit" lanjut murid tersebut sambil menghormat pada tetua Lin Dong.
"kalian berhati hatilah dijalan" ucap Lin Dong.
"hati hati tuan"
hati hati kak"
"hati hati" teriakan anak anak dan warga desa.
Minggu berganti bulan. Para pemuda yang sebelumnya hanya berlatih beladiri dan penguatan tubuh, kini sebagian besar mulai berkultivasi. Sumberdaya yang dibutuhkan tergantikan dengan energi dalam bangunan ditengah desa.
Sebelumnya mereka hanya menggunakan ramuan yang direbus untuk penguatan tubuh. Sedangkan tanaman obat yang berharga dijual untuk pembangunan desa dan kebutuhan hidup. Lin Dong yang diminta para warga untuk memimpin desa lembah batu, selalu terbuka dalam segala hal yang menyangkut kepentingan bersama.
Tahun terus berganti, sepuluh tahun telah berlalu dengan damai. Saat pagi keributan dirumah Lin Dong terjadi.
"ayahhhhh"
"ayahhhhh"
Teriakan dan ketukan pintu memecah keheningan pagi buta.
"Fan'errrrrrr" teriakan Lin Dong dan istrinya menggema saat pintu dibuka. Para warga yang terbangun keluar rumah dan mendatangi rumah Lin Dong karena mereka mendengar tangisan suami istri tersebut.
"dibawa masuk rumah dulu tetua" ucap warga. Mereka menggotong Lin Fan yang telah pingsan.
"Pemimpin Dong, ini" ucap warga sambil menyerahkan bungkusan kain.
"bayi,,, ini,,,," ucap istri Lin Dong terbata.
"tunggu Fan'er sadar, cepat siapkan obat obatan" ucap Lin Dong sambil menguatkan hatinya. Beberapa wanita bergegas kekebun dan sebagian keda kedapur.
"yang lain bersihkan bercak darah yang ada, kita belum tahu apa yang terjadi dengan tuan muda" teriak Hutian. Para warga dan pemuda berhamburan menyusuri bercak yang ada.
Hutian adalah seorang pengawal Lin Dong saat masih menjabat tetua klan. Dia dan keluarganya ikut pindah di desa lembah batu. Sedangkan tiga pengawal yang lain disuruh Lin Dong untuk kembali ke kota. Ketiganya diberi modal untuk membuka kedai yang cukup besar. Sementara Hutian dijadikan kepala keamanan desa. Keempatnya mengetahui hal tersebut. Mereka menyadari tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya.
Pagi buta beranjak terang, sang mentari muncul diatas bukit.
"bagaimana hasilnya" tanya Hutian pada para pemuda yang datang.
"kami sudah membersihkan sampai disekitar jurang kabut" jawab seseorang mewakili yang lain.
"baiklah, apapun yang terjadi pada tuan muda jangan sampai ada yang tahu" ucap Hutian.
"siap,,,," jawab para pemuda serempak.
Sementara itu didalam rumah Lin Dong, tubuh Lin Fan masih terbaring pingsan. Dengan luka yang mulai menghitam akibat racun yang menyebar.
"Fan'errrr,,,,, tidakkkkkkkk"
"tuan muda,,,,,," teriakan istri Lin Dong dan para wanita yang sedang menunggu dan merawat Lin Fan.
Tangisan segera pecah, ketika Lin Fan sudah tidak bernafas.
"ohhhh,,,, dia sudah meninggal" guman Lin Dong menekan kesedihan dalam hatinya. Dia lalu menenangkan istrinya dan meminta warga untuk membersihkan dan menyiapkan pemakamannya.
Waktu terus berjalan, pemakaman Lin Fan telah selesai. Senja harinya, para warga masih berkumpul di rumah Lin Dong. Raut kesedihan juga terlihat pada wajah mereka. Meskipun masih sekali bertemu namun sikapnya masih membekas dihati mereka. Juga kebaikan dari kedua orang tuanya yang terus berjuang untuk semua warga membuat mereka ikut merasakan kesedihan suami istri tersebut.
"semua pakaian tuan muda sudah kami bakar dan ini yang ditinggakannya" ucap Hutian sambil menyerahkan kantong penyimpanan pada Lin Dong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
#ayu.kurniaa_
.
2024-07-12
1
Raysonic™
up dunk..
2023-06-01
3
K4k3k 8¤d¤
👍👍👍👍👍
2023-02-23
2