NovelToon NovelToon

Sang Pengelana

DESA LEMBAH BATU

Disebuah lembah berbatu yang terpencil, sekelompok orang hidup dengan damai. Menurut kisah para leluhur mereka, tempat tersebut pernah kejatuhan batu bintang yang sangat besar. Membuat tempat tersebut menjadi gersang. Serta ada bukit yang tidak terlalu tinggi mengelilinginya.

Mereka yang tinggal ditempat itu, dulunya budak dari klan lin yang ditinggakan. Setelah batu bintang habis diambil, mereka tidak kembali ke klan karena merasa nyaman ditempat tersebut.

Sedang klan lin merasa tidak membutuhkan orang orang itu lagi. Sedang melepas status budak menjadi warga biasa sudah menjadi kompensasi yang besar buat mereka.

Lin Dong, seorang tetua kelima di klan lin memperjuangkan kompensasi lebih buat mereka, namun ditolak dan dianggap sebagai pemicu keretakan dalam klan. Dia diberhentikan oleh patriak klan yang sebenarnya masih pamannya sendiri. Setelah itu Lin Dong, istrinya dan empat pengawal setianya memilih meninggalkan klan dan tinggal di lembah batu.

Sedangkan Lin Fan, anak satu satunya dari Lin Dong belum kembali saat kejadian tersebut. Dia menjadi wakil tetua di sekte pedang langit. Salah satu sekte kelas atas di kerajaan han besar. Tingkat persaingan yang ketat dan ambisinya, menyebabkan Lin Fan tidak pernah pulang setelah memasuki sekte tersebut.

Waktu terus berjalan serta tahun demi tahunpun berlalu. Keseharian warga menggantungkan kehidupannya dengan berburu. Selain binatang buas, ada juga tanaman obat yang mereka temukan. Dengan berlalunya sang waktu mereka terus berbenah diri.

Tanaman obat yang ditemukan warga saat berburu, sebagian dibudidayakan oleh Lin Dong dibantu oleh para wanita dan anak anak. Tepian lembah yang sebelumnya hanya rumput liar, kini menjadi kebun tanaman obat. Tetapi area pemukiman warga tetap tandus dan suasana agak panas.

Ditengah pemukiman ada sebuah bangunan besar berdiri. Selain tempat pelatihan juga berfungsi untuk menahan energi panas. Karena ada pancaran energi panas yang ditemukan saat membuka daerah tersebut dan mendirikan pemukiman bagi warga.

Lin Fan yang telah bertahun tahun tidak mengunjungi orang tuanya, juga telah mengetahui kejadian dan keputusan yang diambil ayahnya. Setelah menjadi salah satu tetua sekte dia mengajak dua puluh muridnya untuk mengunjungi desa lembah batu.

Lin Fan dan muridnya yang mendirikan bangunan besar ditengah pemukiman. Awalnya hanya tumpukan batu seluas 12m2. Kemudian didirikan bangunan 100m2 sehingga pancaran energi panas tidak menyebar rumah warga. Sebulan dia membantu desa lembah batu, kemudian kembali ke sekte. Namun lima muridnya ditinggal untuk melatih ilmu beladiri dan tehnik kultivasi pada anak anak ditempat tersebut.

Kelimanya dengan senang hati memberi masukan pada para pemuda bahkan orang tua yang semangat ingin menambah wawasannya. Namun saat malam hari kelimanya tenggelam dalam kultivasinya dibangunan yang baru mereka dirikan.

Enam bulan berlalu. Kelima murid Lin Fan dan warga saling berterima kasih atas manfaat yang diterima masing masing. Semua warga mendapatkan tambahan wawasan pengetahuan. Sedang kelima mendapatkan terobosan dalam kultivasinya.

"Tetua Lin Dong, energi panas dalam bangunan itu, bagus buat kultivasi" ucap seorang murid saat berpamitan.

"ohhhh,,, pantas tiap malam kalian tidak keluar dari situ" ucap Lin Dong.

"hehehe,,, maaf tetua, kami perlu energi yang cukup besar untuk menerobos agar bisa ikut ujian tiga bulan yang akan datang" sahut murid lainnya.

"tidak masalah, saat ini kami yang mendapat lebih banyak manfaat dari kalian" ucap Lin Dong.

"karena waktu kami diluar sekte sudah habis, maka kami pamit" lanjut murid tersebut sambil menghormat pada tetua Lin Dong.

"kalian berhati hatilah dijalan" ucap Lin Dong.

"hati hati tuan"

hati hati kak"

"hati hati" teriakan anak anak dan warga desa.

Minggu berganti bulan. Para pemuda yang sebelumnya hanya berlatih beladiri dan penguatan tubuh, kini sebagian besar mulai berkultivasi. Sumberdaya yang dibutuhkan tergantikan dengan energi dalam bangunan ditengah desa.

Sebelumnya mereka hanya menggunakan ramuan yang direbus untuk penguatan tubuh. Sedangkan tanaman obat yang berharga dijual untuk pembangunan desa dan kebutuhan hidup. Lin Dong yang diminta para warga untuk memimpin desa lembah batu, selalu terbuka dalam segala hal yang menyangkut kepentingan bersama.

Tahun terus berganti, sepuluh tahun telah berlalu dengan damai. Saat pagi keributan dirumah Lin Dong terjadi.

"ayahhhhh"

"ayahhhhh"

Teriakan dan ketukan pintu memecah keheningan pagi buta.

"Fan'errrrrrr" teriakan Lin Dong dan istrinya menggema saat pintu dibuka. Para warga yang terbangun keluar rumah dan mendatangi rumah Lin Dong karena mereka mendengar tangisan suami istri tersebut.

"dibawa masuk rumah dulu tetua" ucap warga. Mereka menggotong Lin Fan yang telah pingsan.

"Pemimpin Dong, ini" ucap warga sambil menyerahkan bungkusan kain.

"bayi,,, ini,,,," ucap istri Lin Dong terbata.

"tunggu Fan'er sadar, cepat siapkan obat obatan" ucap Lin Dong sambil menguatkan hatinya. Beberapa wanita bergegas kekebun dan sebagian keda kedapur.

"yang lain bersihkan bercak darah yang ada, kita belum tahu apa yang terjadi dengan tuan muda" teriak Hutian. Para warga dan pemuda berhamburan menyusuri bercak yang ada.

Hutian adalah seorang pengawal Lin Dong saat masih menjabat tetua klan. Dia dan keluarganya ikut pindah di desa lembah batu. Sedangkan tiga pengawal yang lain disuruh Lin Dong untuk kembali ke kota. Ketiganya diberi modal untuk membuka kedai yang cukup besar. Sementara Hutian dijadikan kepala keamanan desa. Keempatnya mengetahui hal tersebut. Mereka menyadari tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya.

Pagi buta beranjak terang, sang mentari muncul diatas bukit.

"bagaimana hasilnya" tanya Hutian pada para pemuda yang datang.

"kami sudah membersihkan sampai disekitar jurang kabut" jawab seseorang mewakili yang lain.

"baiklah, apapun yang terjadi pada tuan muda jangan sampai ada yang tahu" ucap Hutian.

"siap,,,," jawab para pemuda serempak.

Sementara itu didalam rumah Lin Dong, tubuh Lin Fan masih terbaring pingsan. Dengan luka yang mulai menghitam akibat racun yang menyebar.

"Fan'errrr,,,,, tidakkkkkkkk"

"tuan muda,,,,,," teriakan istri Lin Dong dan para wanita yang sedang menunggu dan merawat Lin Fan.

Tangisan segera pecah, ketika Lin Fan sudah tidak bernafas.

"ohhhh,,,, dia sudah meninggal" guman Lin Dong menekan kesedihan dalam hatinya. Dia lalu menenangkan istrinya dan meminta warga untuk membersihkan dan menyiapkan pemakamannya.

Waktu terus berjalan, pemakaman Lin Fan telah selesai. Senja harinya, para warga masih berkumpul di rumah Lin Dong. Raut kesedihan juga terlihat pada wajah mereka. Meskipun masih sekali bertemu namun sikapnya masih membekas dihati mereka. Juga kebaikan dari kedua orang tuanya yang terus berjuang untuk semua warga membuat mereka ikut merasakan kesedihan suami istri tersebut.

"semua pakaian tuan muda sudah kami bakar dan ini yang ditinggakannya" ucap Hutian sambil menyerahkan kantong penyimpanan pada Lin Dong.

TOLONG RAHASIAKAN

Lin Dong memeriksa isi kantong penyimpanan yang diterimanya. Kantong kecil tersebut berbeda dengan milik Lin Dong, karena dimensi ruangnya lebih luas. Dua peti berisi koin emas dan perak, secarik kertas dan cincin yang diikat dengan kain putih.

Kertas dan cincin diambil oleh Lin Dong, lalu membuka lipatan kertas dan mulai membacanya.

"siapapun yang membaca surat ini, tolong rawat anakku. Dia bernama Lin Yun San. Ambil semua perak dan emas, namun berikan cincin padanya saat besar nanti. TOLONG RAHASIAKAN keberadaan anak ini demi keselamatannya dan juga keselamatan anda. Juga sampaikan kalau Lin Fan (ayah kandungnya) sangat menyintainya"

"ohhhh,,, cucuku" guman Lin Dong sambil menyeka airmata yang mulai menetes.

"dimana dia" lanjut Lin Dong seakan baru sadar.

"dia dirawat Lin San dan istrinya" jawab Hutian.

"baiklah, tolong rahasiakan kejadian ini dan sembunyikan barang itu" ucap Lin Dong sambil menyerahkan kantong penyimpanan berisi dua peti pada Gusian. Sedang cincin yang diikat kain diberikan pada Hutian. Secarik kertas yang masih ditangan langsung dibakarnya.

Tiga hari berlalu dari kejadian tragis yang menimpa keluarganya, saat ini Lin Dong dan istrinya menenggelamkan diri bersama tanaman obatnya. Siang hari ketiga terasa suasana berbeda di desa lembah batu. Dua elang putih yang besar berputar putar diatas jurang kabut.

Sementara disisi lain terdengar derap kuda yang menuju desa lembah batu. Lin Dong dan para warga segera berkumpul menyambut mereka.

"salam Tetua Lin Dong" ucap Lin Tian setelah rombongan tersebut berhenti.

"ohhhh,,, patriak klan, mulai saat itu aku bukan tetua klan" jawab Lin Dong datar.

"jangan marah, mari lupakan kejadian itu" balas Lin Tian.

"apa tujuan patriak klan kedesa ini" tanya Lin Dong.

"hei pak tua, yang sopan dengan patriak klanmu" hardik seorang pemuda disebelah Lin Tian.

"huh,, apa sikapmu juga sopan dengan orang tua ini" balas Lin Dong.

"hei, tuan muda ini bisa membunuhmu dan menghancurkan desa ini" ancamnya.

Wajah Lin Dong dan para warga mulai terlihat menahan amarah.

"bisa tuan muda tidak memperkeruh suasana" tegur pria paruh baya disampingnya.

"aku Hong Cu, tetua satu sekte pedang langit" ucapnya memperkenalkan diri.

"apa tujuan kunjungan tetua di desa kami" balas Lin Dong sambil menekan emosinya.

Hong Cu lalu menjelaskan kalau Lin Fan sudah menjadi tetua muda di sekte pedang langit. Secara diam diam dia menikahi putri patriak dari salah satu klan bangsawan dan istrinya telah melahirkan. Namun saat patriak klan mengetahuinya, dia sudah kabur dengan anaknya. Sedang istri Lin Fan dibawa oleh keluarganya.

"orang orang ku mengejarnya saat dia melarikan diri" sahut pemuda tersebut. Meskipun dia terluka parah namun bisa melarikan diri dan jejaknya berakhir di jurang kabut.

"bajingan yang berani merebut calon istriku, akhirnya mati, hahahaha" terocos pemuda itu sambil tertawa puas.

"pembunuh,,,,,," terdengar teriakan istri Lin Dong dan saat itu juga dia pingsan.

"siapa kau yang telah membunuh anakku dan cucu,,,ku,,," ucapan Lin Dong sambil menahan amarah, lalu terkulai pingsan karena amarah yang menumpuk.

"tuan,,,," ucap Hutian sambil memegang tubuh Lin Dong.

"kalian angkat tuan kedalam rumah" lanjutnya meneriaki para warga.

"tuan dan nyonya ku pingsan mendengar kabar ini, lalu apalagi yang kalian inginkan" tanya Hutian sedikit keras.

"Hutian, kau satu satunya pengawal Tetua Lin Dong yang setia, aku ingin tanya kapan terakhir tuan mudamu pulang" tanya Lin Tian.

"kira kira sepuluh tahun yang lalu" jawab Hutian.

"maaf kedatangan kami menimbulkan kekacauan didesa ini" ucap Hong Cu sambil menghela nafas.

"ini peninggalan tuan mudamu dan dalam hal ini pihak sekte hanya bisa mencegah pertumpahan darah yang berkelanjutan" imbuhnya sambil melempar kantong penyimpanan pada Hutian.

"terima kasih, kalau boleh tahu siapa pemuda disebelah tetua itu" balas Hutian sambil menangkap kantong tersebut.

"aku Hong Tan, tuan muda klan Hong. Apa kau mau membalas dendam" sahut Hong Tan sambil mencibir.

"terima kasih sudah memberitahukan identitasmu pada kami" ucap Hutian datar.

"hahahaha,,,,," tawa Hong Tan keras.

"maaf, silahkan tuan tuan untuk pergi, saat ini desa kami sedang berkabung" ucap Hutian

"sampaikan maaf dan belasungkawaku pada Tetua Lin Dong" ucap Lin Tian.

"baik, nanti aku sampaikan" balas Hutian.

Rombongan berkuda tersebut pergi, sementara Hutian menghela nafas. Pikirannya benar benar tegang, antara marah dan merahasiakan tuan muda kecilnya. Para warga lalu bubar dan sebagian menengok pemimpin desanya.

Siangpun berlalu dan gelap malam menyambut. Dibalai pertemuan klan lin, mereka yang mendatangi desa lembah batu sedang tenggelam dalam diskusinya. Sampai larut malam mereka bergulat dengan argumen masing masing. Melihat reaksi Lin Dong dan warga, sepertinya mereka baru mengetahui kejadian tersebut. Jadi kemungkinan kecil Lin Fan sampai disana.

"kita datangi mereka sekali lagi" ajak Hong Tan

"tuan muda,,, kau" guman patriak klan lin

"tidak,,,,," jawab Tetua Hong Cu

"kenapa tetua" tanya Hong Tan

"kau tahu tidak rasanya kehilangan" ucap Tetua Hong Cu

"aku juga kehilangan calon istriku, tetua" elak Hong Tan

"itu hanya nafsu dan ambisimu, pernahkah kau kehilangan saudara kandung atau orang tuamu" ucap Tetua Hong Cu

"sebagai tetua sekte pedang suci dan penatua klan Hong, tapi dalam kasus ini, aku berdiri disisi sekte pedang suci" lanjut Tetua Hong Cu

"huh baiklah, tapi apa tahapan orang tua itu, kenapa aku tak bisa melihat" tanya Tuan Muda Hong Tan

"dia memang tidak bisa berkultivasi, itu terjadi tiga puluh tahun yang lalu. Demi menyelamatkan seorang anak kecil dari hukuman klan, dia rela menghancurkan dentiannya" jelas patriak klan.

Sesaat suasana ditempat itu hening. Mengorbankan kultivasi adalah mengorbankan harga dirinya.

"hanya untuk seorang anak kecil, kenapa dan siapa dia" tanya Tuan Muda Hong Tan

"orang tuanya melakukan kesalahan fatal pada klan, dia dihukum mati bersama dengan keluarganya. Saat tiba pada anak tersebut, Lin Dong minta pengampunan untuknya. Karena dia adalah keponakan satu satunya. Seorang tetua memperbolehkan asal Lin Dong menghancurkan kultivasinya" ucap patriak klan

Dua hari ini, tak ada pergerakan darinya. Setelah kedatangan mereka, patriak klan menyuruh orang mengawasinya. Dan tak ada yang perlu diperhatikan dari orang tersebut, karena tahapannya hanya ditahap bumi awal.

### Di akademi klan lin terdapat empat tahapan kultivasi

Tahap Manusia Tingkat 1-9

Tahap Penguatan Tubuh Tingkat 1-9

Tahap Bumi Tingkat 1-9

Tahap Langit Tingkat 1-9

### Tehnik Kultivasi yang dimiliki akademi klan lin hanya

Tingkat Rendah

Tingkat Menengah

Tingkat Tinggi.

Untuk tahapan dan tingkatan yang lebih tinggi maka pihak klan merekomendasikan anak anak yang berbakat untuk masuk kesalah satu sekte besar.

LIN YUN SAN

Saat klan lin sedang sibuk dengan pejamuannya, namun di desa lembah batu terlihat memperketat keamanannya. Sementara dipinggiran kota terdapat sebuah kedai yang cukup besar. Bagian belakang kedai terdapat ruang luas yang dikelilingi oleh enam kamar.

Lin San dan dua temannya tinggal ditempat itu. Ketiganya juga mengajak anak dan istrinya. Malam yang telah larut, ketiga pasangan tersebut sedang duduk mengelilingi meja. Secarik kertas pindah dari satu tangan ketangan lainnya sebelum dibakar oleh Lin San

"nama anak itu Lin Yun San. Dia anak saudara kalian Lin Fan. Rawat dan rahasiakan identitasnya, sebab ada klan Hong dan klan yun yang sedang mencarinya. Jika suasana sudah membaik aku akan mengunjungi kalian. (Lin Dong)"

"kesempatan hidup keduaku diberikan Paman Lin Dong dan sekaligus tuanku, apapun yang terjadi aku akan merawat dan menjaga tuan muda kecil" ucap Lin San pelan.

"kami juga" balas kedua temannya.

"kami mendukungmu" ucap istri ketiganya.

Hari hari berlalu dengan ketegangan dihati ketiga pasangan tersebut. Setelah sebulan Lin Dong berkunjung ke kota untuk menjual tanaman obat. Seperti biasanya dia menjualnya ke kios milik klan lin. Sebab tidak bisa langsung ke paviliun pil karena tidak punya koneksi didalamnya.

Selanjutnya Lin Dong yang ditemani Hutian berbelanja untuk kebutuhan desanya. Tak lupa dia mengunjungi kedai tempat cucunya dirawat oleh ketiga orang kepercayaannya.

Butir airmata tidak dapat dibendung saat menggendong bayi yang berumur dua bulan itu.

"kakek akan lebih bersemangat dalam hidup ini karenamu" guman Lin Dong sambil mencium cucunya.

"nenekmu menitipkan ciuman untukmu" guman Lin Dong yang didengar oleh Hutian dan ketiga pasang sahabatnya.

Tanpa sengaja airmata mereka juga menetes. Keharuan dan rasa kasihan pada tuan besar mereka semakin memadat dihatinya. Ketekatan merawat tuan muda kecilnya semakin menguat.

Bulan dan tahun berganti. Desa lembah batu semakin berkembang dan terkenal. Tiap tahun ada beberapa anak usia dibawah tujuh belas tahun yang masuk di akademi klan lin. Mereka sudah mencapai tahap penguatan tubuh. Ada juga anak jenius dari desa tersebut, namun Lin Dong selalu berpesan untuk tidak menonjolkan diri.

Selain itu Lin Dong juga membekali mereka dengan tehnik menyembunyikan kultivasinya. Tehnik tersebut didapat Lin Fan yang dibawakan oleh Tetua Hong Cu. Bersamaan dengan tehnik dan ilmu beladiri lainnya. Minimal mereka yang masuk akademi sudah menguasai ilmu pedang dan pukulan meskipun tingkat dasar.

Lin Yun San, anak berusia delapan tahun sudah menunjukkan bakatnya sejak kecil. Sejak usia dua tahun dia selalu ingin berendam dalam rebusan tanaman obat seperti keempat anak lainnya dikedai tempat tinggalnya.

Ketiga pasangan tersebut mempunyai empat anak yang berusia tiga sampai tujuh tahun lebih tua dari Lin Yun San. Perlakuan kelima anak tersebut disamakan oleh ketiga pasangan itu. Bahkan setengah dari keuntungan kedai digunakan untuk mendidik dan meningkatkan kultivasi kelimanya.

Setiap hari kelimanya berlari untuk melatih fisiknya. Dari pinggir kota menuju desa lembah batu yang berjarak sepuluh kilometer. Lin Yun San sebagai anak paling kecil sering tertinggal dari yang lainnya. Namun keempatnya selalu menunggu didepan dan terus memberikan semangat padanya.

Pernah juga dia pulang dengan babak belur saat bermain dikota. Seorang anak keluarga utama klan lin menghajarnya karena merasa Lin Yun San tidak menghormati nya. Anak pinggiran, anak penjual arak, anak kasta rendah jadi julukan saat dia memasuki kota.

Lin San terus menasihati kelima anak tersebut untuk tidak membalas perlakuan mereka. Dia juga menguatkan hati mereka, kalau nanti ada saatnya bagi mereka berlima untuk menuntut balas perlakuan tersebut.

"teruslah semangat dalam pelatihan kalian" ucap Lin San. Berusaha masuk ke akademi klan dan setelah itu berjuanglah untuk memasuki salah satu sekte atau akademi militer. Karena disanalah kelimanya bisa menunjukkan kualitas sebenarnya dari diri mereka. Ditempat seperti itu, anak keluarga utama klan lin tidak punya dukungan yang kuat.

Klan lin hanya klan kelas dua, masih ada klan kelas satu dan klan bangsawan. Untuk anak dari klan bangsawan sebaiknya untuk menghindari masalah dengan mereka.

"apa kalian mengerti" ucap Lin San

"mengerti yah"

"mengerti paman" jawab kelimanya dengan panggilan masing-masing.

Pagi yang cerah, Lin Yun San duduk sendirian, karena keempat saudaranya membantu istri Lin San berbelanja.

"kenapa tidak berlatih" tanya Lin San

"menunggu kakak yang lain" balasnya

"apa kau takut berlatih sendiri" lanjut Lin San

"tidak ayah" sahutnya.

"kalau begitu berlatihlah sendiri, nanti kau bisa menunggu kakak kakakmu dirumah kakek Lin Dong" ucap Lin San

"baiklah yah, Yun San berangkat dulu" jawabnya bersemangat lagi.

Lin Yun San mulai berlari kecil menyusuri jalanan menuju desa lembah batu. Sebuah gelang besi seberat tiga kilogram diikat seperti biasanya dipergelangan kakinya. Pola latihan fisik yang diterapkan Lin San untuk menguatkan pondasi dasarnya.

Tanpa rasa takut Yun San terus berlari, sebelum tiba didesa lembah batu. Dia akan melintasi hutan kecil yang tidak begitu lebat. Sudah jarang binatang buas yang muncul. Karena sekali muncul akan diburu oleh manusia. Namun dia tiba tiba berhenti ditengah jalan. Erangan kesakitan mengusik pendengarannya.

"siapa itu" bisik Yun San. Lalu masuk kearea hutan yang tidak begitu lebat.Seorang pria tua dengan penuh luka bersandar dibawah pohon besar. Ada lubang didadanya bekas tancapan pedang. Sebuah pedang juga tergeletak disampingnya. Sepasang matanya menatap kedatangan Yun San.

Dengan rasa iba, Yun San mengeluarkan kantong penyimpanan yang didapat dari kakek Lin Dong. Tiga botol giok berisi cairan obat diberikan pada pria tersebut. Tanpa basa basi pria tua itu menghabiskannya lalu bermeditasi.

Yun San dengan serius memperhatikannya. Samar samar tubuh pria tua itu diselimuti cahaya kuning. Dari lukanya sudah tidak mengeluarkan darah lagi, meskipun belum sepenuhnya tertutup.

"siapa namamu" tanya pria itu

"Lin Yun San, kek" jawab Yun San

"nama yang bagus dan anak yang baik" balas pria tua

"ulurkan tangan kananmu" lanjutnya. Yun San sedikit canggung dan penasaran mengulurkan tangannya. Pria tua tersebut menangkap pergelangan tangan kanan Yun San dan memasukkan api ungu kecil pada telapak tangan kecil yun san.

"arggg,,,, panas,,,," teriakan Yun San terdengar. Pria tua itu lalu memainkan jari jemarinya membuat sebuah segel yang mengisolasi mereka berdua. Tubuh Yun San berguling ditanah menahan panas yang dideritanya.

"duduklah bersila dan rasakan energi dalam tubuhmu" ucap pria tua sambil menjentikkan energi keemasan yang memasuki dada Yun San. Tak mengetahui apa maksudnya, namun Yun San duduk bersila seperti sedang bermeditasi. Energi panas mengalir keseluruh tubuhnya. Semakin lama menjadi hangat dan bersahabat dengan tubuhnya.

"itu tehnik kultivasi sembilan nadi dewa" lanjutnya sambil menjentikkan sinar keemasan memasuki kening Yun San.

"arg,,," erangan Yun San sambil memegang kepalanya.

"tetap posisi semula dan rasakan sesuatu yang ada dipikiranmu" ucap pria itu

Yun San kembali diposisi meditasi, meskipun belum mengerti apa yang dilakukannya. Dia selama ini hanya dilatih ilmu pedang dan menguatkan fisiknya. Namun saat malam hari dia sering melihat kedua kakaknya berlatih diposisi seperti itu setelah meminum cairan obat.

"anak baik yang cerdas" guman pria tua saat melihat Yun San tenggelam dalam meditasinya. Dia lalu membantu mengalirkan energi dalam tubuh Yun San.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!