Kamuflase Cinta Sang CEO
Hari mulai senja, seorang pria dengan tas carrier di pundaknya berjalan terhuyung menuruni gunung di sebuah desa terpencil. Namun, langkahnya mulai melambat di pertengahan jalan, dia mulai kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tas carrier yang dibawanya dilepaskan, duduk di atas batu besar, mengeluarkan minuman kaleng beralkohol dari tasnya, membuka lalu menenggaknya. Menikmati minuman sambil meratapi nasibnya yang kurang beruntung.
Merrik seorang pria berusia 27 tahun, baru saja menerima kenyataan bahwa kekasihnya telah selingkuh, wanita yang selama ini mengisi hatinya. Dia selalu menganggap mereka adalah pasangan yang paling sempurna. Namun, kenyataannya wanita itu berkhianat dengan sahabatnya sendiri.
Merrik terus menghabiskan minuman kaleng tersebut, entah sudah kaleng yang keberapa. Pandangannya mulai kabur, mulai kehilangan keseimbangan dan mulai kehilangan kewarasannya. Dia meluruhkan tubuhnya, hingga merebahkan tubuhnya di tanah. Tiba-tiba di depan matanya tampak seorang gadis cantik berambut cokelat, bermata hijau dan berkulit putih. Wajah yang sangat lembut bagaikan tidak pernah terkena polusi udara, gadis itu mendekatinya.
‘Ah, apakah dia malaikat? Cantik sekali! Apakah dia akan membawaku ke surga?’ batin Merrik.
“Apa kamu butuh bantuan?” tanya Elena.
Merrik tidak menjawab pertanyaan Elena, dia mencoba melebarkan matanya, memastikan benar di depannya adalah seorang manusia. Dalam benaknya, tidak mungkin ada seorang gadis di tengah hutan pegunungan seperti ini, terlebih gadis ini sangat cantik alami, tidak ada polesan riasan sama sekali di wajahnya. Merrik masih dalam pikirannya sendiri, memikirkan apakah gadis ini seorang malaikat ataukah iblis penggoda?
Elena berlutut untuk lebih dekat melihat Merrik. “Paman, apa kamu baik-baik saja?” tanya Elena menyentuh lengan Merrik. Namun, masih tidak ada jawaban dari Merrik.
‘Paman! Apakah aku tampak setua itu?’ batin Merrik.
“Paman tunggu disini, aku akan mencari bantuan.” Elena berbalik untuk memanggil bantuan. Tetapi, lengannya di tarik oleh Merrik hingga dia terjatuh.
“Ah! Paman, apa yang kamu lakukan?” jerit Elena.
“Siapa Kau? Apa kamu seorang wanita penggoda?” tanya Merrik dengan tatapan tajam.
“A—ku Elena, seorang yang tinggal di sekitar kaki gunung ini dan aku bukan penggoda. Aku hanya mencari jamur di sekitar sini.” Elena terbata menjawab pertanyaan Merrik.
“Bohong! Kamu ingin memanfaatkanku, bukan?”
“Tidak, aku hanya sedang lewat sini dan tidak sengaja melihatmu tertidur di tanah. Aku pikir kamu membutuhkan bantuan. Jika, memang tidak membutuhkan bantuan, aku akan pergi.” Elena segera bangkit untuk pergi meninggalkan Merrik. Namun lengannya tiba-tiba ditarik kembali oleh Merrik hingga Elena terjatuh.
Merrik langsung menindih Elena dan memaksa menciumnya. Jiwa Merrik sudah dikuasai oleh minuman beralkohol, dia menyatukan bibirnya pada bibir gadis itu. Elena ketakutan, dia hanya bisa memukul tubuh Merrik. Ingin berteriak, tetapi mulutnya dibungkam oleh Merrik, Elena hanya terus memukul. Namun, Merrik seperti tidak merasakan pukulan Elena. Tangan Merrik mulai bergerak kesegala arah. Alkohol benar-benar menguasai dirinya, akalnya sudah tidak waras, dia sudah hilang kendali. Dia sangat tergoda dengan kecantikan Elena. Elena masih memberontak tanpa suara, Merrik masih terus memaksanya.
Bibir Merrik turun kebawah, memberi sentuhan di leher gadis malang itu, Elena membuka mulutnya dan mulai memohon pada Merrik. “Hiks… hiks … lepaskan aku, Paman! Aku mohon.” Elena terus memohon dan menangis sambil memukul punggung Merrik.
Merrik tidak peduli isak tangis Elena, dalam pikirannya, mereka sedang berada di dalam hutan, tidak mungin ada orang yang akan datang. Maka dari itu, dia tetap meneruskan aksinya, hingga terdengar suara pakaian terkoyak.
Srekkk! Baju Elena robek.
Baru saja Merrik ingin melanjutkan aksinya, sudah ada suara menggema di sekitarnya. Beberapa orang datang menghampiri mereka. “Sedang apa kalian?” ucap seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun.
Merrik bangkit dari tubuh Elena, melihat pundak Elena yang terekspose karena pakaian yang dikenakannya robek. Dia membuka jaketnya dan memberikan pada Elena. Elena hanya bisa menangis dan memakai jaket yang diberikan Merrik.
“Kami tidak melakukan apapun!” jawab Merrik.
“Tidak melakukan apapun! Kenapa Elena menangis dan mengapa pakaiannya terkoyak?” ucap seorang pria berperawakan gempal.
“Kamu memperrkosanya?” ucap lelaki berambut keriting dengan menahan amarah.
Bugh! Seorang pria tiba-tiba memukul wajah Merrik.
“Sungguh aku tidak memperrkosanya!” ucap Merrik. ‘Belum sempat,’ tambah Merrik dalam hati.
Bugh! Sekali lagi wajah Merrik terkena pukulan dan sukses membuatnya tersungkur.
“Jangan percaya, cepat bawa dia ke Kantor polisi atas tindakan pemerrkosaan!" timpal pria gempal.
“Tidak, Aku tidak melakukannya!” ucap Merrik panik, yang lebih panik jika kabar ini terdengar oleh ibu tirinya, dia tidak ingin ditertawakan oleh orang-orang yang dibencinya.
“Sudah, cepat bawa dia!” ucap seseorang lagi.
“Kami melakukannya atas dasar suka sama suka!” tiba-tiba terlontar kata-kata suka sama suka dari mulut Merrik.
“Elena katakan yang sebenarnya? Jika benar dia melakukan pelecehan padamu maka kami akan membawanya ke kantor polisi!” tegas salah satu pria tertua di sana.
Merrik menatap Elena dengan tatapan memohon. “Katakan pada mereka bahwa kita suka sama suka!” Merrik menyentuh tangan Elena dan menekankan kata suka sama suka.
Elena menatap mata Merrik yang sendu, tatapan mata memohon. Dia tidak tega dengan sorot mata Merrik, tetapi tidak tau harus berbuat apa. Elena hanyalah gadis berusia delapan belas tahun, pikirannya masih labil dan belum dewasa. Air mata masih terus mengalir dari mata indahnya yang berwarna hijau.
“Cepat katakan pada mereka jika aku tidak memperrkosamu!” bujuk Merrik, dia tidak sabar atas diamnya Elena.
Elena terkesikap. “Di—a tidak memperrkossaku!” ucap Elena, dia hanya berpikir untuk menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan tidak ingin bertemu pria dengan pria di sampingnya ini.
Akhirnya sebuah kalimat terlontar dari mulut Elena seperti yang diharapkan oleh Merrik. Merrik merasa lega dengan apa yang didengarnya.
“Jika dia tidak memperrkosamu, artinya kalian sama-sama saling suka?” ucap pria berusia empat puluh tahun tersebut.
“Iya, dia kekasihku!” Merrik menjawab pertanyaan pria tersebut tanpa menunggu jawaban dari Elena.
“Elena, apa benar?” tanya pria tersebut.
Merrik menatap intens Elena, seperti terintimidasi dan akhirnya Elena berkata dengan gugup. “I—ya! Kami saling menyukai.”
“Kalian sudah melakukannya?” tanya pria itu lagi.
“Ha?” Elena tidak mengerti maksud dari pertanyaan pria tersebut.
Merrik langsung mengambil alih pembicaraan. “Ya, kami belum sempat melakukan itu karena kalian datang. Jadi, ini bukan kasus pemerrkossaan!”
“Baiklah. Jika seperti itu, kami akan segera menikahkan kalian.”
“Apa?” ucap Merrik dan Elena bersamaan.
“Tidak, kami belum sempat melakukannya jadi tidak perlu menikah!” ujar Merrik.
“Kalau kalian sudah melakukannya, bukan hanya dinikahkan, tapi juga diarak telanjjang keliling kampung!” ucap pria gempal tegas.
“Ha!” Merrik tidak habis pikir dengan desa ini, bagaimana mungkin masih menggunakan hukuman diarak keliling kampung.
“Sudah ikut kami, apa kamu tidak ingin bertanggung jawab?” ujar seorang pria berambut keriting.
“Baik, aku akan menikah dengannya!” ucap Merrik pasrah.
Bersambung….
Jangan lupa untuk like, love n komentarnya yach 😊😊😊
Salam Age Nairie 🥰😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Dian Pingky
jadi tambah penasaran sama kelanjutannya
2023-01-10
1
Lailatul Hawa
aku baca marathon novelmu kak. ini lagi makan siang sambil baca 😁😁😁
heran kenapa sepi, padahal tulisan kamu bagus. semoga sukses selalu yah kak ☺️☺️☺️
2022-12-21
1
Hajime Nagumo
hai kak aku mampir salam dari akun (Geisya Tin)
2022-06-27
1