Who Am I
Sebuah gundukan dedaunan terlihat bergerak. Sebuah tangan perlahan muncul dari bawah dedaunan kering itu. Perlahan pergerakan besar lain terjadi, sebuah punggung muncul diikuti sebuah kepala. Setelah keseluruhan tubuh itu terduduk, barulah kita bisa melihat sosok pria dengan rambut ikal menutupi telinga dan matanya.
Pria itu menoleh kiri dan kanan. Telinganya bergerak seperti seekor kucing saat menanggapi suara yang masuk ke rungunya. Bola matanya yang semula coklat gelap perlahan menjadi terang dan berubah keemasan.
Pria itu terlihat kebingungan. Dia berusaha berdiri namun kakinya terasa kaku. Perlahan dia menggerakkan jari-jarinya. Semakin lama dia semakin bisa merasakan dedaunan yang menyentuh kulit kakinya. Ketika mencoba bangun lagi, dia sudah bisa berdiri.
Mata emasnya perlahan berubah kembali menjadi coklat gelap. Dia memperhatikan seluruh tubuhnya yang diselimuti oleh tanah dan debu. Menepuk-nepuk pinggangnya, sebagian debu beterbangan dan ada kepingan tanah yang jatuh dari sekujur tubuhnya.
Daun telinganya kembali bergerak. Sayup-sayup dia mendengar ada suara-suara yang mendekat. Insting melindungi diri bekerja dengan cepat, dengan cara mengendap-endap, dia mendekati arah suara.
Pria itu berdiri di balik sebuah pohon tua yang telah mati. Dedaunan yang dipijaknya menghasilkan suara, namun tidak cukup keras untuk bisa di dengar oleh dua orang yang sedang berbicara di sebuah jalan setapak.
Dua pria itu berjalan menjauh. Mereka memakai pakaian pelindung dan masker oksigen. Pria ini mengikutinya. Mengendap-endap seperti harimau yang mengincar mangsa.
Dia tiba di depan bangunan yang sudah porak-poranda. Terdapat dua mobil yang terparkir. Ada satu motor yang tergeletak, tumbang. Dipenuhi debu dan dedaunan. Tampaknya sudah cukup lama dibiarkan.
Dua pria itu masuk ke dalam mobil. Meninggalkan mobil lain begitu saja. Pria itu melangkahkan kakinya pada bangunan itu. Bangunan yang hanya tinggal dinding dan setengah atap yang masih utuh.
Tidak ada yang bisa ia temukan selain barang-barang rusak. Kabel-kabel bekas terbakar dan mesin-mesin hangus yang telah lama ditinggalkan. Dia masuk ke dalam satu-satunya ruangan yang masih utuh karena dindingnya yang terbuat dari besi.
Pria itu menemukan kertas-kertas berserakan dan setengahnya telah terbakar. Di lantai, ada satu foto yang berada di sudut. Terhimpit oleh kaki dari meja besi. Dengan mudah ia mengangkat meja itu dan mengambil foto tersebut.
Pupilnya melebar dan menjadi coklat terang. Foto itu terdiri dari sekumpulan orang. Salah satunya adalah dirinya sendiri. Dia ada ditengah-tengah, duduk di kursi sementara yang lain berdiri dibelakangnya. Dia membalik foto itu dan menemukan satu kalimat.
Ilmu pengetahuan tidak memiliki batasan
Pria itu keluar. Memeriksa mobil yang terparkir dan mencoba menyalakan mesin tampa kunci. Setelah berhasil, dia pergi dari sana mengikuti jalan yang tadi di lewati dua pria itu.
Jalan ini ternyata jalan tunggal. Dia menembus jalan raya setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit. Dengan tangannya yang kotor, wajah hitam karena tanah dan debu, dia melaju menyusuri jalan raya yang akhirnya dikenalinya. Untuk pertama kalinya, pria ini tahu dimana dia berada.
Dia berhenti pada pom bensin yang kosong dan sepertinya juga telah lama ditinggalkan. Memeriksa apakah masih ada bensin yang tersisa. Sayangnyanya dia tidak menemukannya. Mobil itu hampir kehabisan bahan bakar. Pria itu mau tidak mau melanjutkan perjalanan.
Dia melihat sebuah rumah di pinggir jalan dan berbelok ke sana. Seperti dugaannya, rumah ini juga kosong. Dengan menggunakan keahliannya, dia membuka kuci rumah itu menggunakan kawat yang ia temukan disekitar rumah, lalu masuk begitu saja.
Dia masuk ke dalam sebuah kamar dan melihat apakah persediaan airnya bisa ia gunakan untuk mandi. Sayangnya, air di dalam bak mandi sangat kotor. Air dari kran juga tidak keluar.
Dia mengitari seisi rumah dan menemukan sebuah genset model lama. Dia memeriksa minyaknya dan bersyukur masih penuh. Dengan cepat dia menyalakannya.
Setelah mandi, dia mengganti pakaiannya dengan pakaian pemilik rumah ini. Sebuah celana panjang dan baju kaus. Dia juga mengambil beberapa pakaian lain dan memasukkannya kedalam tas. Memeriksa penampilannya di cermin, saat itulah dia menjatuhkan tas ditangannya begitu saja.
Dia menatap pantulan dirinya dengan wajah syok luar biasa. Dia memeriksa telinganya yang mengalami perubahan bentuk. Rambut yang diketahuinya lurus berubah ikal dan bewarna coklat keemasan. Setelah ia perhatikan lagi, pupilnya juga berubah warna secara perlahan.
"Apa yang terjadi padaku?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Kenapa aku tidak bisa mengingat identitasku sendiri?" gumamnya lagi.
Dia terduduk di kasur dan memperhatikan tangannya. Kuku-kukunya memanjang dengan cepat seperti kuku harimau. Belum selesai keterkejutannya, kukunya kembali kebentuk semula dan memendek begitu saja.
Punggungnya juga terasa sakit, namun dia berusaha menekan rasa sakitnya. Hal yang tidak ia sadari, saat punggungnya sakit, sebuah tulang tumbuh dari sana dan perlahan masuk kembali.
"Aku tidak bisa pergi dengan keadaan seperti ini." gumamnya pada diri sendiri.
Dia berjalan keluar kamar. Pergi ke dapur dan menemukan roti basi. Kulkas yang sudah berisi makanan berjamur dan daging yang membusuk. Dengan kesal dia menghempaskan tutup pintu kulkas dan kembali keruang tamu.
Terdiam sambil berpikir. Dia kembali memperhatikan tangannya. Tidak ada perubahan seperti tadi. Semua terlihat normal. Namun saat dia kembali membayangkan kuku-kukunya yang tadi muncul, perlahan kuku-kukunya kembali memanjang dan meruncing dengan cepat.
Dia mengngkat tangannya dan memperhatikan kukunya dengan heran. Sepertinya dia memahami bagaimana itu terjadi. Otaknya dengan cepat mencerna dan mengendalikannya.
Ketika dia merasakan punggungnya sakit, pria itu berjalan kembali kedalam kamar. Membuka bajunya untuk memeriksa apakah ada luka karena terasa sangat pedih.
Alih-alih luka, dia melihat dari punggungnya, keluar tulang yang terus tumbuh disertai pertumbuhan bulu dengan sangat cepat. Seolah berlomba dengan pertumbuhan tulang itu sendiri. Semakin lama semakin bercabang dan melebar membentuk sayap. Karena semakin panjang, sayap itu menabrak dinding kamar dan tertekuk secara otomatis.
Pria itu menggigil dengan napas memburu, jantungnya berdebar kencang seolah dia telah berlari kencang tampa henti. Dia mencoba menjernihkan pikirannya. Mencoba melakukan hal yang sama seperti pada kuku-kukunya. Benar saja, ketika dia membuka mata. Bulu-bulu itu jatuh seperti debu dan hilang tertiup angin, tulang-tulangnya mengecil, memendek dan hilang disertai rasa ngilu yang luar biasa.
Perlahan dia jatuh berlutut. Dia merasa seluruh tenaganya terkuras habis, pria itu tersungkur dan jatuh pingsan di lantai yang dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
SDull
smangat thor
2022-05-24
1
SDull
nice,lanjutkan thor
2022-05-24
1