TERJEBAK HASRAT TERLARANG
"Trima...trima...trima..." suara sorakkan mahasiswa dan mahasiswi memenuhi ruang kantin siang ini.
"Ayo Caren. Cepatlah di terima. Kalian pasangan paling serasi di kampus ini," teriak salah satu mahasiswi.
Perkenalkan. Namaku Carenina Martadinata. Menurut mereka, aku sudah di nobatkan sebagai mahasiswi paling cantik dan paling sexy di kampus ini. Saat ini wajahku sedang merona, karena dibawahku sudah berjongkok seorang pria tampan yang tengah menyatakan perasaannya padaku sembari meraih satu tanganku.
Dia adalah Delano Ahmad. Pemuda tampan yang juga di nobatkan sebagai pria tertampan di kampus kami. Jika aku menerima cintanya saat ini, maka kami akan di gadang-gadang menjadi couple ter hitz 3 tahun terakhir ini.
Oke cukup dulu perkenalannya. Saat ini aku masih tengah di landa kegugupan. Dengan aksi malu-malu, aku meraih sebuket bunga mawar merah dari tangan Delano, sembari kuanggukkan kepalaku tanda setuju diriku menjadi pacarnya.
"Yes!" kulihat Delano menarik kepal tangan beserta siku kearah perutnya.
Aku melihat rona bahagia diwajah pria yang beberapa detik yang lalu sudah resmi menjadi pacarku.
"Untuk semua yang berada di kantin ini, hari ini aku traktir kalian semua sepuasnya," seru Delano dari atas meja.
Semua mahasiswa dan mahasiswi di kantin itu bersorak gembira saat mendengar ucapan Delano. Kulihat Delano kemudian turun dari atas meja, dan mengahampiri aku sembari mengulurkan tangannya untuk kuraih.
"Cantik. Mari kita makan siang bersama, pesan apapun yang kamu mau," ucap Delano sembari mengedipkan matanya kearahku.
Delano menarik tanganku perlahan ke arah meja yang tampak sengaja di kosongkan, dan kemudian Delano menarik sebuah kursi untuk aku dudukki. Semua orang yang menyaksikan keromantisan kami, terdengar bersiul-siul hingga aku jadi salah tingkah dibuatnya.
Sejak ungkapan perasaan itu sudah dinyatakan, dan kami sudah resmi berpacaran. Nyaris tiap hari Delano mengantar jemputku saat akan pergi, maupun saat pulang kuliah. Delano pria yang sangat romantis dan penyayang, sehingga apapun yang aku minta selalu dia turuti selagi dia bisa.
Satu lagi yang membuatku terkesan pada Delano. Dari awal kami berpacaran, dan sampai kami akan lulus kuliah. Pria itu terkesan sangat menghormatiku sebagai seorang wanita. Dia tidak pernah mengajakku berkencan ditempat sepi, apalagi ingin mengambil keuntungan dariku. Yah...sampai 1 tahun masa berpacaran dengannya, bibirku masih perawan.
Oh ya. Aku ini dianggap paling beruntung oleh teman-temanku. Dari sekian ratus mahasiswi pengagum pacarku, hanya aku yang terpilih menjadi pacarnya detelah nyaris 4 tahun pria itu menjadi incaran kaum hawa di kampus kami.
Selain tampan dan gagah, Delano juga pemain basket handal. Pacarku itu sering ikut kejuaraan turnamen basket dari mulai tingkat kabupaten hingga ke tingkat nasional. Membicarakan soal Delano, dia merupakan sosok pria sempurna tanpa cela dimataku.
"Beb. Liburan semester kamu mau kemana?" Delano bertanya padaku sembari mengaduk es pokat kocok yang baru kami beli di pinggir jalan.
"Dirumah aja. Kamu mau pergi?" tanyaku setelah menyedot es pokat terlebih dahulu.
"Kami sekeluarga rencananya mau pergi liburan ke luar kota. Ikut aku aja yuk?"
"Nggak mau ah! malu. Kita ini cuma pacaran, bukan suami istri. Nanti orang tuamu mengira aku yang nggak-nggak." Jawabku.
Meski sebenarnya aku ingin ikut, tapi tentu saja aku menolak dengan tegas permintaan Delano. Bukan apa-apa. Keluargaku masih penganut petuah jaman dulu. Pemikiran yang masih kolot, dan juga selalu didahului kata pamalik setiap ada hal yang mereka tidak sukai. Kalau sampai aku ikut Delano liburan ke luar kota, bisa-bisa aku di gorok oleh mamaku yang mempunyai keahlian memainkan pisau layaknya koki handal itu.
"Orang tuaku asyik lagi beb. Mereka juga paham karena mereka pernah muda. Lagian ada adik perempuanku, jadi kamu punya teman disana nanti."
"Nggak mau ah. Kamu pergi liburan saja. Aku mau dirumah saja. Lagipula kita sudah mulai pengajuan judul skripsi, aku mau mikir keras nih . Biar IPK ku nanti cukup memuaskan. Syukur-Syukur dapat cumlaude."
"Ya udah kalau nggak mau. Nanti aku bawakan oleh-oleh saja buat kamu. Lusa kan ya liburnya?" tanya Delano.
"Iya. Kamu disana jangan nakal, jaga mata dan hati kamu." Aku menjawab dengan bibir yang sengaja kubuat sedikit maju.
"Idih. Ngapain cari pacar lagi? tandanya aku kurang bersyukur, udah punya pacar cantik tapi masih mau lirik yang lain,"
Satu lagi nilai plus yang paling aku sukai dari Delano. Dia tidak akan membiarkan aku menunggu jawaban yang paling mau aku dengar. Dia selalu pandai menyenangkan hatiku, meskipun aku sendiri tidak tahu apa perkataannya itu jujur atau dusta.
"Sudah sore. Antar aku pulang ya?" aku minta segera diantar pulang, saat kulirik jam dipegelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Selain aku takut di gorok mama, aku juga takut dijewer oleh nenekku. Dia paling tidak suka melihat anak gadis yang masih keluyuran saat menjelang magrib. Kata nenekku, itu saatnya para setan lewat. Mereka takut aku ketempelan alias kesurupan.
"Ya sudah ayo. Lagian kayaknya mau hujan juga. Hari ini aku nggak bawa mobil karena aku pikir pakai motor lebih romantis," ujar Delano sembari terkekeh.
Kucubit pelan pinggang Delano, meskipun dia tidak mengatakannya, aku tahu dia pria yang romantis ketimbang mantan pacarku sebelum dia.
Aku lilitkan tanganku meski Delano tidak memintanya. Karena aku lebih sayang nyawaku daripada gengsiku. Delano bukan tipekal pria yang membawa motor berlama-lama dijalanan. Dia sudah seperti kembarannya Valentino Rossi.
"Masih pacaran kamu sama bocah ganteng itu?" tanya mamaku yang diam-diam mengintip dari kaca jendela rumahku.
"Masih ma." Jawabku sembari melepas sepatu kets yang bersarang dikedua kakiku.
"Jangan pacaran lama-lama. Kalau sudah cocok langsung menikah saja setelah lulus," ujar mamaku sembari menenteng sebilah pisau yang rupanya dia gunakan untuk memotong daun bawang.
"Belum minat mau nikah secepat itu. masih mau niti karier dulu,"
"Niti karier apanya. Mama nggak mau ya sampai keduluan perut kamu yang terlanjur membuncit. Anak muda jaman sekarang pergaulannya sangat mengerikan."
"Ya ampun ma. Biar jaman dulu juga banyak kok ma yang bunting duluan. Itu tergantung pribadi masing-masing." Jawabku sambil berlalu dari hadapan mamaku.
"Eh...dibilangin kok ngeyel. Kalau sampai bunting duluan mama gorok leher kamu. Dengar tidak?" teriak mamaku, yang hanya kujawab dengan lambaian tanganku.
Masih bisa kudengar mamaku menggerutu. Tapi aku tidak perduli. Lagian aku juga punya prinsip. Keperawananku hanya akan kuberikan pada suamiku. Bukan pada pria yang hanya mengobral janji untuk menikahiku tapi ternyata menyelingkuhiku setelah apa yang dia mau sudah dia dapatkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Devi Puspita Sari
ka net kamu kemana aja kenapa kga lanjut mpb
2023-09-02
0
Devi Puspita Sari
ka neti kamu kemana kenapa kga update lagi jdmp ka
2023-09-02
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-04-12
0