Aku mencuci mukaku dan menatap wajahku di cermin. Aku jadi kepikiran setelah mendengar pertengkaran tetanggaku itu. Aku jadi takut, seiring usia pernikahan yang lama, akan ada badai yang datang tak terduga. Tapi mengingat sikap Delano yang selalu lemah lembut padaku, dan memperkakukanku bak seorang ratu. Rasanya tidak mungkin kami bertengkar seperti tetangga sebelah rumahku. Apalagi sampai membanting barang-barang.
Aku menyeka wajahku dengan handuk bersih. Aku berniat mencari udara segar diluar, sembari bermain ponsel di teras rumahku.
Ceklek
Aku dan tetangga priaku keluar rumah secara bersamaan. Namun ada sesuatu yang mengusik hatiku. Saat tahu aku keluar bersamaan dengannya, pria itu bergegas menyeka air matanya.
Dia menangis?
Satu pertanyaan itu cukup menggangguku. Kulihat pria itu bergegas membawa sebuah plastik hitam, untuk dia taruh di tong sampah. Aku bisa menebak, lagi-lagi pecahan barang rumahnya yang dia buang itu.
Tanpa menoleh kearahku, dia masuk kedalam rumahnya. Mungkin dia tahu, kalau aku sudah tahu sedikit banyak tentang masalah rumah tangganya. Aku tahu pasti dia malu padaku, terlebih masalah yang dia hadapi tentang harga diri seorang laki-laki.
Tidak berapa lama kemudian, suamiku tiba. Dia melempar senyum padaku, kuraih tas kantornya dan kemudian kucium tangannya.
"Bosan tidak?" tanya Delano.
"Tidak juga. Aku juga kurang hoby jalan keluar kalau nggak punya tujuan." Jawabku.
"Kamu masak?" tanya Delano sembari merangkul pundakku.
"Ya. Tapi tidak semewah restauran." Jawabku.
"Apapun yang dimasak istriku, pasti rasanya sangat lezat,"
Pujian Delano membuatku senang, meskipun aku tahu itu hanya pujian omong kosong.
Sretttttt
Bisa kudengar, suara hordeng ditarik sekali lewat. Aku menoleh sejenak kearah asal suara, namun tidak menemukan apapun disana.
Yang namanya suami pulang bekerja, aku layani dia sepenuh hatiku. Mulai dari menyiapkan baju bersih setelah dia mandi, menuangkan makan saat dia ingin makan. Dan melayani di atas ranjang, jika dia memintanya. Aku pikir aku tidak memiliki kekurangan sebagai istri, selain pengangguran.
Malam ini aku tidak bisa tidur. Sebagai pengantin baru, aku sangat mengharapkan Delano lebih sering menyentuhku. Tapi sudah 1 jam yang lalu dia sudah mendengkur halus. Kulirik jam dinding kamarku, waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam.
Aku beranjak dari tempat tidur, dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Setelah itu aku duduk di ruang tamu sembari mengecek media sosialku.
Sayup-Sayup aku mendengar pertengkaran tetanggaku, membuat mulutku berdecak kesal, karena sudah selarut ini mereka masih saja mengganggu ketenangan orang lain.
"Kamu kenapa sih? sudah dua bulan ini tidak mau ku sentuh? apa karena aku pengangguran, jadi kamu jijik dengan suamimu sendiri? kamu nggak cinta lagi sama aku?" tanya Dios.
Akhirnya aku tahu, pokok permasalahan mereka kali ini tentang urusan ranjang. Aku tersenyum miris. Jika disebelah si wanita yang tidak ingin melayani, sememtara dirumahku suamiku yang kurang peka tentang kebutuhan ranjangku.
"Itu kamu tahu. Pokoknya selama kamu belum dapat kerja, jangan harap bisa menyentuhku." Jawab Vika.
"Lalu sebenarnya apa artiku bagimu sekarang ini? kenapa aku merasa kamu tidak menganggapku lagi?" tanya Dios.
"Terserah kalau kamu menganggapnya begitu. Dios, setelah aku pikir lagi kita ini sudah tidak ada kecocokkan lagi. Lebih baik kita pisah saja," ujar Vika.
"Ti-Tidak. Jangan katakan itu. Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi untuk melayaniku. Tapi aku mohon jangan katakan kata-kata pisah lagi," ujar Dios.
"Vika. Saat dihatimu terbesit ingin berpisah denganku, ingatlah saat-saat kebersamaan kita. Kita berpacaran hampir 5 tahun, dan usia pernikahan kita juga sudah 5 tahun. Aku terima kamu apa adanya saat itu, meskipun aku kecewa disaat malam pertama kita. Aku diam, meskipun kamu menghinaku karena aku pengangguran. Itu semua aku lakukan karena aku sayang dan cinta sama kamu," Dios berkata panjang lebar.
"Ya makanya jangan buat aku emosi terus. Jangan banyak nuntut, selagi kamu belum mampu menafkahiku secara lahir. Karena menafkahi secara batin saja tidak cukup bagiku. Apa kamu tahu? sebentar lagi aku akan di promosikan kembali menjadi manager diperusahaan aku. Kira-Kira kamu bisa nggak nyusulin aku punya prestasi seperti itu?"
"Aku cuma minta kamu nggak rewel. Kalau masalah kebutuhan batin, aku akan berikan kalau aku lagi menginginkannya," sambung Vika.
"Baiklah. Oke. Aku nggak rewel lagi. Ayo kita tidur. Besok kamu ngantor lagi kan? takutnya kamu kesiangan,"
"Kamu masih belum ada kabar dari surat lamaran yang kamu sebar itu?" tanya Vika.
"Belum. Kamu sabar ya? ini masih pandemi, pengurangan karyawan memang lagi gencar dilakukan. Aku janji akan mencari kerja lagi nanti." Jawab Dios.
"Janji aja di gedein," ujar Vika yang segera beranjak dari tempat duduknya dan pindah ke kamar.
Aku tak lagi mendengar perdebatan panjang itu. Hanya ada keheningan yang melanda. Kini aku baru tahu, dibalik dinginnya sikap pria yang sering kupanggil om itu, ternyata dia pria rapuh dan menyimpan luka lebih dalam dariku.
Kriekkkk
Kudengar seseorang membuka pintu rumah dan menutupnya kembali. Aku intip dari tirai jendela rumahku. Aku lihat tetangga priaku sedang duduk di teras rumahnya dengan menyandarkan sikunya dipaha. Sementara jempol dan telunjuknya memijat keningnya.
Dan lagi-lagi pria itu tertangkap basah sedang menyeka air matanya.
Shaaaaaaa
Darahku terasa jatuh terhempas dari ketinggian. Entah mengapa hatiku merasa trenyuh melihat kesedihannya, padahal dia sangat sombong terhadapku.
Aku putuskan kembali ke kamar dan berbaring di samping suamiku. Aku tatap wajah lelah suamiku. Aku jadi bersyukur memiliki dia. Dan aku berjanji akan belajar menerima kekurangannya itu.
*****
"Emm...apa di kantormu tidak memiliki lowongan pekerjaan?" tanyaku pada Delano.
Uhukkkkk
Uhukkkk
Delano tiba-tiba tersedak saat mendengar pertanyaanku. Aku segera menyodorkan segelas air putih untuknya.
"Kamu aku izinkan bekerja, asal jangan melamar di kantorku," ujar Delano.
"Kenapa?" tanyaku penasaran.
"Nggak enak kerja satu kantor dengan istri sendiri. Biarlah kita berkembang di kantor yang berbeda." Jawab Delano.
"Bukan untukku, tapi buat tetangga kita. Kasihan tiap hari bertengkar ,ternyata masalah utamanya karena suaminya pengangguran," ujarku sembari mengunyah makananku.
"Kamu tahu darimana? kamu sudah ngobrol sama mereka?" tanya Delano.
"Belum. Tapi aku tidak sengaja mendengar." Jawabku.
"Nggak boleh nguping. Dosa loh," ujar Delano.
"Bukan nguping, tapi tidak sengaja mendengar pertengakaran mereka." Jawabku menyangkal.
"Kalau begitu jangan ikut campur urusan mereka," ujar Delano.
Kini aku tahu dia tidak suka aku membantu tetangga yang belum kami kenal. Dia juga melarangku untuk menguping atau perduli lagi dengan pertengkaran tetangga. Kali ini aku tidak mengerti dengan jalan pikiran suamiku, menurutku dia seperti menjadi orang lain saat ini.
To be continue...🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Rydwan Ap
Delano sedikit mencurigakan 🤔
2024-06-30
0
Siti Muhtarom
heeeem km selingkuh ya Delano😏😏
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
jangan² Delano ada sesuatu dikantornya🤔🤔ko curiga aku
2022-05-18
0