"Istri kakak belum pulang juga?" tanyaku saat
melihat Dios baru keluar rumah pukul 10 pagi.
"Belum. Bagaimana dengan lukamu? apa suamimu sudah menghubungimu?" kali ini dia gantian menanyaiku.
"Sudah agak mendingan. Nanti aku kembalikan kotak P3K punya kakak. Selama 8 hari di luar negeri, baru sekali dia chat aku. Saat mengabari kalau perjalanan bisnisnya diperpanjang selama 10 hari." Jawabku.
"Kakak sudah sarapan?" tanyaku lagi.
"Belum. Ini rencananya mau beli mie instan ke warung ujung jalan." Jawabnya sembari menyarungi kakinya dengan sendal mode tertutup.
"Tidak usah beli. Aku kemarin banyak nasi sisa. Jadi kubuat nasi goreng. Aku juga menggoreng dua telur. Kakak mau tidak?" tanyaku.
"Boleh deh. Daripada kamu buang. Mubazir kan?" ujar Dios.
"Kakak tunggu disini. Biar aku ambilkan. Apa kakak mau ambil piring dulu?" tanyaku lagi.
"Pakai piringmu saja. Di rumah tidak ada lagi piring dan gelas. Hanya tinggal sendok saja." Jawabnya dengan santai.
Aku tidak lagi bertanya. Kini aku sudah tahu, kenapa kemarin dia makan kolakku hanya membawa sebatang sendok dari dalam rumahnya.
Aku bergegas masuk kedalam rumah. Aku ambil sepiring nasi goreng beserta telur dadar dan segelas besar air minum.
Trenyuh. Hanya kata itu yang bisa aku ungkapkan. Saat kulihat pria tampan itu makan dengan lahapnya. Seharusnya dia memakan masakkan istrinya sendiri, bukan masakkan istri orang lain. Aku tidak habis pikir dengan istri orang ini. Hanya karena suaminya hidup dalam kekurangan, dia bisa menghalalkan segala cara demi mencapai kesenangannya sendiri.
"Sampai kapan kakak mau bertahan dengannya? wanita dewasa, berselingkuh dengan pria dewasa, tidak mungkin hanya bergandengan tangan saja sepanjang hari sepanjang malam. Kamu tentu tahu maksudku," tanyaku sembari menatap kearahnya.
Tangannya yang sedang ingin menyuap nasi goreng, menggantung di udara saat mendengar pertanyaanku.
"Sampai rasa cintaku untuknya terkikis habis oleh penghianatannya." Jawab Dios sembari melanjutkan makannya.
Aku menghela nafas panjang. Pria disampingku ini begitu mencintai istrinya dengan tulus.
Glukk
Glukk
Glukk
Diteguknya air putih satu cangkir besar. Cangkir kesayanganku, yang diluarnya tercetak fotoku yang di sablon
"Aku pinjam gelasmu ya? aku tidak punya gelas dan piring. Jadi sekalian saja aku pinjam yang ini saja," ujar Dios.
"Jadi bagaimana cara kakak minum beberapa hari ini? kenapa tidak bilang kalau mau pinjam gelas?" tanyaku.
"Minum air kran. Lucu aja kalau aku minum pakai panci atau kuali." Jawabnya sembari terkekeh.
Ya Tuhan...tampan sekali saat dia tertawa dan tersenyum. Ini tawa dan senyumnya yang pertama kali aku lihat, setelah selama ini dia mengajakku gencatan emosi.
"Kakak tampan kalau tersenyum," ujarku tanpa sadar.
Tawanya tiba-tiba mereda saat mendengar pujianku. Wajahnya jadi kembali dingin dan kaku.
"Hati-Hati dengan ucapanmu. Bukan tidak mungkin nanti kita jadi pasangan selingkuh juga," ucap Dios.
Pukkkkk
Aku pukul bahunya yang menurutku sudah bicara ngawur itu.
"Aku juga mau selingkuh milih-milih kali kak. Mana mau sama kakak yang galaknya minta ampun." Jawabku.
"Galak apanya? aku galak juga ada alasan. Apalagi dengan wanita penggoda. Aku akan galak setengah mati," ujarnya.
Aku hanya mencebikkan bibirku saat mendengar ucapannya.
"Aku pulang ya? makasih loh nasi gorengnya. Ini kali pertama seorang wanita masakin buat aku. Selain ibuku dan tukang warteg ya?" ucapnya sembari tersenyum.
Sepertinya aku mulai suka melihat senyuman tetanggaku itu. Daripada aku melihat dia selalu murung, bahkan menangis.
"Sama-Sama kak." aku membalas dengan senyum serupa.
Aku menatap punggung pria setia itu dengan tangan kiri dan kanan membawa piring dan gelas dari rumahku.
Aku mencoba kembali menghubungi suamiku yang nomor ponselnya sama sekali tidak bisa kuhubungi setelah dia mengirim chat waktu itu. Namun akhirnya aku masih saja menelan rasa kecewaku.
Kalau sudah seperti ini aku akan uring-uringan dan menangis di dalam kamar karena merindukannya.
*****
Hari ini hari ke 11. Hari dimana Delano berjanji akan pulang setelah melakukan perjalanan bisnis selama 10 hari di luar negeri. Aku harap dia menepati janjinya, meskipun nomor ponselnya masih saja sulit dihubungi. Kadang aku sempat berpikir, apa mungkin orang sibuk sama sekali tidak bisa mengirim chat walau hanya sekali?
Aku sudah berjanji dalam hatiku, bahwa aku akan memberinya pelajaran saat dia pulang nanti. Bukan apa-apa, aku sangat berharap setelah menyatu dengannya nanti, aku akan segera diberikan calon momongan.Soalnya sudah 3 hari yang lalu aku selesai dari masa haidku.
Aku melihat Dios baru pulang dari bekerja saat waktu menunjukkan pukul 8 malam. Lagi-Lagi aku melihatnya menenteng nasi bungkus didalam sebuah plastik berwarna putih. Dia menoleh kearah jendela ruang tamuku, sepertinya dia sadar kalau saat ini aku sedang mengintip dari balik tirai.
Aku keluar teras segera. Karena aku ingin menyapanya untuk menghilangkan rasa dongkol didada.
"Suamimu belum pulang?" tanya kak Dios sembari menaikkan sepeda motornya keteras rumahnya dengan menggunakan sebuah lempeng papan.
"Belum." Jawabku dengan wajah sedih.
"Bukankah dia berjanji pulang hari ini?" tanya Dios.
"Seharusnya iya. Tapi sampai saat ini nomor ponselnya pun sulit dihubungi." Jawabku yang sudah mulai pakai sedikit emosi.
Kulihat kak Dios memasang standar sepeda motonya, dan meraih nasi bungkus yang tercantol dipengait sepeda motor bagian depan. Pria itu kemudian menghampiriku dan duduk disamping kursi teras rumahku.
"Kamu takut sendirian dirumah?" tanya Dios.
"Tidak. Kalau aku takut, tidak mungkin aku bisa bertahan hingga 10 hari dirumah sendirian." Jawabku.
"Kalau kamu takut atau kesepian, mending kamu pulang kerumah orang tuamu saja. Setidaknya ada yang menghiburmu disana," ucap Dion.
"Kalau aku pulang, mereka akan banyak tanya. Dan aku paling tidak suka ditanya, dengan jawaban yang aku sendiri tidak tahu jawabannya apa," ucapku.
"Kalau begitu bersabarlah. Kalau dia masih milikmu, dia akan kembali pada pemiliknya," ujar Dios.
Lagi-Lagi aku merasa kata-kata Dios sarat akan makna tersembunyi. Tapi berhubung moodku sedang buruk, aku malas untuk banyak bertanya.
"Sudah makan?" aku hanya menggelengkan kepalaku. Entah mengapa suasana hatiku mendadak tidak karuan, hingga akupun melupakan makan malamku.
"Ambil piring dan sendok. Kita makan bersama," ujar kak Dios.
"Eh? nggak usah kak. Aku bisa makan mie instan nanti." Jawabku.
"Tidak usah. Kita makan ini saja, cukup kok."
"Tidak usah kak. Lagi pula aku tidak lapar." Jawabku.
"Tidak usah dipikirkan. Dia pasti baik-baik saja. Mungkin dia ada kepentingan darurat yang tidak bisa dia tinggalkan. Berpikirlah positif terus," ujar Dios.
"Ya." Jawabku singkat.
"Masuklah! jangan dibiasakan kena angin malam, nanti kamu sakit," ujar Dios.
Sangat lucu. Suami sendiri bahkan tidak perduli tentang keaadanku disini. Sementara pria lain dengan penuh perhatian memperhatikan aku dari angin malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Siti Muhtarom
makanya ada pepatah bilang rumput te tangga lebih hijau eeh... bener begitu bukan Thor lupa aku🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
fix selingkuh itu
2022-05-19
0
Elisabeth Ratna Susanti
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2022-04-06
2