Aku memutuskan untuk tetap tinggal di rumah kami, meskipun Delano melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Agak terasa sepi memang, terutama pada saat malam hari. Namun anehnya aku tidak merasakan takut sama sekali.
Hari ini hari ketiga Delano pergi. Aku semakin tidak sabar menunggu kepulangannya, karena aku sangat merindukan suamiku. Aku sibak sedikit tirai jendela ruang tamuku. Saat ini aku memang tengah berada di ruang tamu, sembari memantengi sebuah aplikasi yang tengah kugandrungi saat ini. Karena merasa kesepian, aku habiskan waktuku dengan membaca novel di aplikasi mangatoon.
Aku lihat tetangga tampanku baru pulang bekerja, saat waktu menunjukkan pukul 8 malam. Aku lihat dia juga menenteng nasi bungkus seperti hari-hari sebelumnya, sementara istrinya aku sama sekali belum melihatnya.
Keesokkan harinya aku melihat tetangga tampanku sedang melakukan aksi tarik menarik koper dengan istrinya. Ingin rasanya aku lerai pertengkaran itu, tapi aku berusaha tidak ingin ikut campur. Aku masih ingat ekspresi galak tetangga tampanku, yang membuatku jadi ngeri memikirkannya.
"Aku melarangmu pergi!" ujar Dios sembari menarik koper yang diseret oleh Vika.
"Apa hakmu melarangku? aku pergi juga buat perjalanan bisnis, buka buat hura-hura." Jawab Vika sembari menghempaskan tangan suaminya.
"Aku punya alasanku sendiri kenapa aku melarangmu pergi. Sadarlah Vika, kali ini aku akan memaafkan kesalahanmu. Asal kamu berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
"Aku tidak perduli kamu mau memaafkan aku atau tidak. Yang penting aku senang dan bahagia. Kalau nurutin kamu, emang kamu bisa kasih aku apa?"
Vika kembali menyeret kopernya, namun kembali ditarik oleh Dios.
"Lepasin nggak? dasar laki-laki tidak berguna. Bisanya ngelarang, tapi nggak bisa menuhin kebutuhan istri. Minggir nggak!" hardik Vika.
"Sekali nggak tetap nggak! kamu istriku jadi harus menuruti perintahku," ucap Dios dengan nada yang sudah mulai meninggi.
Plakkkkk
Vika dengan sekuat tenaga menampar Dios, hingga wajah pria itu tertoleh kesamping.
"Jadi suami juga harus ingat batasan. Kalau tidak mampu menafkahi, setidaknya jangan sok menceramahiku. Kalau kamu terus begini, jangan salahkan aku akan mengajukan perceraian kepengadilan," ucap Vika berapi-api.
Dios sedikit melirik kearah jendela ruang tamuku, aku bergegas menutup tirai gordeng. Aku tidak ingin tetangga tampanku tahu, kalau aku mengintip pertengkaran mereka sejak tadi.
"Pergilah jika memang kamu mau pergi. Tapi aku mohon jangan pergi dengan pria lain," ujar Dios melembut.
"Terserah aku mau pergi dengan siapa. Kamu mau melarangku atau tidak, aku sama sekali tidak perduli. Karena aku akan tetap pergi tanpa seizinmu sekalipun,"
Vika menyeret kopernya. Dan segera menyetop sebuah taksi untuk dia tumpangi. Sementara itu, Dios tiba-tiba lututnya jatuh ketanah lebih dulu. Aku lihat dia menngis lagi. Ada apa? kenapa dia menangis? kali ini ada masalah apalagi mereka? kenapa istrinya tidak menurut meskipun suaminya sudah melarangnya pergi?
Aku trenyuh. Aku tiba-tiba meremas bagian dadaku. Entah mengapa aku jadi ikut merasakan sesak didadaku. Pria setegas itu sampai mengeluarkan air mata? bukankah bagi seorang pria, air matalah yang paling mahal bagi mereka?
Aku melihat dia begitu frustasi, dan tidak terasa aku juga ikut meneteskan air mata. Sejak hari itu aku tidak pernah melihatnya selama tiga hari. Aku benar-benar merasa sendirian sekarang. Terlebih Delano bilang akan memperpanjang perjalanan bisnisnya selama 10 hari.
Karena menurutku terlalu lama, aku memutuskan untuk menginap dirumah mama selama satu malam. Setelah satu malam berlalu, aku kembali pulang kerumahku. Aku lihat ada motor tetangga tampanku di depan rumah, dan itu artinya dia sudah pulang setelah menghilang selama 3 hari.
Sayup-Sayup aku mendengar pria itu kembali bertengkar dengan istrinya lewat sambungan telpon. Tetangga priaku memaksa istrinya agar segera pulang, namun sepertinya istrinya itu belum mau.
Tok
Tok
Tok
Aku ketuk rumahnya. Aku bawakan semangkuk kolak pisang yang dicampur ubi jalar buatan mamaku. Sebenarnya bisa dibilang itu hanya alasanku. Aku lebih ingin tahu keadaan dirinya yang menghilang selama tiga hari.
Kriekkkk
Pria itu membuka pintu rumahnya meskipun tidak terlalu lebar.
"Ada apa?" dia bertanya padaku dengan suara datar dan dingin.
Aku tidak memperdulikan pertanyaannya lebih dulu. Tapi aku lebih fokus pada matanya yang tampak merah dan sedikit ada sisa air mata.
"Apa kakak suka kolak? aku baru pulang dari rumah mamaku, dan membawa kolak ini. Aku pikir tidak akan habis kalau aku memakannya sendiri. Suamiku lagi pergi perjalanan bisnis keluar negeri, jadi sayang kalau mau dibuang."
Aku menjelaskan panjang lebar. Dan dia menatapku dengan tatapan datar.
"Tunggulah diluar. Aku akan kembali mengambil sendok," ujarnya.
"Sendok? buat apa sendok? harusnya dia ambil mangkok kan?" batinku.
Tidak berapa lama kemudian, dia kembali dengan benar-benar membawa sebatang sendok. Aku yang duduk di kursi teras cukup merasa heran. Pria itu kemudian duduk disebelahku dengan hanya ada meja yang menjadi sekat diantara kami. Diraihnya mangkok yang berisi kolak, dan kemudian mulai menyantapnya dengan sendok yang dia bawa.
Dia makan dalam diam. Aku memperhatikan cara dia makan yang selalu tertunduk tanpa menegakkan kepalanya sedikitpun.
"Terima kasih," dia mengucapkan terima kasih setelah semangkok kolak sudah dia habiskan hingga tandas.
Seingatku itu ucapan terima kasih yang dia ucapkan pertama kali padaku. Dan mulutku yang sudah gatal, tidak tahan untuk tidak bertanya padanya.
"Kakak kemana saja 3 hari ini?" tanyaku.
"Keluar kota. Bosku ada perjalanan bisnis ke luar kota." Jawab Dios.
"Nama kakak siapa? hampir sebulan kita bertetangga dan bertegur sapa, tapi aku sama sekali tidak tahu nama kakak," tanyaku.
"Dios. Dios Almigo." Dia menyebut namanya yang indah.
"Namaku Carenina Martadinata," kami berkenalan tanpa berjabatan tangan.
"Istri kakak belum pulang?" tanyaku iseng. Aku pikir daripada sepi dirumah, mending aku mengobrol saja dengannya.
"Daripada menanyakan istriku, suamimu sendiri kemana? kamu menanyakan istriku, pasti karena kamu sudah kenyang mendengar dan melihat pertengkaran kami?" Dios bertanya padaku dengan senyum getir.
"Suamiku keluar negeri. Dia melakukan perjalanan bisnis disana." Jawabku.
Namun ada yang menggelitikku saat ini. Saat aku menjawab pertanyaanya, dia malah tersenyum sinis kearahku. Entahlah, sebenarnya aku tidak bisa mengartikan arti senyum misteriusnya itu.
"Kamu sepertinya sangat mempercayai suamimu? berapa lama kamu menikah dan berpacaran dengannya?" dia menanyakan hal yang sensitif menurutku, namun karena aku pikir akulah yang memulainya maka aku harus menjawabnya dengan gamblang.
"Pacaran setahun setengah. Menikah baru 1 bulan lebih."
Dios malah menertawakan jawabanku. Hingga aku sedikit merasa tersinggung.
"Ada apa? kenapa kakak tertawa?" tanyaku jengkel.
"Miris."
Hanya itu kata yang keluar dari mulutnya.
"Kakak sendiri berapa tahun?" aku jadi ikut penasaran.
"Pacaran 5 tahun. Menikah 5 tahun lebih."
Cukup lama. Belum ada apa-apanya jika dibandingkan denganku yang masih seumur jagung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Rydwan Ap
ini udah ketebak pasti Delano selingkuh sama si vika😫
2024-06-30
0
Siti Muhtarom
jadi bener Delano dan Vika selingkuh Thor😏😏
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
ko pikiranku Delano sama Vika ya 🙄🙄
2022-05-18
0