Tok
Tok
Tok
Aku ketuk rumah kak Dios. Aku terpaksa nekat mengetuk rumahnya pukul 11 malam, karena aku sama sekali tidak bisa tidur. Perkataan kak Dios selalu terngiang dibenakku. Aku tidak bisa menahannya lagi kali ini.
Kriekkkk
Aku lihat wajah kak Dios belum melek sepenuhnya. Namun saat tahu aku yang berada dihadapannya, matanya langsung terbelalak sempurna.
"Ca-Caren. Kamu kenapa malam-malam keluar rumah? apa ada perlu yang mendesak?" tanya Dios dengan wajah khawatir.
Aku tidak menjawab pertanyaannya, karena menurutku itu sama sekali tidak penting. Aku mendorong tubuhnya dan masuk kedalam rumahnya.
Ceklek
Aku dengar kak Dios menutup pintu rumahnya, sementara aku duduk di sofa ruang tamu sembari memijat keningku.
"Ada apa. Hem?" tanya kak Dios yang kemudian duduk disebelahku.
"Aku penasaran dengan kata-kata perselingkuhan yang kakak ucapkan beberapa waktu yang lalu." Jawabku yang masih seperti berteka-teki.
"Kamu ngajakin kakak selingkuh?" tanya kak Dios yang membuat kepalaku langsung berputar menatapnya.
"Bukankah beberapa waktu yang lalu kita sudah melakukan tahap selingkuh?" tanyaku kesal.
Dios menghela nafas dan kemudian bertanya lebih lembut lagi padaku.
"Sebenarnya ada masalah apa. Hem?"
"Tiga hari yang lalu aku melihat suamiku berada disalah satu restauran mall. Aku pikir dia pulang hari itu dan ada keperluan kantor, hingga tidak langsung pulang kerumah. Aku menunggunya sampai hari kemarin, terhitung hari ini berarti sudah 4 hari ini sejak aku melihatnya waktu itu."
"Apa yang kamu lihat waktu itu?" tanya Dios.
"Tidak ada yang aneh. Aku hanya melihatnya makan bersama dengan 3 orang pria dewasa, dan 1 orang wanita parubaya." Jawabku.
"Sebagai seorang istri biasanya kalian punya insting sendiri. Lalu apa menurut pendapatmu sekarang?" tanya Dios.
"Sebelum aku melihatnya waktu itu, aku tidak merasakan apapun. Sampai saat ini akupun tidak merasa apapun. Tapi saat dirinya tidak pulang setelah aku melihatnya, aku mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Jadi itulah tujuanku datang kesini, karena aku merasa kakak tahu sesuatu." Jawabku dengan bibir bergetar.
Melihat mataku yang sudah berkaca-kaca, Kak Dios membawaku kedalam pelukkannya.
"Apa yang kamu takutkan memang terjadi. Tapi aku tidak bisa menceritakannya dengan detail dengan siapa dia berselingkuh. Aku ingin kamu tahu sendiri, agar aku tidak dianggap menyebarkan fitnah atau aib orang lain," ujar kak Dios.
"Ja-Jadi dia benar-benar selingkuh kak? kakak bohong kan? dia nggak mungkin selingkuh dari aku. Apa kurangnya aku kak? hikz...."
Aku sudah terisak di dada kak Dios. Meski aku sadar, aku tidak jauh berbeda dari Delano, tapi aku masih mau memperbaiki kesalahanku dan menerima semua kekurangannya.
"Aku tidak habis fikir kenapa dia bisa melakukan itu padaku. Padahal aku mau menerima dia yang...."
Kata-Kataku menggantung di udara. Aku hampir saja membuka aib suamiku sendiri. Hanya saja aku tidak habis fikir. Aku selalu bisa memuaskan Delano, tapi kenapa dia yang tidak pernah memuaskanku malah bisa berselingkuh dengan wanita lain? apa dia membeli semacam alat yang bisa memuaskan wanita itu? hingga wanita itu tidak mengeluh?
Aku kembali menatap wajah kak Dios. Aku tidak mau gegabah, dan hanya terpedaya oleh siasat tersembunyi pria yang ada di dekatku ini.
"Bagaimana caraku agar bisa yakin, kalau semua yang kakak katakan adalah benar?" tanyaku sembari menatap mata kak Dios dengan dalam.
"Sudah aku katakan, aku tidak mau menceritakannya dengan detail siapa selingkuhannya, meskipun aku sudah tahu siapa orang itu. Kamu bisa mencari tahu dengan cara menguntit suamimu kemanapun dia pergi."
Aku terdiam. Itu artinya kak Dios menyuruhku menjadi seorang detektif dadakkan. Tapi yang terpenting saat ini aku harus menunggu Delano pulang terlebih dahulu. Aku masih sangat berharap semua tuduhan pada suamiku sama sekali tidak berdasar.
Aku kemudian bangkit dari sofa, aku berjalan ke arah pintu keluar. Namun langkahku terhenti saat tiba-tiba kak Dios memelukku dari belakang.
"K-Kak. Jangan begini," ucapku gugup.
"Aku merindukanmu," bisik kak Dios ditelingaku.
Terus terang hembusan nafasnya dileherku membuat degup jantungku tidak tenang sama sekali.
"Kak. Kita tidak boleh begini," ujarku sembari melepaskan pelukkan tangannya dari pinggangku.
"Caren. Seandainya suamimu terbukti berselingkuh, dan aku bercerai dari Vika. Mungkinkah kamu mau menerimaku?" tanya Dios.
Aku lihat tatapan matanya penuh harap. Membuat degup dijantungku semakin tak menentu.
"Mungkin saja. Karena aku tidak akan mengampuninya, kalau sampai terbukti dia berselingkuh dariku." Jawabanku membuat bibir pria itu terkembang lebar.
Dan tanpa dia duga dia langsung menyerbu bibirku yang membuatku kualahan. Pria itu seolah menemukan jawaban yang sudah lama dia nantikan.
*****
Dua minggu kemudian...
Aku mendengar suara deru mobil Delano parkir di depan rumah kami. Aku bergegas membukakan pintu dan memasang senyum palsu untuknya. Aku raih tangannya, dan kucium seperti biasanya. Tapi entah mengapa, aku tidak lagi senang seperti dulu saat tahu dirinya pulang.
"Apa kamu baik dirumah. Hem?" tanya Delano dengan lembut sembari mengusap puncak kepalaku.
Suara lembutnya, perlakuan manisnya membuat mataku langsung berkaca-kaca. Bukan karena aku terharu atas perbuatannya itu, tapi aku merasa muak dengan kebohongannya padaku. Bisa-Bisanya dia bersikap lembut padaku, sementara dia berada dalam satu kota yang sama denganku. Jadi dia tidur dimana selama ini? kalau dia pulang kerumah orang tuanya, sudah pasti orang tuanya akan curiga karena putranya pulang berminggu-minggu.
"Kamu masak?" tanya Delano seperti biasa. Seolah dia sangat menghargai hasil masakkanku. Seolah dia sangat merindukan masakkan rumah. Oh ya Tuhan...kenapa baru kusadari sikapnya yang palsu ini sekarang.
"Tidak. Karena aku tidak tahu kamu akan pulang. Karena seperti biasa kamu tidak pernah mengabariku, dan tidak pernah mengabari kepulanganmu." Jawabku dengan wajah datar.
"Tidak apa. Kita bisa pesan makanan diluar nanti," ujar Delano.
"Kamu melakukan perjalanan bisnis di kota mana selama 3 minggu ini?" tanyaku yang menatap lekat kearah matanya. Aku ingin menemukan kebohongan dimatanya itu.
"Kota B." Jawab Delano sembari meraih pinggangku.
"Selama 3 minggu full? atau pindah ke kota lain juga?" tanyaku memastikan.
"Full 3 minggu." Jawab Delano.
Gyuuuttttt
Hatiku benar-benar sakit saat mendengar semua kebohongannya itu. Dan aku akan memastikan semuanya agar semuanya jelas.
"Kapan kamu akan pergi melakukan perjalanan bisnis lagi?" tanyaku tak sabar.
"Kenapa? kok kamu jadi berharap aku pergi lagi? kamu nggak kangen aku?' tanya Delno
"Kangen sih. Tapi kata kamu sendiri ini demi masa depan kita bukan? demi rumah yang lebih besar." Jawabku dengan menahan gemuruh didadaku.
"Oh ya kali ini dapat bonus berapa? aku boleh minta dibelikan sesuatu tidak?" tanyaku.
"Tentu saja boleh. Apapun yang kamu minta, akan aku turuti sayang." Jawab Delano.
Andai saja aku tidak tahu kebohongannya, tentu hatiku akan berbunga-bunga saat ini. Tapi pada kenyataannya saat ini aku sedang muak menatap wajah polosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Triana Mustafa
jangan** Delano gay
2022-10-07
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
Delano kurang bersyukur, dasar pisang muli🙈🙈
2022-05-19
0
Alfiah N. F
lnjutt kak netty
2022-04-11
2