Aku membuka mataku, dan aku terlonjak kaget saat aku mendapati diriku sudah berada diatas tempat tidur yang sama dengan kak Dios. Bukankah semalam aku tidur ditepi ranjangnya?
Aku menatap wajah tampan yang tengah berhadapan denganku itu. Bulu mata pria itu sangat panjang dan lentik. Wajahnya tegas, berhidung mancung, dan bibir yang sedikit tebal dan penuh.
Pakkk
Tiba-Tiba tangan Dios berada di tubuhku. Kulirik jam dinding kamarnya, yang ternyata baru menunjukkan pukul 3 pagi. Aku raba keningnya yang panasnya sudah turun. Perlahan aku singkirkan tangannya dari tubuhku, karena aku berniat akan pindah ke ruang tamu.
Ya Tuhan...aku pasti sudah gila, karena sudah menyetujui permintaannya buat tidur satu kamar dengannya. Kalau Delano tahu, aku pasti sudah di gorok olehnya. Atau kalau istri kak Dios tahu, aku pasti sudah dicakar pakai kulit duren.
Namun niat hanya tinggal niat. Kak Dios malah membawaku dalam pelukkannya, pelukkan yang sangat hangat menurutku. Pelukkan yang tidak pernah aku dapatkan dari Delano usai bercinta. Saat dirinya puas, maka Delano akan pergi meninggalkanku tidur, dengan cara membelakangiku.
Deg
Deg
Deg
Oh...astaga...kenapa pula dengan jantungku. Aku merasa jantungku berdebar, ini salah bukan? dan yang lebih mengerikan adalah, wajahnya sangat dekat denganku saat ini. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa wajahku.
Dengan akal sehatku yang mulai kembali, aku berusaha melepaskan diri dari dekapannya. Namun kak Dios seolah menganggapku sebuah bantal guling yang enggan dia lepaskan.
"K-Kak. Kak Dios," suaraku begitu lirih nyaris tak terdengar.
Blammmm
Mata kak Dios terbuka seketika. Mungkin dia bisa membedakan antara suaraku atau suara istrinya.
Hal pertama saat mata kak Dios terbuka, dia menatap lekat mataku. Salah satu tangannya berada di pinggangku. Sementara salah satu kakiku sudah berada diantara kedua pahanya. Pada intinya posisi kami saat ini begitu sangat intim.
"K-Kak. Lepasin aku," ucapku dengan jantung berdebar.
Bagaimana tidak? aku melihat dia tiba-tiba fokus pada bibirku, dan akupun fokus pada bibirnya. Dan dua detik kemudian, tiba-tiba bibirnya melabuhkan ciumannya dibibirku. Tubuhku menegang seketika, ini benar-benar sudah gila. Aku reflek mendorong dadanya perlahan dan ingin berbicara. Namun saat mulutku terbuka, kak Dios malah memperdalam ciumannya padaku.
Ah...aku pasti benar-benar sudah gila..Kenapa aku sejenak memebandingkan ciuman kak Dios jauh lebih nikmat dari ciuman suamiku sendiri. Dia begitu mahir dan berpengalaman, hingga lambat laun aku jadi terbuai.
Entah apa yang merasuki diriku, hingga aku dan dia sama-sama tenggelam dalam ciuman yang memabukkan.
Hah
Hah
Hah
Kami berhenti setelah pasokkan oksigen, kami rasa sudah habis. Aku melihat dia mengepalkan tangannya dengan posisi terlentang dan mata terpejam. Mungkin dia sudah menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan padaku.
"Ma-Maaf,"
Entah mengapa kata-kata itu terdengar menyakitkan ditelingaku. Aku yang semula dipaksa, seolah dihempaskan seketika.
"Aku pulang," ujarku bangkit dari tempat tidur. Sebenarnya aku juga malu dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Aku seperti merasa jadi wanita murahan, padahal jelas-jelas aku sudah bersuami.
"Caren. Tunggu!" seru Dios.
Tapi aku tidak menggubrisnya. Aku terus berjalan tanpa henti dan membuka pintu kamar itu.
Brakkkkk
Entah apa yang membuatku marah saat ini.
Apa perkataan maafnya? apa perbuatannya? apa dia menghentikan ciumanya? atau...ah...entahlah. Yang jelas tanpa sadar aku membanting pintu itu dengan lumayan keras.
Dios ternyata menyusulku, meskipun langkahnya tertatih.
"Caren. Ini masih dini hari," ujar Dios.
"Tidak masalah. Rumahku juga disebelah, bukan di Mekah." Jawabku tanpa menoleh.
Tap
Dios meraih tanganku, hingga mau tak mau tubuhku tertarik kearahnya dan membentur dada bidangnya.
"Apa kamu marah aku menciummu?" tanya Dios.
Aku mengerutkan dahiku. Aku merasa dia seolah sengaja menciumku, bukan karena khilaf seperti kebanyakkan alasan pria lainnya.
"Aku tidak tahu." Jawabku jujur.
"Maaf. Seharusnya aku tidak boleh melakukan itu padamu. Sesaat aku lupa dengan status kita masing-masing. Bisakah kamu menganggapnya tidak pernah terjadi apa-apa?" tanya Dios.
Nyuuutttt
Hatiku tiba-tiba terasa di remas saat mendengar ucapannya yang seolah ciuman kami tadi tidak memiliki arti apapun baginya.
"Bisa." Jawabku tanpa menatap matanya. Entah mengapa aku ingin menangis saat ini.
"Aku pulang dulu kak. Takutnya suamiku pulang," ujarku yang mencari alasan.
Aku pulang kerumahku, dan aku kunci rapat-rapat pintu rumahku. Dan seketika air mataku jatuh, yang akupun tidak tahu apa alasannya.
*****
Perlahan aku membuka mataku, kulihat cahaya yang masuk dari jendela kamarku sudah sangat terang. Aku raih ponselku, dan kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Dan lagi-lagi aku teringat dengan kak Dios. Namun saat aku terngiang dengan ucapannya, aku memutuskan untuk tidak perduli lagi dengannya. Dia ingin aku melupakan tentang ciuman itu, maka aku akan melupakan orangnya juga.
Aku bergegas bangun dari tempat tidur, dan langsung membersihkan diri. Setelah selesai aku membuat sarapan untuk diriku sendiri. Sejak kejadian malam itu, aku memutuskan mengurung diriku dirumah. Aku tidak mau bertemu dengannya, terlebih aku malu saat teringat kejadian malam itu. Bahkan aku tidak membukakan kak Dios pintu meskipun dia sudah berapa kali mengetuk pintu rumahku.
Aku sibak tirai jendelaku, aku pikir suamiku yang datang. Tapi ternyata aku melihat Vika yang diantar oleh taksi online. Aku lihat wanita itu membuka kunci rumahnya dengan kunci cadangan, yang artinya kak Dios tidak berada dirumah saat ini. Aku lihat jam baru menunjukkan pukul 7 malam. Kalau kak Dios bekerja, berarti dia akan pulang sekitar jam 8 malam.
Sesuai dengan dugaanku, kak Dios pulang tepat pada pukul 8 malam. Dia sempat melirik kearah hordeng tempatku mengintip, namun aku segera menutupnya.
Selang berapa menit kemudian, aku dengar suara Vika dan kak Dios bertengkar lagi. Entah apa yang mereka debatkan kali ini, namun yang bisa aku dengar hanya sumpah serapah wanita itu pada suaminya.
"Dasar binatang kamu! aku nggak mau! lepaskan aku Dios," wanita itu sedikit berteriak.
"Kamu menolakku? tapi kamu melayani pria lain? aku akan tunjukkan padamu, kalau akulah yang lebih berhak atas dirimu!" hardik Dios.
"Ahh...Dios...pelan-pelan sedikit. Sakittt...."
Dan untuk selanjutnya aku hanya mendengar suara de**han dua manusia itu di ruang tamu. Lagi-Lagi aku bisa melihat siluet Dios yang tengah menghajar milik Vika dengan begitu keras dan tempo yang begitu cepat.
Ah...gila. Kenapa aku merasa iri dengan teriakkan nikmat wanita itu? aku bisa mendengar saat Vika berkali-kali mendapatkan pelepasannya dengan meneriakkan nama suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Siti Muhtarom
otak ku juga treveling ke mana" caren🤣🤣🤣
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
Dios jga gitu, sdh tau istri selingkuh diam aja
2022-05-19
1
Elisabeth Ratna Susanti
mampir 😍
2022-04-08
1