Sial. Seharusnya aku cek dulu sebelum keluar pintu. Ini malah aku terpaksa keluar bersamaan dengan kak Dios yang ingin aku hindari. Aku bergegas mengunci pintu rumahku, karena aku ingin segera kepasar. Karena mengurung diri di dalam rumah, kerjaanku hanya makan dan tidur saja. Bahan makanan jadi cepat habis.
"Caren tunggu!"
Kak Dios memanggilku, namun aku berpura-pura tidak mendengar. Aku tahu dia berani padaku, hanya karena istrinya pergi lagi dari rumah yang hanya menginap satu malam itu.
Tap
Dia mencekal tanganku, namun aku segera menghempas tangannya.
"Maaf kak. Bersikap sewajarnya saja," ujarku sembari memasang wajah yang tidak bersahabat.
"Aku akan bersikap wajar, kalau kamu tidak berpura-pura tidak mendengar seruanku," ucap Dios.
"Mau kakak apa sih? kakak sendiri yang bilang agar bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Sekarang aku sedang berusaha mengembalikan keadaan kita yang seperti dulu. Dingin, ketus, dan tidak menggubris satu sama lain. Kita harus kembali pada batasan kita masing-masing," ujarku.
"Kamu kenapa sih? kamu marah karena aku menciummu? aku kan sudah minta maaf. Atau kamu marah karena hal lain? seharusnya kamu katakan terus terang, jangan malah menghindariku. Aku merasa jadi tidak enak jadinya," ucap Dios.
Aku tatap matanya sejenak. Aku bingung harus mengatakan apa padanya. Yang pasti aku sedang tidak berselera berdebat dengannya.
"Sudahlah kak. Apa yang harus kita debatkan? kita ini bukan suami istri. Aku akan menganggap yang menciumku malam itu adalah seekor anjing," ujarku yang lantas pergi begitu saja.
"Aku tidak menyangka kamu mengangapku seekor anjing. Tapi kalau aku tidak salah mengingat, malam itu kamu sangat menikmati berciuman dengan anjing ini," ujar Dios setengah berteriak.
Aku menghentikan langkahku sejenak dengan tangan terkepal. Aku memang menghinanya, tapi aku juga merasa terhina oleh ucapannya yang seolah menganggapku wanita munafik.
"Karena untuk menjinakkan anjing yang kelaparan, kita harus rela digigit terlebih dahulu." Sindirku.
Aku kemudian bergegas pergi, dan pria itu mematung saat aku meninggalkannya di halaman rumah. Aku tidak tahu kenapa aku ingin menangis. Aku hanya berharap Delano cepat pulang, karena aku sudah merasa kesepian.
*****
Seperti jam-jam hari yang lalu. Aku melihat kak Dios pulang di jam yang sama. Sama seperti hari sebelumnya, aku melihat dia membawa nasi bungkus yang berada dalam satu plastik putih. Tapi dia juga membawa plastik yang lain, dan kulihat dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.
Tring
"Eh? dia menghubungiku?" ucapku lirih.
Semula aku ragu mengangkat telpon darinya, namun akhirnya aku geser juga tombol hijau kearah kanan.
"Jangan cuma berani mengintip dari tirai jendela. Keluarlah! aku bawakan martabak keju kesukaanmu," ujarnya.
Aku terdiam. Aku masih ragu membukakan pintu untuknya. Aku masih bisa mendengar, kalau sambungan telponnya masih terhubung.
"Maafkan atas ucapan kakak pagi tadi. Keluarlah! setelah martabaknya kamu ambil, kamu boleh langsung menutup pintunya," sambungnya kembali.
Aku perlahan berjalan kedepan pintu, mungkin dia bisa mendengar langkahku. Karena saat aku membuka pintu, dia sudah berada dihadapanku.
Dios mematikan panggilan telpon itu, dan menyodorkan kantung martabak kearahku.
"Jangan marah lagi ya? kakak rindu kamu," ujar Dios.
Rindu? rindu apa yang pria ini maksud. Terdengar sangat aneh, saat diri kita yang bersuami, mendapat kata-kata itu dari pria lain, terlebih dari suami orang.
"Jangan menghindari kakak lagi. Kakak tahu kakak salah sudah menciummu, tapi jujur saja kakak tidak menyesal sudah melakuakannya walau itu sebuah kesalahan,"
Lagi-Lagi kata pria ini membuatku tercengang. Aku tidak tahu apa maunya.
"Sudahlah kak. Tidak usah di ingat-ingat lagi perbuatan tercela itu. Aku bahkan tidak pernah memikirkannya lagi," ucapku yang sebenarnya dusta besar.
"Oh ya? sayang sekali. Aku ini bukan tipe pria pelupa. Meski aku pernah bilang agar kamu tidak menganggapnya apa-apa, tapi pada kenyataanya aku yang tidak bisa tidur karena teringat terus dengan ciuman itu," ucap Dios.
Ada apa dengan dadaku? kenapa aku merasa ada bunga yang bermekaran didadaku saat aku mendengar pengakuan jujurnya. Sebab aku tahu, aku juga merasakan hal demikian.
"Omong kosong. Bahkan jeritan istrimu melengking-lengking saat kamu menghujamnya dengan keras. Gitu masih bisa merayu wanita lain," sindirku.
"Jujur sekali. Ternyata kamu mendengarkan percintaan mengenaskan itu hingga tuntas. Tapi kenapa aku merasa ada nada cemburu dalam ucapanmu itu? jangan-jangan kamu menyukaiku ya?" pria itu bertanya sembari terkekeh.
Dan aku hanya menatap wajahnya dengan heran, karena pria ini seperti sedang meremehkan perasaanku jika memang itu adalah benar.
"Omong kosong!" tegasku sembari ingin menutup pintu.
Tawanya mereda sembari menahan pintu rumahku dengan sepatu yang dia kenakan.
"Aku bisa memastikan kalau itu omong kosong atau bukan?" tanya Dios.
"Apa maksud kakak?" tanyaku yang tidak mengerti.
Brakkkk
Dios menutup pintu rumahku setelah mendorongku masuk kedalam. Dia memegang bahuku dan membuatku tersandar di daun pintu.
"Ap-Apa yang kakak lakukan?" bibirku bergetar saat bertanya padanya.
"Ayo kita sama-sama mencari jawabannya." Jawab Kak Dios.
Kak Dios dengan cepat menciumku kembali. awalnya aku berontak, namun lambat laun cengkraman tanganku didadanya mengendur dan tanganku malah mengalung dilehernya. Aku perlahan mulai membalas ciumannya, dadaku terasa ada yang meletup-letup. Dan aku terhenyak, saat Dios mengangkat tubuhku dan membawaku ke sofa panjang.
Dios membuatku duduk dipangkuannya, dan kami kembali berpagut mesra. Sesekali kami melepas ciuman itu hanya sekedar ingin mengambil pasokkan oksigen.
Ah...sungguh ciuman ini ciuman ternikmat yang pernah aku rasakan. Bahkan ciuman Delano tidak ada apa-apanya jika dibandingan dengan pria dewasa ini.
Hah
Hah
Hah
Dios memegang kedua sisi wajahku dan menyatukan keningnya dengan keningku.
"Oh jadi begini rasanya saat pasangan kita sama-sama selingkuh dibelakang kita. Ternyata memang sangat menyenangkan," ujar Dios.
Deg
Jantungku seakan berhenti saat mendengar ucapannya. Siapa yang dia maksud? istrinya kan? Delanoku tidak mungkin menghianatiku, akulah yang sedang keblinger saat ini.
Dan apa yang dia bilang tadi? selingkuhan? jadi dia hanya menganggapku seperti itu? Ah...apa yang aku pikirkan. Tentu saja dia menganggapku begitu. Mana mungkin dia ada perasaan padaku, karena dia cinta mati dengan istrinya.
Aku beranjak dari pangkuannya. Aku bersyukur hubungan gila itu hanya sebatas ciuman saja. Aku tidak bisa membayangkan kalau itu berlanjut hingga tahap akhir. Aku pasti akan menyesalinya setelah mendengar kata-katanya yang terasa menyakitkan bagiku.
"Pulanglah kak! aku mau beristirahat," ujarku yang secara tidak langsung mengusirnya secara halus.
"Caren."
Langkah kakiku terhenti saat aku sudah berbalik badan.
"Mungkin ini terdengar gila dan hanya rayuan pria dewasa yang tidak berbobot. Tapi jujur aku katakan padamu, aku sangat menikmatinya. Aku tidak menyesal melakukannya. Aku tidak tahu ada unsur perasaan atau tidak. Tapi hampir seminggu kamu menghindariku, aku merasa sangat kehilangan. Itulah sebabnya aku melampiaskannya pada Vika malam itu.
"Dan satu lagi hal yang paling mengejutkan bagiku. Saat aku melakukannya, aku sudah kehilangan rasa padanya. Aku tidak tahu mengapa, aku malah sempat membayangkan, kalau yang dibawah kungkunganku itu adalah kamu,"
What? apa dia sudah gila? harusnya tidak perlu sejujur itu kan? wajahku terasa panas terbakar saat mendengar ucapannya itu. Aku bahkan mendorong tubuhnya agar pria itu pergi dari rumahku. Dan diapun pergi setelah mencuri sebuah kecupan dibibirku.
Brakkkkk
Aku tutup pintu tepat di depan wajahnya. aku bersandar didaun pintu sembari memegang dadaku yang masih saja berdebar tak menentu.
To be continue...🤗🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
apa Dios tau klo Delano selingkuh 🤔🤔
2022-05-19
1
Tini81
wewww
2022-04-15
0
bela
wadawww panas ini🙈
2022-04-08
1