Aku menyapu teras rumahku, saat kulihat tetangga tampanku baru keluar rumahnya dengan berpakaian rapi. Kulihat dia mengunci rumahnya, penampilannya jadi sorotan mataku.
Sangat disayangkan tubuh seindah dan setampan itu hanya seorang pengangguran dan jadi pembantu oleh istrinya sendiri.
"Mau kemana kak?" tanyaku menghentikan langkahnya yang hendak berjalan menuju motornya.
Kali ini juga aku melupakan dendamku dan memanggilnya dengan sebutan kakak.
"Ngapain nanya-nanya?" senyumku yang semula terbit, jadi masam seketika.
Namun saat aku teringat pertengkarannya tadi malam, aku mencoba tidak mengambil hati ucapan ketusnya.
"Tidak kepasar lagi?" tanyaku lagi. Entah mengapa aku ingin sekali berteman dengannya. Berbagi banyak hal tentang rumah tangga kami yang banyak tanda tanya.
"Jangan coba-coba mengakrabi aku. Kamu wanita bersuami, aku juga wanita beristri. Takutnya menimbulkan fitnah," ujar pria itu.
"Ya ampun kak. Kakak kalau ngomong di rem dikit dong? jangan kakak kira aku nggak tahu, kakak juga sering ngintipin aku dan suamiku saat dia pulang bekerja. Biasa aja dong kak ngomongnya, kok ngegas terus sih? nggak dapat jatah dari istri ya?" ledekku.
"Kamu pikir aku tidak tahu? kamu sering ngintipin aku dan istriku yang tengah bertengkar? mau pamer ya, mentang rumah tangganya harmonis? emang kamu tahu apa kalau aku nggak dapat jatah dari istriku? aku bisa memuaskan istriku 10 kali dalam semalam, suamimu mampu tidak?"
Pria bermulut pedas itu langsung menyerang tepat sasaran. Tapi aku yakin 100 persen, dia belum tahu urusan ranjangku yang payah.
"Suamiku malah bisa 20 kali tapi aku nggak sombong kayak situ." Jawabku yang tidak mau kalah.
"Dasar anak kecil mesum. 20 kali apanya, pembohong besar. Mungkin bisa 20 kali, tapi sekali main cuma semenit," gerutu pria itu.
Terus terang aku merasa tersinggung. Meskipun dia hanya menggerutu, tapi gerutuannya itu terasa sangat kena sasaran.
Aku membiarkannya lepas kali ini. Meski hatiku dongkol, tapi aku berdo'a dalam hati, agar tetanggaku itu mendapat pekerjaan yang layak dan bisa kembali harmonis dengan istrinya.
Dios membelah jalanan menuju pusat kota. Beberapa Cv sudah dia siapkan, untuk dia tinggalkan di tempat-tempat yang memang membuka lowongan kerja.
Dios mampir ke warung kopi, untuk sekedar mengisi perutnya dengan semangkuk mie instan dan sebutir telur dadar. Kini dia harus lebih berhemat, uang sisa pesangonnya sudah hampir habis. Sementara dirinya tidak bisa mengandalkan uang belanja yang diberikan istrinya setiap minggu.
Mata Dios tiba-tiba menatap pada dinding warkop yang tertempel sebuah lowong kerja menjadi seorang supir pribadi. Dios segera mencatat nomor kontak di loker itu, dan bergegas pulang kerumah setelah semua Cv sudah dia masukkan ke perusahaan-perusahaan yang tengah membuka lowongan kerja.
"Ya?" suara berat seorang pria diseberang telpon menyapa Dios.
"Hallo pak? maaf saya Dios. Saya dapat nomor anda dari loker. Apa bapak masih membutuhkan seorang supir pribadi?" tanya Dios.
"Ya masih. Kamu bisa datang ke alamat rumah saya. Nanti saya chat alamat saya," ujar pria diseberang telpon.
"Baik pak terima kasih," ucap Dios.
Percakapan itu akhirnya berakhir. Dios menghela nafasnya, dia tahu Vika tidak akan suka dengan pekerjaan barunya itu. Tapi dia butuh uang minimal untuk menghidupi dirinya sendiri. Dia tidak mau bergantung pada istrinya terus menerus. Dia juga ingin menabung, untuk masa depannya.
Dios senang, saat melihat Vika sang istri sudah 3 hari ini tidak kerja lembur seperti biasanya.
"Sayang. Kamu sudah pulang?" tanya Dios sembari memberi pelukkan pada istrinya itu.
"Emmm." Jawab Vika tanpa membalas pelukkan suaminya itu.
"Buatin aku teh dong! Capek banget ini," ujar Vika.
"Tunggu sebentar ya?" ucap Dios sembari mengusap puncak kepala Vika yang langsung ditepis oleh wanita itu.
Setelah teh dibuat, Dios meletakkannya diatas meja, dan duduk disebelah istrinya itu.
"Sayang. Aku ada kabar gembira buat kamu," ucap Dios.
"Kabar gembira apa?" tanya Vika sembari meraih tangkai cangkir teh.
"Aku sudah dapat kerjaan." Jawab Dios.
"Benarkah? kerja diperusahaan mana?" tanya Vika sembari menyesap tehnya.
"Supir pribadi." Jawab Dios.
Brrrruuuuaaarrr
Vika menyembur teh yang dia minum tepat diwajah suaminya. Dios mengelap wajahnya dengan telapak tangannya. Dia sudah menduga pasti Vika akan bereaksi seperti itu.
"Kamu yang benar aja dong. Mau bikin aku malu ya?" suara Vika mulai meninggi.
"Kok bikin malu sih? aku kan nggak nyuri?"
"Kamu memang nggak nyuri, tapi kamu juga kira-kira dong cari kerja. Minimal jadi karyawan biasa disebuah perusahaan. Gengsi dikit dong," ucap Vika.
"Ya sabar dong sayang. Nanti kalau udah rejekinya juga akan dapat panggilan. Tadi aku juga sudah menyebar surat lamaran lagi. Jadi supir pribadi hanya buat batu loncatan saja. Ketimbang aku nganggur dirumah?"
"Aku mah mending kamu dirumah, daripada kamu jadi supir pribadi. Kalau teman-teman aku tahu, mau ditaruh dimana mukaku?" tanya Vika.
"Kok malah mikirin omongan orang sih yank? emang mereka ngasih aku duit? ya pokoknya aku jalani saja dulu, kalau nggak betah aku bisa berhenti." Jawab. Dios yang berusaha membujuk istrinya itu.
"Terserah!"
Prakkkkk
Lagi-Lagi Vika melempar cangkir teh yang ada ditangannya. Sejak dirinya jadi pengangguran, sudah tidak terhitung berapa jumlah piring dan gelas yang sudah jadi korban oleh Vika. Namun Dios pria yang penyabar dan penyayang, tidak pernah bersikap kasar pada istrinya meskipun istrinya itu sama sekali tidak menghargainya.
Srettttt
Aku tutup hordeng rumahku, saat kudengar terakhir ada suara barang pecah dari rumah tetanggaku. Lagi-Lagi aku mendengar mereka bertengkar gara-gara pekerjaan.
Tiiinn
Tiiinn
Kudengar klakson mobil suamiku yang baru pulang bekerja.
Aku buka pintu rumahku, dan kusambut suamiku itu dengan mesra.
"Sayang. Malu dilihat tetangga," ujar Delano saat diriku bergelayut manja dengan merangkulkan kedua tangan di leher suamiku itu.
Aku juga mencium sekilas bibir suamiku, namun mataku melirik sesuatu yang ada dibelakang hordeng tetanggaku.
"Ngintip juga rupanya. Aku bikin kamu hareudang aja sekalian," batinku.
"Kangen kamu hari ini," ujarku dan kemudian mengajak suamiku berciuman cukup lama diteras rumahku.
Sretttt
Dapat kudengar suara hordeng rumah tetanggaku ditarik. Aku kemudian melepaskan ciumanku dan menarik suamiku masuk kedalam rumah.
"Kamu kenapa hari ini? kok manja. Hem?" tanya Suamiku.
Brukkkkk
Kudorong tubuh suamiku hingga tubuhnya jatuh diatas sofa. Entah setan apa yang mempengaruhiku, aku jadi hilang urat malu. Aku benar-benar menginginkan suamiku saat ini. Dan aku ingin membuat tetanggaku jadi iri mendengar suara-suara merduku.
Aku tidak mengharapkan Delano memuaskan ku dengn pusakanya karena aku tahu dia tidak mampu melakukannya. Aku ingin dia memuaskanku dengan wajahnya terbenam dipusat intiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Siti Muhtarom
makin kesel aku di buat nya. yg penting kerja dan halal mikirin omongan orang. orang aja gak mikirin kita🤣🤣🤣
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
gemes juga lihat si Vika😏😏
2022-05-18
0
Dina Susanti
aku mampir thor
mampir di karya aku ya
dijual di malam pertama
2022-04-03
2