"Selain jadi pria tidak berguna, kamu mau coba-coba selingkuh juga?" nafas Vika naik turun dengan wajah yang memerah.
"Kamu apa-apaan sih? dikit-dikit nuduh, dikit-dikit menghinaku. Aku memang belum dapat pekerjaan, tapi bukan berarti aku senang jadi pegangguran,"
"Aku baru sebulan nganggur. Itupun nasibku yang apes di PHK. Kamu sabar dong, kendalikan emosi kamu. Malu di lihat tetangga baru kita," sambung Dios.
"Persetan dengan tetangga. Kamu membuat keluhan yang tidak masuk akal. Padahal kamu tahu, aku yang menghidupimu saat ini. Jadi kamu tidak usah protes saat aku pulang malam karena lembur," ujar Vika.
"Aku tidak melarangmu lembur. Tapi kalau bisa jangan full sebulan juga. Mungkin Tuhan ingin kita segera memiliki anak, dengan menjadikan aku seorang pengangguran,"
"Omong kosong apa yang kamu bicarakan? anak? kamu pikir biaya hidup untuk anak bisa dibayar pakai daun? lagian aku belum ada niat punya anak. Jangan bahas ini lagi, kita sudah membahasnya puluhan kali," ucap vika.
"Tapi usia pernikahan kita sudah lama. Usia kita juga tidak muda lagi,"
"Aku nggak mau tubuhku rusak. Kamu bisa nggak sih nggak bahas itu terus? bosan tahu nggak? apa jangan-jangan kamu sengaja ya? kamu iri kan karena karierku lebih menanjak daripada kamu?" tuduh Vika.
Dios hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dios kemudian meninggalkan Vika ke kamar. Dia tidak ingin seluruh barang di rumahnya hancur, karena Vika memiliki temperamen yang sangat buruk.
Hingga pada malam hari, masih kudengar pertengkaran pasangan yang akupun tidak tahu statusnya. Karena perkenalan ku baru sebatas pria itu tidak ingin dipanggil dengan sebutan Om.
"Apa mereka tidak capek bertengkar terus? urat malu mereka pasti sudah putus," gerutuku.
Greppp
Delano tiba-tiba memelukku dari belakang sembari bermain diceruk leherku.
"Mari redam suara mereka dengan suara-suara dari kamar kita," bisik Delano.
"Ma-Maksudnya bagaimana?" tanyaku gugup. Hembusan nafas Delano, membuatku langsung membayangkan yang iya-iya.
"Sudah saatnya kita malam pertama bukan?" bisik Delano.
Deg
Deg
Deg
Jantungku berdegup dengan kencang. Otak licikku langsung bekerja. Aku akan membalas ulah tetangga yang berisik, dengan desah merduku yang pernah ku pelajari dari film biru.
Untuk pertama kalinya Delano mulai melabuhkan ciuman padaku. Tidak hanya bibirnya yang bermain di daging lembutku, tangannya juga mulai me**mas kedua aset berhargaku.
Delano dengan tergesa-gesa melepas pakaiannya, begitu juga denganku yang melepas pakaianku sendiri. Delano langsung menyerbu bibirku kembali, kali ini ciuman kami lebih ganas dari sebelumnya. Delano mulai mendorongku diatas tempat tidur kami, aku menanti-nanti saat suamiku ingin melepas kain terakhir yang menutupi batang rahasia miliknya.
Doenggggg
Pikiranku langsung buyar. Espektasiku miliknya pisang ambon pisang tanduk. Namun yang terpampang di depanku, pisang gadis pisang muli.
"Ukuran tidak masalah bukan? yang penting kita selalu bisa bersama selamanya," perkataannya menyadarkanku, bahwa dia sudah menjadi suamiku. Sudah sepatutnya aku menerima dia apa adanya.
Aku tersenyum kearahnya sembari mengangguk. Delano mulai kembali mencumbuku, dia membuatku melayang saat lidahnya menyentuh pusat inti tubuhku.
Ah...aku hampir lupa niat pembalasanku. Aku menggamit bibirku sendiri, karena takut suara merduku didengar orang lain. Tapi sepertinya aku sudah tidak tahan lagi, terlebih Delano sangat gencar mempermainkan pusat intiku yang membuat tubuhku bergelinjang hebat.
"Ah...ah...ahh..."
Teriakkanku cukup melengking saat Sebuah gelombang, seperti akan segera menghantam batu karang. Aku me**mas rambut Delano, sembari menekannya semakin kuat kearah pusat inti tubuhku. Dan aku benar-benar sangat lega, saat deburan ombak itu benar-benar mendarat ditepi pantai.
Hah
Hah
Hah
Nafasku tersenggal, ada perasaan lega setelah aku berhasil mengeluarkan sesuatu yang sudah sangat mendesak keluar.
"Apa kamu sudah siap Beb?" pertanyaan Delano kujawab dengan anggukkan malu-malu.
Delano mulai menekan ujung batangnya, kearah liang basah milikku. Tidak ada kesan sakit seperti yang orang-orang katakan. Namun saat batang itu akan masuk lebih dalam, akupun merasakan sakit seperti apa yang orang ceritakan. Dan hanya dengan satu kali hentakkan, Delano berhasil merenggut mahkota berhargaku.
Delano mulai menjadikanku landasan pacunya. Aku mulai mengeluarkan suara merduku, dan mulai menikmati hujaman-hujaman yang Delano berikan. Namun aku cukup terkejut, saat mataku baru mulai merem melek, tubuh Delano tiba-tiba mengejang dan segera mengakhiri percintaan dingin itu.
"Maaf," ujar Delano setelah mencabut kepemilikkannya.
"Tidak apa. Mungkin karena ini yang pertama kalinya buat kamu," ucapku sembari menekan rasa kecewaku.
"Tunggu beberapa saat lagi ya? kita akan mengulanginya lagi," ujar Delano.
Setelah menunggu hampir 30 menit, kami kembali melakukan pemanasan dari awal lagi. Namun aku kembali mendapatkan kekecewaan. Tidak sampai 5 menit, ular lidi milik suamiku kembali masuk angin dan efeknya muntah-muntah. Aku jadi bingung, ini apa ularnya yang masuk angin? atau milikku yang terlalu banyak penyedap?
Dan malam pertama kami selalu berakhir dengan kekecewaan. 5 kali kami mengulangnya, 5 kali pula hatiku dongkol. Tapi aku tidak pernah menunjukkan rasa kecewaku di depan suamiku. Aku berpura-pura senang, meskipun kepalaku nyut-nyutan.
Cup
Delano mencium keningku, aku menggeliatkan tubuhku dan kulihat suamiku sudah berpakaian rapi karena akan pergi ke kantor.
"Ya ampun. Aku kesiangan," yang langsung terbangun dari tempat tidur.
"Tidak masalah. Kamu bisa tidur lagi kalau masih ngantuk," ujar Delano sembari mengusap puncak kepalaku.
"Tapi aku tidak membuatkanmu sarapan pagi," ucapku.
"Tidak apa. Nanti aku akan sarapan di kantin saja." Jawab Delano.
Dibalik kekurangannya, dia punya kelebihan yaitu super pengertian. Dia juga selalu bicara lemah lembut padaku.
Aku mengantar suamiku hingga ke depan teras rumah. Sangat kontras dengan tetangga samping rumahku, yang juga sedang mengantar istrinya hingga depan teras rumahnya. Kulirik pria tampan dan macho itu. Dia sama sekali tidak malu meski saat ini dia tengah menggunakan celemek berwarna pink ditubuhnya.
Kulempar senyum terbaikku kearahnya, namun pria itu melengos begitu saja. Apa dia tahu? aku ini memiliki pribadi yang pendendam? lihat saja. Jika bertemu lagi aku akan memanggilnya dengan sebutan OM.
Akhirnya aku memilih masuk kedalam rumah. Aku putuskan setelah mandi aku akan belanja kepasar untuk mengisi kulkas yang baru kami beli kemarin.
Setelah selesai mandi, aku berpakaian ala kadarnya. Hanya dengan menggunakan baju kaos oblong dan celana jeans juga sendal teplek. Aku sedikit berjalan kaki kearah depan. Sekitar 50 meter dari rumahku, sudah ada tukang becak atau tukang ojek yang biasa wara wiri mencari penumpang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Djie Marwati Laissa
klu boleh tw penyedap merek apaan tuh kok enak bnget kayakx🤣🤣🤣😂
2022-12-04
0
Siti Muhtarom
aku tebak ya Thor apa mungkin caren selingkuh sama Dios🤔🤔 karna dia gak puas SM pisang muli milik suaminya🤭🤭😂
2022-05-31
2
Aiee
GK sesuai hylan ya
2022-05-26
0