"Jangan terlalu percaya laki-laki 100%. Karena seorang wanita saja bisa menghianati, apalagi pria jaman sekarang sangat aneh-aneh," ujar Dios yang sama sekali tidak aku mengerti arah pembicaraannya.
Bukan tidak mengerti. Tapi tepatnya aku merasa ada kata tersembunyi dibalik kata-katanya itu. Tapi aku tidak tahu itu apa.
"Kakak sendiri apa percaya istri kakak 100%?" tanyaku.
"Pernah. Tapi pada akhirnya aku sadar, seharusnya aku tidak berpikir demikian. Karena saat kita sudah mempercayai seseorang secara penuh, saat dikecewakan akan sangat terasa sakitnya,"
Aku kembali mencerna kata-katanya. Satu hal yang aku pahami dari pria ini. Dia sangat suka sekali bermain dengan kata-kata. Menyuruh orang menebak semua ungkapan kata-katanya, namun hanya dia sendiri yang tahu jawabannya.
"Apa suamimu sangat baik padamu?" tanya Dios.
"Sangat. Bahkan aku diperlakukan seperti ratu di rumahku." Jawabku dengan bangga.
Namun lagi-lagi dia memperlihatkan senyum misterius itu. Jujur, aku tidak suka melihat senyum anehnya itu.
"Apa kalian pernah bertengkar? pernahkah dia memukulmu?" tanyanya lagi.
"Sejak pacaran hingga menikah, tidak sekalipun kami bertengkar. Dia tidak pernah memukulku, bahkan sebaliknya dia sangat romantis padaku." Lagi-Lagi aku membanggakan suamiku, namun dia membalas dengan senyum misterius itu lagi.
"Polos,"
Komentar satu kata itu tidak tahu dia tujukan untuk siapa. Apa untukku, atau untuk suamiku. Tapi aku juga merasa, aku dan Delano memang pribadi yang polos hingga kami tidak sekalipun pernah bertengkar.
"Hari itu aku melihat kakak bertengkar di halaman. Saat ada istri kakak, juga sering terdengar barang-barang yang sengaja di pecahkan. Sebenarnya ada apa? maaf kalau pertanyaanku tidak pantas," tanyaku.
"Itu tahu nggak pantas." Jawabnya.
Tenyata dia seorang pria yang teguh rahasia. Aku tidak lagi bertanya padanya tentang hal sensitif itu. Karena aku merasa bahan pembicaraan sudah tidak ada lagi, aku memutuskan untuk pulang.
Saat jam makan malam tiba, aku dengar seseorang mengetuk pintu rumahku. Aku intip dari tirai jendela sebelum akhirnya membuka pintu itu setelah memastikan semuanya aman.
Kriekkkk
"Ada apa kak?" tanyaku.
"Aku sempat mendengar saat suamimu membawakan makanan untukmu. Bukankah kamu suka martabak keju? aku hanya ingin memberikanmu ini, waktu itu kamu bilang ingin mencicipi gajiku bukan?"
"Eh? a-aku cuma bercanda kak." Jawabku dengan wajah merona merah.
"Tidak apa. Anggap ini sedekahku," ujar Dios.
"Aku terima ya kak? terima kasih banyak loh," ucapku sembari meraih platik martabak yang dia bawakan untukku.
"Makanlah! kakak pulang dulu,"
"Emm." Aku mengangguk sembari tersenyum kearahnya.
Ternyata dia baik juga. Mungkin sikap yang dingin diawal-awal, karena kami belum kenal pribadi masing-masing. Aku mencium aroma legit dari martabak keju yang aku pegang. Akupun menutup pintu, dan segera pergi ke dapur untuk membuat teh. Aku ingin memakan martabak keju dengan ditemani secangkir teh.
*****
Keesokkan harinya aku pergi kepasar tradisional. Aku ingin membeli kebutuhan dapurku yang sudah tidak ada lagi di kulkas. Namun naasnya saat baru turun dari tukang ojek, aku dijambret seseorang dari belakang dan taskupun digondolnya.
Aku sempat mengejarnya, hingga akupun tersungkur ke jalan aspal. Namun saat aku sedang menangis tersedu-sedu, seseorang mengulurkan tangan untuk membantuku.
"Kakak?" aku menyeka air mataku dan bangkit dari jalan aspal sembari berpegangan dengan tangan kak Dios.
"Kamu terluka. Sebaiknya biar aku antar pulang saja," ujar Kak Dios.
"Aku melihat dibagian depan sudah ada banyak barang belanjaan kak Dios. Ternyata pria itu lebih dulu pergi kepasar daripada aku.
"Kakak tidak bekerja?" tanyaku.
"Tidak. Tempo hari aku hanya mengantar bosku pergi ke luar kota. Nanti saat dia pulang, baru aku akan menjadi supirnya lagi."
Aku diam. Rasa sakit di lututku lebih mendominasi saat ini. Karena takut terjatuh, aku beranikan memeluk pinggangnya meski tanpa izin darinya.
"Apa ada kotak P3K dirumahmu?" tanya Dios saat kami baru tiba dihalaman rumah.
"Tidak ada." Jawabku singkat.
"Tunggu di teras. Aku akan mengambil obat dirumahku," ujarnya.
"Emm." Aku hanya menganggukkan kepalaku.
Aku memperhatikan lengan dan kakiku yang terdapat luka lecet dan memar. Aku memutuskan untuk masuk kedalam untuk mengambil beberapa es batu untuk mengompres lukaku.
Namun aku sangat terkejut, saat tiba-tiba dibelakangku ada Dios yang menyangga tubuhku, saat aku hampir saja terjatuh karena kakiku yang sepertinya juga terkilir.
Pandangan mataku sempat beradu dengannya, yang membuat jantungku jadi berdebar-debar.
"Ehemm,"
Aku menetralisirkan rasa gugupku dengan berdehem cukup keras. Dios melepaskan tangan ditubuhku dan membantuku berjalan kearah ruang tamu. Aku melirik kearah pintu rumahku, aku bersyukur karena pintu itu dalam keadaan terbuka. Itu artinya pria disampingku ini sama sekali tidak ada niat buruk terhadapku.
"Maaf. Tadi kakak langsung nyelonong masuk. Takutnya terjadi apa-apa padamu," ujar Dios.
"Makasih kak." Jawabku.
"Aku bersihkan lukamu ya?"
"Eh? bi-biar aku sendiri saja kak. Nanti setelah selesai, kotak P3K nya aku kembalikan ya?"
Bersyukur dia mengerti ke khawatiranku. Secara halus aku memang mengusirnya. Aku hanya merasa tidak pantas memasukkan pria asing kedalam rumahku, sementara suamiku tidak ada di rumah.
"Kakak pulang dulu. Kalau ada apa-apa teriak saja," ujarnya.
"Emm." Aku mengangguk.
"Oh ya. Apa kamu masih punya simpanan uang? atau uangmu kena jambret semua?" tanya Dios.
"Masih ada kak Bersyukur aku tadi bawa uang secukupnya. Ponselpun lupa aku bawa. Jadi masih amanlah," ucapku.
"Istri kakak belum pulang juga?" tanyaku.
Kulihat dia menggeleng. Ingin rasanya aku bertanya lagi. Tapi aku tahu dia tidak akan pernah membuka aib rumah tangganya sendiri, meskipun dia juga tahu.aku sering menyaksikan pertengkaran mereka.
Namun tiba-tiba dia mengeluarkan pertanyaan yang membuatku jadi bingung menjawabnya.
"Caren. Jika seandainya suatu saat suamimu menghianatimu. Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Dios.
"Aku akan mencampakkannya. Seperti dia mencampakkanku dengan memilih wanita lain." Jawabku.
"Meskipun kamu sangat mencintainya?
"Ya." Jawabku tegas.
"Bagaimana dengan membalas dengan cara yang sama?"
"Tidak terpikirkan olehku. Yang terpikir olehku hanya ingin membuangnya saja. Karena bagiku pria di dunia ini sangat banyak. Aku bisa mencari pria lain, setelah menceraikannya." Jawabku.
Dios tampak terdiam. Saat aku akan membuka mulutku ingin bertanya lagi padanya.
"Dia menghianatiku. Tapi tidak dengan caramu, aku lebih memilih memaafkan. Ataupun membalasnya dengan serupa,"
Kali ini aku yang terdiam. Aku jadi bingung harus berkomentar apa. Hanya saja aku tidak menyangka. Pria setampan dan segagah dia, bisa bersikap seolah kekurangan wanita di muka bumi ini.
Kini aku tahu kenapa dirinya menangis saat itu. Kini aku baru tahu masalah utama yang dia hadapi. sungguh aku merasa sangat kasihan padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Siti Muhtarom
mungkin ini awal hubungan terlarang itu d mulai ya Thor🤭🤭
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
ini keseharian Delano yg blm ada🤭🤭
2022-05-18
0
Juni Yanti Meliala
lanjutkan lagi novelx
2022-04-05
1