Air mataku mengalir laksana air terjun, saat Delano sudah Sah menjadi suamiku beberapa detik yang lalu. Suasana haru begitu terasa di kediamanku saat ini, terlebih aku adalah putri satu-satunya di keluargaku.
Keesokkan harinya kami mengadakan resepsi disebuah gedung sederhana. Keluargaku memang sengaja mengundang banyak orang, karena mereka pikir aku adalah putri satu-satunya mereka. Dan menginginkan pernikahan sekali dalam seumur hidup.
Malam harinya mama memanggilku untuk datang ke kamarnya. Dia ingin minta di bantu untuk menuliskan nominal amplop beserta nama orangnya. Meskipun ada rasa sedikit malas, tapi aku tetap membantu mamaju.
"Udah ah ma capek...ngantuk. Sisanya mama sama papa teruskan ya? kasihan Delano tadi minta dipijat kakinya," ujarku seraya berdiri dari tepi tempat tidur orang tuaku.
"Awas pelan-pelan saja. Jangan buru-buru, biar nggak sakit nantinya," aku mengerti arah tujuan omongan mama. Namun aku berpura-pura tidak mendengar, meskipun sebenarnya aku sangat gugup saat ini.
Oh ya. Tinggi badan suamiku sudah hampir 2 meter. hanya kurang 20 sentimeter saja. Bayanganku kepemilikkannya, tidak jauh beda dengan tinggi besar orangnya.
Aku tertawa sendiri saat membayangkan benda satu itu akan mengobrak abrik milikku sebentar lagi. Meski aku bukan pelaku se*s bebas, tapi aku sering juga nonton blue film bersama-sama temanku. Awalnya aku penasaran, tapi lama kelamaan ketagihan juga. Aku jadi tahu banyak hal tentang posisi-posisi saat orang dewasa bercinta. Aku juga tahu cara tehnik berciuman yang membuat seseorang bergairah. Dan yang paling penting, aku jadi tahu tiap ukuran normal orang Asia sampai Afrika. Semua yang aku tahu hanya sekedar lewat video tidak bermoral, untuk pengalaman aku hanya bernilai 0 besar.
Namun sejujurnya aku lebih penasaran dengan bentuk punya suamiku. Ah...pikiranku benar-benar kotor saat ini. Bahkan aku sempat memikirkan bagaimana caraku mendesah, agar suamiku tambah bergairah.
Krieekkkk
Kutekan handle pintu kamarku. Malam ini Delano memang tengah menginap dirumahku, 3 hari kemudian akan diadakan acara ngundu mantu di rumah mertuaku.
Kudengar Suara Delano sudah mendengkur. Antara lega dan kecewa bercampur jadi satu. Lega karena mahkotaku selamat, dan kecewa karena malam pertamaku ternyata gagal malam ini.
*****
Cup
Aku merasakan keningku sedikit dingin, karena Delano memberikan ciuman selamat pagi untukku. Ciuman pertama kami, setelah menjalin kasih setahun setengah lebih 40 hari. Aku sembunyikan wajahku didalam selimut. Meski hanya ciuman dikening, namun entah mengapa jantungku debarannya sudah seperti gempa berskala 3,5.
"Maaf semalam kamu aku tinggal tidur duluan. Capek banget Beb. Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Delano sembari perlahan menarik selimut yang menutupi wajahku.
"Nggak apa. Aku juga lelah. Soal malam pertama kita bisa melakukannya kapan saja." Jawabku.
"Beb. Kamu ingin kita bulan madu kemana?" tanya Delano.
"Tidak perlu kemana-mana. Jangan menghambur-hamburkan uang demi hal yang dimana saja bisa melakukannya,"
"Kali aja kamu pengen sesuatu yang beda," ujar Delano.
"Mending uangnya kita tabung buat masa depan," ucapku sembari beranjak dari tempat tidur.
Tap
Delano menarik tanganku hingga aku jatuh diatas tubuhnya. Di tepikannya rambutku ke belakang telingaku. Dia kemudian membalikkan posisi kami, hingga aku berada dibawah kungkungannya.
"Mau sekarang?" tanya Delano.
"Kok tanya aku? kamunya mau nggak?" tanyaku.
Terdengar lucu saja saat kudengar pertanyaan itu keluar dari mulut suamiku. Meskipun aku ingin, tentu saja aku gengsi mengatakannya. Jadinya terpaksalah aku pura-pura tidak menginginkannya saat ini, meskipun aku sudah penasaran setengah mati.
"Kita main santai aja kali ya? kita bisa melakukannya saat pindah dirumah baru nanti," ucap Delano sembari menarik tubuhnya yang tadi mengungkungku.
Hah? selama itu? lalu bagaimana dengan nasib yang dibawah sana? yang mulai nyut-nyutan. Ughhh...sehari menikah dengannya aku jadi tahu kalau suamiku ini tipe pria yang sedikit kurang peka.
Namun apa mau dikata, demi gensiku yang setinggi langit dan selebar bumi. Aku akan mencoba berpura-pura tidak perduli, meskipun pada kenyataannya hatiku dongkol setengah mati.
Dan pada akhirnya 3 haripun berlanjut, di rumah mertuaku melaksanakan acara ngundu matu, agar para terangga semuanya tahu, kalau suamiku kini sudah memperistri diriku.
"Ma. Lusa kami mulai pindah ya?" tanya Delano, saat kami tengah makan malam bersama di rumah mertuaku.
Baru tadi sore acara ngudu mantu berakhir, tapi Delano sudah membicarakan tentang kepindahan kami ke rumah baru. Tentu saja raut wajah ibu mertuaku mendadak mendung.
Ku senggol kaki suamiku dengan ujung sendalku. Aku memberikan kode padanya dengan ujung daguku sembari mengarah pada ibu mertuaku.
"Kan pindahnya juga nggak jauh ma. Paling cuma 20 menitan dari sini," sambung Delano.
Mataku melotot kearahnya. Bukan kata itu yang ingin aku dengar dari mulut suamiku. Aku tidak keberatan jika harus tinggal barang seminggu atau sebulan dengan ibu mertuaku. Aku juga bisa memaklumi, mungkin ibu mertuaku ingin mencicipi masakkan menantunya. Meskipun aku tidak pandai memasak, tapi untuk masakkan standar masih bisa aku lakukan.
"Harus lusa ya? apa tidak bisa kalian tinggal barang sebulan di sini?" tanya mama Wina.
"Bisa kok ma? jangan dengarkan omongan Ano. Kami akan pindah bulan depan saja,"
Aku berusaha membuat mama Wina mengembalikan senyumnya yang hilang beberapa detik yang lalu.
"Kok gitu beb? tempat kerjaku jauh dari sini," tanya Delano.
"Cuma satu bulan sayang. Kasihan mama belum rela lepasin kamu, iya kan ma?" aku mengedipkan mataku kearah mama Wina.
"Biarkan saja dia pindah lusa sendirian. Sekarang anak kandungku bukan dia lagi, sudah berubah jadi Carenina. Biarin deh nggak punya anak laki," sindir Wina.
"Bukan gitu ma. Tempat kerja Ano agak jauh dari sini. Itulah sebabnya Ano cari perumahan yang lebih dekat dari kantor," ujar Delano.
"Ya sudah mama minta seminggu deh," bujuk mama Wina.
Delano menghela nafas dan kemudian mengangguk sembari tersenyum. Malam itu obrolan di meja makan terasa ringan. Satu lagi yang kutemukan di keluarga ini. Ayah mertua dan adik iparku sangat pendiam, jika dibandingkan dengan mama Wina dan Delano.
Seperti malam-malam sebelumnya. Malam-Malam kami banyak dihabiskan dengan mengobrol. Aku tidak tahu apa yang salah dengan suamiku, hingga dirinya tidak bernafsu untuk memulai malam pertama kami yang sudah sangat kudambakan.
Kadang aku hampir seperempat hari menatap diriku dicermin, hanya untuk melihat apa ada yang kurang dari tubuhku. Tapi aku cukup percaya diri, karena selain berparas cantik. Aku juga mempunyai body yang bisa di bilang cukup montok.
"Apa benar-benar harus di rumah baru, baru bisa malam pertama? Jangankan malam pertama, mengajakku berciuman saja tidak. Ini apa ada yang salah denganku?" aku selalu perang batin kalau hari sudah beranjak malam.
Dan seperti biasa, setelah mengobrol panjang, aku di tinggal tidur begitu saja tanpa mengerti perasaanku yang gundah gulana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Siti Muhtarom
kok aku jd penasaran apa mungkin suaminya.....?????🤔🤔🤔
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
eh...jangan²🤔🤔
2022-05-17
0
TK
😱😱😱
2022-04-17
0