Sebuah mobil hitam berhenti di depan rumahku tepat pada pukul 8 malam. Aku intip dari jendela rumahku, dan kulihat Delano turun dari mobil. Aku lihat dia membuka bagasi mobil bagian belakang, untuk menurunkan sebuah koper dari sana.
Entah kenapa aku malah tidak terlalu senang lagi Delano pulang. Mungkin karena amarahku sudah memuncak setelah janji 10 hari menjadi 3 minggu tanpa kabar. Hatiku benar-benar jengkel dan merasa sudah dibohongi.
Kriekkk
Aku buka pintu rumahku sebelum dia mengetuknya. Aku juga melihat kak Dios baru pulang dari bekerja, dan sempat melirik kearah kami yang masih berada di teras.
"Apa kabarmu. Hem?" tanya Delano dengan wajah tanpa dosa.
Dia ingin meraih wajahku, namun aku segera menepis tangannya itu. Tanpa banyak bicara aku tinggalkan dia sendiri di teras. Aku ingin mengajaknya ribut besar-besaran malam ini. Tapi aku tidak ingin ribut di depan tetanggaku yang tahu betul masalahku saat ini.
"Aku minta maaf karena tidak mengabarimu. Aku benar-benar sibuk. Karena terjadi sesuatu di perusahaan. Tapi kabar baiknya, sekarang aku diangkat jadi wakil direktur diperusahaanku," ujar Delano saat tiba di kamar kami.
"Jangan jadikan sibuk sebagai alasan. Kamu juga tahu sifatku. Aku bukan orang yang berpikiran sempit. Kalau kamu sibuk aku juga mengerti. Tapi masuk akal nggak sih, kalau kamu kerja nggak ada waktu istirahatnya?"
"Ya memang ada. Tapi aku benar-benar menggunakannya untuk beritirahat." Jawab Delano.
"Aku sengaja mematikan ponselku. Agar aku benar-benar fokus menyelesaikan masalah kantorku. Please kamu harus ngertiin aku dong," ujar Delano.
"Aku nggak ngertiin kamu gimana lagi sih? aku bahkan selama 3 minggu kamu tinggalkan, cuma satu malam nginap di rumah mama. Aku nggak mau mereka banyak tanya, yang aku sendiri bingung mau jawab apa," aku tidak kalah emosi dari dia.
"Kamu kenapa sih? suami nggak pulang dicariin? suami pulang malah diomelin. Aku ini baru pulang kerja. Capek tahu nggak?"
Baru kali ini aku melihat Delano semarah ini. Bisa dibilang ini adalah pertengkaran pertama kami dari berpacaran, hingga menikah. Dan aku mulai berpikir, apa iya aku ini keterlaluan sebagai seorang istri. Dan jadilah untuk meluapkan rasa kesalku, aku menangis tersedu-sedu.
"Maaf," Delano membawa kepalaku dan dibenamkannya kedalam dadanya yang bidang.
"Aku tu kangen kamu tahu nggak sih? hikz..." aku mengungkapkan isi hatiku dalam dekapannya.
"Aku tahu. Karena aku juga sangat merindukanmu," ujar Delano.
Aku semakin mengeratkan pelukkanku. Aku cium wangi parfumnya. Sempat aku terngiang ucapan kak Dios yang aneh. Tapi aku bersyukur, wangi parfum Delano masih sama seperti wangi parfum yang dia pakai setiap hari.
"Jangan marah lagi ya? aku tahu aku salah. Tapi percayalah. Kerja kerasku demi masa depan kita berdua nanti," Delano membujukku dengan lembut, hingga hatiku langsung luluh seketika.
"Oh ya. Aku membawa oleh-oleh untukmu," ujar Delano sembari melepaskan pelukkannya.
Delano kemudian membuka kopernya, dan meraih sebuah kotak berwarna merah. Ada sebuah kalung emas putih disana.
"Apa ini emas putih?" tanyaku.
"Ya. Aku mendapatkan bonus dari pekerjaanku. Jadi aku belikan ini saja untukmu." Jawab Delano.
Aku berhambur kepelukkannya. Aku merasa bersalah karena sudah menuduhnya, padahal dia sangat perduli denganku.
"Aku pasangkan ya?" tanyanya dan akupun mengangguk tersipu.
Delano memasangkan kalung itu di leherku. Kemudian dia menggigit kecil telingaku hingga aku sedikit terangsang oleh ulahnya itu.
"Sangat cantik sayang," bisiknya.
"Makasih ya sayang. Maafkan aku. Seharusnya aku tidak bersikap seperti tadi," ujarku sembari mengalungkan tangan di kedua lehernya.
Tanpa banyak kata dia langsung mengecup bibirku. Kamipun berpagut mesra. Ah...lama tidak berciuman dengannya, aku merasakan nikmat saat dia dengan lembut melu**t bibirku.
Aku dan dia tampak tergesa-gesa melepas pakaian kami. Aku merasa dia begitu bersemangat, mungkin dia sudah sangat menginginkannya setelah 3 minggu berpuasa. Setidaknya itulah yang ada didalam pikiranku saat ini.
Seperti biasa dia memuaskan aku lebih dahulu dengan daging lembut bagian atasnya. Setelah aku mendapat pelepasanku, aku langsung membuat dirinya berada dibawahku. Setelah banyak searching, aku baru tahu kalau posisi ini membuat ayam jagoku akan sedikit lebih lama bertahan.
Ternyata bukan isapan jempol menurutku. Delano yang bisa bermain tidak lebih dari 3 menit, saat ini bisa bertahan hingga 5 menit. Tapi tetap saja aku belum mendapat pelepasanku yang selanjutnya.
Ah...sudahlah. Aku terima saja nasibku kali ini. Yang penting aku tahu, dia tidak mungkin menghianatiku dengan kemampuannya yang sangat payah itu.
Aku mendengar Delano mendengkur. Mungkin dia sangat lelah pikirku. Sementara aku sama sekali tidak bisa tidur dan memutuskan untuk pergi ke ruang tamu.
Ceklekkk
Aku mendengar seseorang membuka pintu. Aku lihat istri tetanggaku baru pulang setelah waktu menunjukkan hampir pukul 10 malam. Tapi anehnya kali ini tidak ada suara pertengkaran seperti biasanya. Terlebih suara piring dan gelas yang dibanting ke lantai.
Aku tersenyum sendiri. Pikirku saat ini pasti kak Dios tengah bertempur dengan istrinya sama seperti yang kulakukan dengan suamiku. Aku sandarkan kepalaku di sofa, tidak terasa akupun jatuh tertidur.
*****
"Kamu langsung masuk kerja lagi setelah melakukan perjalanan bisnis?" tanyaku.
"Ya.Walau sekarang sudah jadi wakil direktur, tapi aku kan belum jadi seorang bos. Jadi masih harus giat bekerja." Jawab Delano.
Aku bantu suamiku memasang dasinya. Kemudian kutemani dia sarapan pagi. Setelahnya kuantar dia hingga ke depan teras rumah kami.
Aku melirik kearah kak Dios yang baru saja mengeluarkan motor. Sepertinya dia akan berangkat bekerja.
"Suamimu pulang juga rupanya," ujar Kak Dios.
"Iya. Aku lihat istrimu juga sudah pulang semalam. Aku juga tidak mendengar kalian bertengkar," ucapku.
"Soalnya dia pulang sudah malam. Aku sangat lelah dan mengantuk. Tidak mood bertengkar dengannya,"
"Sekarang?" tanyaku penasaran.
"Dia masih tidur." Jawabnya.
"Kakak sudah sarapan?" tanyaku.
"Makan mie instan." Jawabnya.
"Mau nasi goreng lagi? ada sisa dari kami sarapan tadi. Cukup buat ganjel perut kakak," tanyaku.
"Tidak usah. Kakak buru-buru sekarang. Kakak pergi ya?"
"Ya. Hati-Hati kak,"
Tiin
Kak Dios mengklason sebelum dia pergi membelah jalan. Akupun masuk kedalam, untuk melanjutkan pekerjaan rumahku. Karena Delano pulang, aku memutuskan untuk pergi kepasar untuk memenuhi kebutuhan kami selama satu minggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Siti Muhtarom
fix ini mah beneran bikin aku penasaran Thor apa mungkin mereka selingkuh. pergi bareng pulang bareng pasti ini mah ada udang d balik bakwan🤣🤣🤣🤣
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
apa bner selingkuh sama Vita🤔🤔ko pulangnya bisa bareng
2022-05-19
0
Anonymous
akibat kesepian melanda ini mah🤭
2022-04-08
0