"Ini maksudnya apa? kenapa gelas tetangga bisa ada dirumah kita? pakai ada karakter foto orangnya lagi? kamu main api sama dia?"
Vika hendak membanting Gelas besar yang ada ditangannya, namun dengan sigap Dios menahan tangan Vika hingga menggantung di udara. Perlahan tangan Dios meraih gelas itu dari tangan Vika, sembari matanya menatap mata istrinya itu.
"Ini gelas kebaikkan tetangga. Tanpa gelas ini aku tiap hari minum langsung dari kran, karena aku tidak sempat buat beli gelas dan piring yang semuanya sudah dipecahkan oleh istriku," ucap Dios.
"Oh, jadi benar dugaanku. Kamu sudah main api sama dia? gitu kamu sok mau ngelarang aku cari duit dengan jalan menyimpang. Lalu apa bedanya kamu sama aku?"
"Tutup mulutmu! jangan samakan semua wanita sepertimu. Kalau nggak ada dia, mungkin suamimu mati kelaparan terus. Lalu fungsi kamu sebagai istri apa?" tanya Dios.
"Kenapa kamu protesnya sekarang? ini pasti karena kamu sudah berselingkuh dengan wanita itu kan?"
"Apaan sih? kamu sudah gila ya? dia itu punya suami, aku sudah punya istri. Rumah tangga dia harmonis, bukan seperti rumah tangga kita yang seperti di neraka ini,"
Dios berkata dengan berapi-api.
"Ya udah kalau memang seperti di neraka. Kita juga sudah tidak sejalan lagi. Lebih baik kamu ceraikan aku sekarang juga," Vika berkata dengan nada yang tak kalah tinggi.
"Kenapa sih setiap bertengkar kamu selalu mengancam dengan kata-kata seperti itu? apa aku ini sudah tidak ada artinya lagi bagi kamu? apa cinta tulus aku tidak bisa nyentuh hati kamu yang paling dalam?"
"Vika bertaubatlah. Aku akan menerimamu dengan tangan terbuka. Ayo kita benahi rumah tangga kita dari awal lagi. Kita mulai pikirkan tentang masa depan kita. Kita juga harus mulai memikirkan program anak. Aku sudah sangat menginginkannya," sambung Dios.
"Dasar suami tidak tahu diri. Masih syukur aku mau menerima kamu apa adanya. Ini malah nuntut pengen punya anak segala."
"Aku tahu tujuanmu ingin membuatku hamil. Kamu ingin aku berada dirumah dan hanya fokus ngurus anak dan suami. Enak aja, aku mah mending milih karier, daripada milih suami kayak kamu," sambung Vika.
Vika meninggalkan Dios yang mematung di ruang tamu.Sementara wanita itu pergi keluar dengan menyeret kopernya kembali. Padahal seingatku wanita itu baru pulang 2 hari yang lau.
"Kita jangan kayak mereka ya Beb? bertengkar terus. Cukup sekali kemarin itu kita bertengkar. Rasanya nggak enak banget," ujar Delano.
"Iya." Jawabku singkat.
"Tapi kamu memangnya harus ya pergi perjalanan bisnis keluar kota lagi? kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis 2 hari yang lalu?" tanyaku dengan bibir mengerucut.
"Ya mau gimana lagi. Namanya juga tugas. Lagipula bonus kali ini sangat besar. Kita bisa beli rumah yang lebih besar lagi dari ini. Lagian nggak bagus lingkungan tetangga kita yang seperti ini. Aku takut kamu bisa kena serangan jantung." Jawab Delano sembari terkekeh.
"Sampai berapa lama? jangan lama-lama yank. Ini aja aku masih kangen berat sama kamu," tanyaku.
"Kali ini aku nggak mau janji. Takutnya kalau aku pergi nambah hari, kamunya marah kayak kemarin. Dan satu lagi, seperti biasa aku tidak akan mengaktifkan ponselku selama aku pergi. Aku ingin fokus bekerja." Jawab Delano.
Aku sudah bisa membayangkan betapa sepinya hari-hariku selanjutnya tanpa Delano.
"Jangan sedih dan cemberut gitu. Pokoknya selama aku pergi, aku izinkan kamu pergi kerumah mama. Nanti uang jajanmu aku transfer yan sayang?"
Delano membelai pipiku dan kemudian mencium keningku. Aku terpaksa mengikhlaskannya pergi, meskipun hatiku belum rela.
Aku lambaikan tanganku, hingga mobil suamiku menghilang dari pandangan mataku. Saat aku berbalik badan, aku melihat kak Dios baru keluar rumah dengan mata yang merah.
"Kakak mau berangkat kerja?" tanyaku.
"Ya." Jawab kak Dios dengan wajah tertunduk.
Tebakkanku kak Dios saat ini tengah malu, karena matanya baru selesai menangisi istrinya lagi.
"Istri kakak pergi lagi?" tanyaku.
Namun kali ini pertanyaanku sama sekali tidak dia jawab. Dia langsung pergi dengan sepeda motornya. Namun selang 30 menit kepergiannya, kak Dios kembali lagi dengan posisi dirinya dibonceng oleh seorang tukang ojek online.
Aku lihat kakinya berjalan dengan pincang. Celananya juga robek-robek. Dan keningnya juga ikut terluka. Ada apa?
Aku bergegas mengambil kotak P3K yang belum sempat aku kembalikan. Aku segera menghampiri dirinya yang tengah duduk di teras sembari memejamkan mata.
"Kak. Kakak kenapa?" tanyaku panik.
Dios membuka matanya. Aku bisa melihat ada cairan air mata yang meleleh dari sudut matanya. Dia menangis karena lukanya? atau menangis karena apa?
Secepat kilat dia menyeka air matanya. Mungkin dia tidak ingin air mata kelemahannya diketahui orang lain.
"Kak ini kotak P3K kemaren. Ayo kita obati dulu luka kakak," ucapku.
"Sebaiknya kita obati didalam saja. Takutnya ada orang lewat, ini masih siang. Jadinya masih banyak orang yang melintas," ujar Dios.
Sejenak aku ragu. Tapi menurutku ada benarnya juga. Akupun mengekor dibelakang kak Dios, dan kemudian duduk di sofa ruang tamunya. Aku melihat situasi rumah itu. Nyaris tidak ada barang apapun disana, kecuali sofa dan foto pernikahan yang terpajang didinding.
Aku mulai membersihkan luka lecet kak dios. Aku lihat dia mengepalkan tangannya, karena menahan rasa sakit. Setelah selesai membersihkan luka pada tangan dan kakinya, aku kemudian pindah kebagian keningnya. Tanpa sadar jarakku dengannya terlalu dekat, hingga aku bisa merasakan terpaan nafasnya diwajahku.
Aku bergegas menjauhkan diri, dan secepatnya mengoleskan obat pada luka-lukanya.
"Apa masih ada luka yang lain kak?" tanyaku.
Aku ingin segera keluar dari rumah itu, karena aku sunggu merasa canggung saat ini.
"Sebenarnya masih ada. Aku merasa bagian belakangku sakit dan perih. Mungkin karena aku terguling-guling dijalan aspal tadi." Jawab Dios.
Saat dia memiringkan badannya, aku lihat memang baju bagian belakangnya sobek, hingga tembus ke baju kaos dalamnya. Sudah kepalang tanggung, aku tawarkan saja bantuan padanya. Karena menurutku dia tidak mungkin bisa mengobati luka bagian belakang punggungnya sendiri.
"Lepaskan baju kakak. Biar aku lihat dan aku obati," ujarku.
"Eh? ap-apa kamu tidak apa-apa melihat tubuhku?" tanya Dios.
"Mau bagaimana lagi. Kakak juga tidak akan bisa mengobatinya sendiri. Tahu gitu kenapa tidak dibawa ke klinik atau rumah sakit saja tadi?"
"Takutnya uang kakak nggak cukup." Jawab kak Dios.
"Bukalah!"
Kak Dios kemudian membuka bajunya. Ternyata tidak hanya bagian belakang tubuhnya saja yang terluka. Diperutnya juga terdapat luka-luka. Dan aku sungguh gagal fokus saat melihat tonjolan-tonjolan diperutnya yang Delanopun tidak punya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Susi Susilawati
makin seru& makin tambah penasaran
2022-06-08
0
Siti Muhtarom
bener ini novel bikin aku penasaran aku pengen cepat tau kebenaran nyah Thor😁😁
2022-05-31
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
kyae bneran deh Delano selingkuh sama Vika, mdhan cepet ketahuan
2022-05-19
0