Duda Vs Anak Perawan
Suara dering handphone yang memekakkan telinga di pagi buta, membangunkan sosok laki-laki yang sedang tertidur di ranjangnya yang empuk. Tangannya terulur mencoba meraih benda pipih yang berada di atas nakas yang ada di samping ranjangnya.
"Assalammualaikum, Bu." Suaranya yang serak khas orang bangun tidur memberikan salam kepada si penelepon.
[Wa'alaikumsalam. Yusuf, kamu harus pulang sekarang, Nak! Istrimu mengalami kecelakaan.]
Mendengar kabar yang diberitahu oleh Ibunya, Yusuf langsung bangun dari posisinya yang semula berbaring. "Astaghfirullahal'adzim. Bagaimana itu bisa terjadi, Bu?"
[Semalam Ayah mertuamu masuk rumah sakit. Dan istrimu menjenguknya karena tidak ada yang menemani. Katanya dia mau pulang dulu untuk membawa surat atau apa gitu karena Ayah mertuamu harus menjalani operasi usus buntu. Aisha pulang dengan mengendarai motor. Dia mengalami kecelakaan beruntun.]
Yusuf mendengar Ibunya berbicara sambil menangis tergugu. Dia juga meneteskan air matanya.
"Baik, Bu. Yusuf akan pulang sekarang!"
[Saat ini, Ibu tidak bisa meninggalkan ayahmu yang sedang stroke dan anakmu Asiah juga lagi tidur]
"Ibu di rumah saja dulu. Jaga Bapak dan Asiah." Yusuf pun bergegas menyiapkan diri untuk pulang ke kampung halamannya.
***
Yusuf langsung berangkat dengan menggunakan motor matic. Dia mengendarai selama hampir 2 jam karena dia mampir ke masjid dulu saat waktu subuh.
Rumah sakit dalam keadaan genting karena banyak korban dan keluarga korban yang berseliweran di daerah ruang unit gawat darurat. Yusuf mencari informasi tentang korban kecelakaan beruntun. Untungnya Aisha sudah diurus oleh Pak RT di daerahnya tempat tinggal, begitu dia mendapat informasi ada warganya yang mengalami kecelakaan.
Yusuf masuk ke ruang rawat ICU karena Aisha masih berada di sana. Suara perawat tadi masih terngiang memberitahukan kondisi istrinya. Sebentar lagi dia akan menjalani operasi meski hasilnya hanya sekitar 1% kemungkinan berhasil. Luka yang dialami oleh Aisha adalah luka patah tulang paha dan tangan, retak tulang tengkorak, dan ada gumpalan darah di otaknya. Serta tusukan pecahan kaca di perutnya bagian hati dan empedu.
Aisha, istrinya yang selalu tersenyum cantik dan bertutur kata lembut, kini berbaring dalam keadaan pucat pasi. Tidak ada rona di pipinya yang mulus.
"Aisha ... Sayang. Bangun, Abang pulang!" bisik Yusuf dengan suaranya yang bergetar menahan isakan tangis.
Yusuf mencium kening, pipi dan bibir istrinya. Sebagaimana biasanya ketika mereka bertemu. Namun, kini dia tidak mendapat balasan dari istrinya sebagaimana biasanya. Tidak ada pelukan hangat saat dia pulang ke rumahnya seminggu atau dua minggu sekali.
"Nak Yusuf, tadi dokter sudah memeriksa keadaan Aisha. Katanya akan dilakukan operasi sebentar lagi, meski kemungkinan berhasilnya sangat kecil," kata Pak RT yang baru masuk.
"Lakukan saja Pak! Meski peluang itu kecil. Aku ingin istriku bisa diselamatkan," balas Yusuf.
"Iya, tadi Ibumu juga sudah bilang begitu lewat telepon. Dia ingin agar menantu kesayangannya bisa diselamatkan." Pak RT menepuk kedua bahu Yusuf.
"Bang …." Aisha memanggil Yusuf dengan lirih.
"Alhamdulillah, Sayang. Kamu akhirnya sadar." Yusuf mencium tangan dan kening Aisha dengan penuh perasaan haru.
" Assalammu'alaikum, Abang. Abang ... kenapa pulang?" tanya Aisha saat membuka matanya dan napas yang berat juga suaranya yang lemah. Senyuman cantik tersungging di bibirnya yang pucat.
"Wa'alaikumsalam, Sayang. Tentu saja, Abang akan pulang dan berada di dekatmu saat saat kamu sakit. Apalagi kini kamu kecelakaan seperti ini." Yusuf mengelus pipi Aisha. Hal yang paling disukai oleh istrinya saat mereka bersama.
"Terima kasih, Bang. Abang selama ini selalu memperhatikan aku. Juga mencintai, menjaga, dan menyayangi aku," kata Aisha dengan air mata yang mulai meleleh. Satu kecupan diberikan oleh Yusuf pada bibir istrinya.
"Tentu saja karena kamu itu istri tercinta, Abang." Yusuf tersenyum agar Aisha juga ikut tersenyum. Terbukti kini istrinya itu juga tersenyum meski sedikit karena terlihat dia menahan rasa sakit.
"Sayang, mana saja yang sakit? Nanti, Abang beritahu dokter agar mengobatinya," tanya Yusuf dengan panik karena Aisha meringis menahan rasa sakit yang sedang dirasakannya.
"Ada yang lebih penting yang ingin aku bicarakan dengan Abang," bisik Aisyah disela-sela ringisan menahan sakit dan tangannya meremas kuat lengan Yusuf.
"Apa itu, Sayang?" tanya Yusuf dengan hati tidak menentu.
"Besarkan-lah Asiah dengan penuh kasih sayang. Jangan biarkan putri kita merasa kesepian! Didiklah dia agar menjadi anak yang sholeha, beradab, dan berilmu. Carilah ibu sambung yang sayang dan mencintainya dan tulus dalam membesarkan Asiah ...." Perkataan Aisha terpotong karena Yusuf menyela.
"Tidak, Sayang! Jangan bicara yang tidak-tidak! Kamu akan sembuh. Hanya kamu yang bisa menjadikan Asiah anak seperti itu." Yusuf membelai wajah Aisha yang berlinang air mata.
"Tidak, Bang. Aku rasa ini sudah batas akhir ... Abang, masih muda. Carilah pengganti diriku yang bisa mendampingimu dan mau menerima Asiah, putri kita." Aisha semakin meremas kuat seprai dan sebelah tangan Yusuf karena menahan rasa sakit yang amat sangat dari luka-lukanya. Yusuf membawa tubuh Aisha dalam pelukannya.
"Aku hanya mencintaimu, Aisha. Tidak mau dengan yang lainnya," ujar Yusuf sambil berderai air mata menyaksikan wajah kesakitan istrinya.
"Aku juga mencintaimu, Bang. Semoga kita dipersatukan lagi di akhirat kelak," kata Aisha semakin melemah.
"Carilah kebahagiaan Abang di masa depan. Jangan terpaku sama masa lalu kita. Biarkan ini menjadi kenangan indah yang hanya milik kita berdua," lanjut Aisha. Kemudian, mencium bibir suaminya.
Aisha mengucapkan tahlil yang mentahbiskan kebenaran Allah, Tuhannya. Dengan sisa-sisa kekuatan dan kesadarannya di bimbing oleh Yusuf. Sebelum napas terakhir dihembuskan dalam pelukan suaminya.
Tangisan Yusuf pecah dan meraung memanggil nama istrinya yang selalu setia meski jarak memisahkan mereka. Wanita yang selalu menjadi teman berbagi dikala suka maupun duka selama lima tahun membina rumah tangga. Seorang istri yang tidak pernah mengeluh atau marah padanya karena harus mengurus kedua mertuanya yang sudah uzur. Seorang istri yang cerdas dan cekatan dalam membesarkan putri semata wayang mereka yang sangat aktif.
"Aisha ... Abang janji akan membesarkan Asiah dengan baik. Agar kelak saat kita bertemu nanti, kamu bangga kepada Abang." Yusuf bicara disela isak tangisnya.
"Bagaimana nanti bilang sama Asiah? Dia akan menanyakan 'Bunda, kemana?'. Aku harus bilang apa padanya?" Yusuf meracau. Dia juga sedih saat memikirkan putrinya yang belum genap 4 tahun menunggu 2 bulan lagi.
Dalam ruang itu hanya terdengar suara tangis pilu dari seorang laki-laki yang baru saja ditinggal wanita yang dicintainya. Tidak ada canda tawa seperti bisa saat mereka bersama. Yusuf merasa jiwanya juga ikut pergi bersama dengan kepergian Aisha.
***
Mohon dukungannya dengan kasih like, komen, bunga dan juga vote- nya.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
Ita rahmawati
kalo pertanyaanku gk dijwb sm author nya gk bakal tau ini kisah william krn gk ada nama william blas di depannya itu cuma yusuf aisha asiah bilqis sm 2 wanita siapa ya lupa 😁
2025-03-19
1
🌹🪴eiv🪴🌹
aku disini 🤗
pasukan baca end 🤭
2023-08-11
2
Marsha Andini Sasmita
🤩😭😭😭😭😭🤩
2022-11-08
1