Suasana siang hari di Yayasan Al-Huda selalu ramai oleh anak-anak atau wali yang datang menjemput. Yayasan Al-Huda selain tempat belajar, di sana juga bisa menitipkan anak-anak jika orang tuanya bekerja. Jika, anak-anak tidak dititipkan, mereka akan pulang setelah makan siang.
Seperti Asiah, adalah contoh anak yang belajar dan dititipkan di sana. Jadi, selama di sana berada di dalam tanggung jawab pihak Yayasan. Jika ingin pulang tidak bersama walinya, maka pihak Yayasan tidak akan mengizinkan anak tersebut pulang.
Yusuf dan Sarah mendatangi Yayasan Al-Huda untuk makan siang bersama dengan Asiah. Banyak anak-anak yang berjajar antri mencuci tangan mereka.
"Ayah, kita akan makan siang di mana?" tanya Asiah begitu selesai mencuci tangannya.
"Di tempat biasa saja, Sayang," jawab Yusuf sambil menuntun Asiah.
Tanpa sengaja Yusuf dan Asiah bertabrakan dengan seseorang saat mereka belok. Dari arah berlawanan ada orang yang berjalan ke arah mereka.
"Maaf," kata Yusuf.
"Aku juga minta maaf," balas orang itu.
"Mister Green?" Yusuf sangat terkejut saat melihat orang yang bertabrakan dengannya adalah sang investor di perusahaan tempat dia bekerja.
"Yusuf, ada apa?" tanya Sarah yang berada jauh di belakang Yusuf.
Yusuf yang masih terkejut, hanya menunjuk saja ke arah William yang kini berdiri di depannya. Bukan hanya Yusuf saja yang terkejut, tetapi Asiah juga begitu. Dia yang kecil, berhadapan dengan William yang tinggi menjulang.
"Tuan William, sedang ada keperluan di sini?" tanya Sarah begitu melihat William.
"Mau menjemput si Kembar," jawab William.
Terlihat dua anak laki-laki yang berlari ke arah mereka. "Daddy!"
"Halo, anak-anak. Bagaimana sekolah kalian hari ini?" tanya William.
"Alhamdulillah, sangat menyenangkan," jawab Rayyan di iringi senyuman manisnya.
"Daddy, kita makan siang dulu di sini!" ajak Raihan.
"Kalian nggak mau langsung pulang?" tanya William.
"Lapar, Daddy!" jawab Raihan.
"Asiah, kamu juga mau makan siang bersama Ayahmu?" tanya Rayyan begitu melihat Asiah sedang bersama Yusuf.
"Iya. Kita mau makan siang bersama," jawab Asiah.
"Bagaimana kalau kita makan siang bersama?" ajak William dan disetujui oleh yang lainnya.
***
Mereka makan di bawah pohon beralaskan tikar. Terlihat ketiga anak-anak itu makan dengan sesekali bicara.
"Masakan Ayah aku itu paling enak!" seru Asiah.
"Tidak! Paling enak itu masakan Bunda dan Ayah aku!" bantah Rayyan tidak mau kalah.
"Semua makan itu enak. Tapi, yang paling enak itu masakan Oma, Nenek, Bunda, Opa, Kakek, dan Ayah. Masakan mereka itu enak sekali!" tukas Raihan nggak mau kalah.
"Tidak! Pokoknya masakan Bunda aku yang paling enak sedunia!" Asiah bertolak pinggang dihadapan Rayyan dan Raihan.
"Raya ... Ian, lalu masakan Daddy enak nggak?" tanya William cemburu karena tidak disebut namanya.
"Tentu saja enak Daddy!" jawab Rayyan dan Raihan bersama.
"Kalian tidak akan pernah tahu betapa enaknya rasa masakan Bunda aku!" tegas Asiah.
"Kalau gitu besok bawakan kami masakan Bunda kamu yang dibilang sangat enak sedunia itu pada kami! Biar kami bisa menilainya, enak atau enggak?" Tantang Rayyan.
Asiah terdiam. Matanya mulai berkaca-kaca, dan bibirnya bergetar.
"Ayah!" Asiah memeluk Yusuf dan menangis dalam pelukan Ayahnya.
"Ada apa? Kenapa menangis?" tanya Yusuf pura-pura tidak tahu alasan putrinya itu menangis.
"Raya nakal!" Asiah menangis tergugu.
"Hai, son. Minta maaf! Kamu sudah membuat seorang gadis cantik menangis," titah William kepada Rayyan.
Rayyan memberengut. Dia merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya tadi. Dia hanya ingin tahu rasa masakan yang dibilang enak oleh Asiah.
"Tapi, Daddy ...." Rayyan menatap dengan kesal.
"Daddy, kasih tahu Bunda, loh." William mulai mengancam.
"Tidak apa-apa, Mister. Namanya juga anak-anak. Hanya saja, Bundanya Asiah baru saja meninggal. Jadi, dia sedih karena tidak bisa membuktikan kalau masakan Bundanya itu enak," kata Yusuf sambil mengusap punggung anaknya.
Rayyan dan Raihan merasa prihatin kepada Asiah yang sudah tidak punya ibu. Keduanya pun mendekati Asiah untuk minta maaf.
"Asiah, aku minta maaf. Kamu jangan menangis lagi!" Rayyan menyentuh bahu Asiah.
"Asiah, tuh lihat! Raya minta maaf sama kamu. Ayo salaman dulu, kalian harus baikan lagi!" suruh Yusuf sambil menguraikan pelukannya.
Asiah pun berdiri dan saling berhadapan. Keduanya saling mengulurkan tangan.
"Aku minta maaf, jangan menangis lagi, nanti cantiknya hilang," kata Rayyan.
"Aku sudah maafkan kamu. Kata Ayah aku ini anak yang cantik," balas Asiah.
Hal lain yang tidak terduga adalah saat mereka berjabatan tangan. Rayyan menyodorkan tangannya agar di cium oleh Asiah. Kemudian Rayyan mencium kening Asiah dan memeluknya.
Orang dewasa di sana menatap kedua anak itu dengan terkejut. Mereka membelalakan mata dengan mulut menganga.
"Astaghfirullahal'adzim. Mentari ... Fatih, lihat kelakuan anak kalian!" gumam William sambil memalingkan wajahnya karena malu melihat kelakuan buyutnya itu.
"Astaghfirullahal'adzim. Kelakuan anak zaman sekarang, sampai seperti ini kelakuannya!" gumam Yusuf. Dia ingin menarik tubuh Asiah, tapi masa melawan anak kecil.
Saat Raihan gantian menjabat tangan, William langsung berkata, "Kalian tidak perlu berpelukan. Ingat kata Ayah sama Bunda kalian!"
"Iya, Dad." Kedua anak kembar itu menjawab.
"Pak Yusuf, aku minta maaf atas kelakuan Rayyan barusan," kata William ketika melihat wajah Yusuf yang tegang bercampur kesal.
"Iya, Mister." Yusuf tersenyum kaku.
***
Malam hari selepas sholat Magrib, Yusuf mengajari Asiah mengaji bersama Zulaikha. Anak gadis itu meski terbata-bata mengajinya, tetapi makhraj hurufnya sudah benar. Yusuf juga mulai mengetes hapalan surat-surat pendek yang dapat ditalar di luar kepala Zulaikha. Meski banyak tajwid yang harus dibenarkan oleh Yusuf. Semangat belajar Zulaikha, di acungi jempol oleh Yusuf. Perawan yang kerjanya menggoda itu, belajar dari awal lagi dengan sungguh-sungguh.
Zulaikha selain belajar ilmu agama kepada Yusuf. Dia juga banyak belajar ilmu pengetahuan pelajaran disekolah, sehabis sholat Isya. Tidak heran kalau mereka akan menghabiskan waktu sampai larut malam.
"Zulaikha, ini sudah malam. Lanjutkan lagi besok!" titah Yusuf saat melihat jam di dinding menunjukan pukul 22.00 dan itu sudah saatnya mengistirahatkan badannya yang sudah lelah bekerja seharian.
Meski dengan berat hati Zulaikha membereskan semua buku dan perlengkapan menulisnya. Bisa menghabiskan waktu bersama Yusuf, bagi Zulaikha itu merasa menang lotre. Melihat wajah tampan Yusuf, iya. Mendapatkan ilmu, juga.
"Om. Aku pulang dulu! Terima kasih atas ilmunya," ucap Zulaikha sambil tersenyum cantik.
"Iya, sama-sama. Selamat malam, tidur yang nyenyak," balas Yusuf.
"Ciuman selamat malamnya, mana Om?" Zulaikha bicara dengan genit. Yusuf menipuk kepala Zulaikha dengan penggaris.
"Kebiasaan!" geram Yusuf.
***
Bagaimana kisah selanjutnya? Tunggu kelanjutannya ya! Jangan lupa untuk selalu klik like, komentar, favorit, hadiah dan Vote-nya juga ya. Dukung aku terus ya. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
ibeth wati
yeee oppa Willi muncul ..kira kira jodoh oppa Willi siapa ya Bu Bilqis atau Sarah ...harapanku sih Bu Bilqis
2025-03-09
1
🌹🪴eiv🪴🌹
Bu Sarah kok ikut makan siang tiap hari sih
2023-08-11
2
Lina Maulina Bintang Libra
Yee main nyosor aja blm muhrim tau
2022-12-07
1