Seperti biasa pagi-pagi Yusuf menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk tiga orang. Kini dia merasa punya dua anak. Satu Zulaikha, tetangga yang kurang perhatian dari orang tuanya karena mereka tinggal di luar negeri sedangkan dia memilih tinggal di Indonesia. Kedua adalah Asiah. Putri kecilnya yang baru saja ditinggal ibunya.
"Ayah, tolong telepon Bu Bilqis. Apa hari ini akan ke sekolah atau tidak? Kalau Bu Bilqis tidak ke sekolah maka Asiah juga tidak mau sekolah!" Asiah menyerahkan handphone milik Yusuf.
"Kenapa, Sayang? Kan masih ada Bu Guru yang lainnya. Kamu tidak boleh memilah-milah orang yang menjadi guru di sekolah, itu tidak baik," ucap Yusuf.
"Karena Bu Guru Hawa selalu memperhatikan teman yang lain. Asiah juga sama ingin diperhatikan. Kalau Bu Guru Bilqis selalu perhatian sama Asiah," balas Asiah memberitahukan alasannya.
"Bu Guru Hawa juga pasti memberikan perhatian sama Asiah. Hanya saja kemarin kebetulan dia sedang melerai teman kamu yang rebutan mainan. Asiah tidak boleh bicara seperti itu, nanti Bu Guru Hawa akan sedih. Dia juga sayang sama Asiah. Buktinya kemarin Bu Guru Hawa sangat khawatir kepada Asiah," ujar Yusuf sambil berhadapan dengan Asiah dan saling memandang.
Asiah pun menganggukkan kepala kemudian memeluk leher Yusuf yang berjongkok di depannya. "Maafkan Asiah, Ayah. Asiah tidak akan begitu lagi," ucap Asiah.
"Asiah sangat suka, ya, sama Bu Guru Bilqis?" tebak Yusuf.
"Iya. Bu Guru Bilqis seperti Bunda. Pintar bercerita dan baik sama Asiah," jawab Asiah sambil tersenyum lebar.
Yusuf hanya tersenyum dan mengelus kepala Asiah. Dia juga merasa kalau Bilqis itu mirip Aisha. Cara bicaranya dan wajahnya yang terlihat teduh. Ketika tersenyum malu pun terlihat mirip. Jujur, saat pertama kali Yusuf mengenal Bilqis, dia merasa melihat ada sosok Aisha dalam dirinya.
Suara bel membuyarkan lamunan Yusuf akan bayangan istrinya. Saat dia membuka pintu, Zulaikha tersenyum manis padanya.
"Assalammualaikum, Om gantengnya aku!" Salam Zulaikha sambil menggoda Yusuf.
"Wa'alaikumsalam, Zulaikha." Yusuf menjawab sambil membalikan badannya.
"Om, kata 'yang cantiknya' ketinggalan!" ucap Zulaikha yang masih saja senang menggodanya.
"Assalammualaikum, Kak Zulaikha yang cantik," salam Asiah.
"Wa'alaikumsalam, Asiah yang sholehah," balas Zulaikha.
"Om, bukannya kemarin malam bilang kalau ucapan adalah doa. Om curang nggak mau mendoakan aku." Zulaikha memasang wajah cemberut.
"Salam juga itu adalah doa, Zulaikha. Om sudah membalas salam kamu. Berarti Om juga sudah mendoakan kamu," jelas Yusuf.
"Ya, kalau itu Zulaikha juga tahu. Dengan begini aku jadi tahu, kalau aku tidak cantik di mata Om," tukas Zulaikha dan duduk di samping Asiah.
"Kalau kamu ingin dibilang cantik. Tutup dulu tubuh kamu, jangan umbar seperti itu," balas Yusuf.
Zulaikha melihat tubuhnya. Dia merasa tidak ada yang diumbar olehnya. Kemudian dia, melirik ke arah Asiah yang memakai baju seragam sekolahnya panjang-panjang dan memakai jilbab.
Zulaikha pun tersenyum kecut. Ya, dia tidak memakai baju tertutup selayaknya seorang wanita muslimah. Ilmu agamanya saja minim. Belajar sholat dan mengaji saja baru beberapa hari karena diajarkan oleh Yusuf.
"Cepat sarapan! Sebentar lagi kita berangkat," titah Yusuf melihat Asiah dan Zulaikha malah duduk diam tidak memakan nasi goreng buatannya.
***
Asiah senang saat Bilqis menyambut kedatangannya. "Bu Guru Bilqis!" Asiah memeluk Bilqis sambil tersenyum senang.
"Assalammualaikum," Yusuf dan Bilqis bersamaan mengucapkan salam. Kemudian keduanya malah tersenyum geli.
"Wa'alaikumsalam," jawab keduanya kembali bersamaan. Kali ini mereka malah tertawa terkekeh.
"Apa kabar Bu Bilqis? Terima kasih selalu memperhatikan Asiah. Maaf tadi saya menelepon hanya untuk memastikan kehadiran Anda di sekolah." Yusuf memulai pembicaraan.
"Alhamdulillah, baik. Sudah tugas kami untuk memberikan perhatian dan pembelajaran untuk anak-anak yang dititipkan di Yayasan Al-Huda," balas Bilqis sambil menundukkan kepalanya.
"Bu Guru, bagaimana kabar Ayah Bu Guru? Apa sudah sehat?" tanya Asiah dengan mendongak melihat ke arah wajah gurunya.
"Alhamdulillah, beliau sudah agak baik karena sudah dibawa ke dokter," jawab Bilqis sambil jongkok agar Asiah tidak mendongakkan kepalanya.
Yusuf baru tahu kalau alasan Bilqis pulang kemarin karena harus membawa Ayahnya ke rumah sakit karena penyakit jantungnya kambuh.
"Assalammualaikum, Bu Bilqis." Terdengar salam dari seorang laki-laki berpenampilan menarik dan berwajah sangat tampan. Dia menggandeng dua bocah laki-laki kembar.
"Wa'alaikumsalam, Pak Fatih. Rayyan dan Raihan sudah mau masuk sekolah lagi?" tanya Bilqis sambil mengusap kepala dua bocah kembar identik itu. [ Setting ini waktu Rayyan dan Raihan belum punya adik, Rania]
"Dipaksa sama Bunda," jawab Rayyan.
"Nggak. Kita diancam sama Bunda," balas Raihan.
Bilqis hanya tersenyum geli. "Ini pertama kali kalian bertemu. Kenalkan ini namanya Asiah. Murid baru dan teman kalian," kata Bilqis.
"Assalammualaikum, Rayyan dan Raihan. Kenalkan mana saya, Asiah Nurul Basilah. Putri dari Ayah, Yusuf Maulana Basilah dan Bunda, Aisha Nurul Huda. Umur tiga tahu sepuluh bulan, punya hobi makan coklat dan es krim. Tapi, hanya boleh makan satu minggu sekali." Asiah memperkenal dirinya dengan penuh percaya diri.
"Wa'alaikumsalam. Kenalkan ini Raya dan aku Ian," balasan Raihan.
"Raya ... Ian, kalian sekolah yang benar. Jangan main kabur. Nanti Daddy katanya akan jemput kalian. Kalau kalian nakal, Ayah tidak akan mengizinkan lain menginap di apartemen Daddy," kata Fatih.
Yusuf melihat sosok yang dia kagumi di dunia bisnis sedang berdiri di dekatnya. Rasanya dia ingin menyapa laki-laki berparas campuran bule itu.
Ternyata anak mereka berada di satu sekolah dan kelas yang sama. Yusuf pun memperhatikan cara interaksi antara Fatih dan kedua anaknya. Terlihat dia begitu sayang kepada kedua putranya. Ternyata anak-anak itu tipe jahil dan pendiam, tetap sangati takut sama Bundanya. Malah membuat Yusuf menahan tawanya saat anak bernama Raihan bercerita kegiatan mereka selama bolos sekolah karena ingin merawat Bundanya yang sedang hamil muda.
***
Hari ini ada agenda pertemuan dan rapat bersama seorang pengusaha asing, William Green. Yusuf dan Sarah sudah menunggu kedatangan sang investor yang kebetulan datang langsung ke Indonesia.
"Selamat, siang Mister Green," sapa Sarah dan dibalas oleh William.
"Jadi, kita sudah sepakat dengan kerja sama ini. Tinggal penandatangan kontrak," kata orang kepercayaan William.
"Baiklah lebih cepat akan lebih baik." William pun mendatangani berkas kerja sama mereka.
Setelah selesai, William mengajak Yusuf dan Sarah makan siang bersama, tetapi Yusuf menolaknya dan menyebutkan alasannya. Mereka pun tidak jadi makan siang bersama.
"Lebih baik aku ajak Raya dan Ian saja untuk makan siang bersama," gumam William.
***
Bagaimana kisah selanjutnya? Tunggu kelanjutannya ya! Jangan lupa untuk selalu klik like, komentar, favorit, hadiah dan Vote-nya juga. Dukung aku terus. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
Wulan
Wah ada anaknya mentari sama fatih juga🥰🥰
2024-12-12
2
Lina Maulina Bintang Libra
lengkap y Asia perkenalan diri nya😁
2022-12-07
1
Lina Maulina Bintang Libra
sabar zulaika tetap semangat
2022-12-07
1