Yusuf membangunkan Asiah untuk sholat Subuh. Dia tidak mau nanti Asiah menangis lagi karena terlambat sholat Subuh.
"Asiah mau sholat Subuh?" tanya Zulaikha ketika keluar dari kamar mandi kepada Asiah yang berada dalam gendongan Yusuf.
"Iya, Kak."
Yusuf pun membantu Asiah berwudhu. Dia sholat Subuh hari ini tidak pergi ke mesjid seperti biasanya karena takut Asiah kenapa-kenapa lagi.
Yusuf menjadi imam sedangkan Zulaikha dan Asiah menjadi makmumnya. Ini pertama kali bagi Zulaikha mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an dari Yusuf ketika sholat. Hatinya bergetar hebat air matanya pun luluh membasahi pipinya tanpa henti. Dia sungguh menginginkan bisa sholat berjamaah bersama keluarganya, orang-orang yang dia sayangi. Zulaikha pun semakin menginginkan Yusuf sebagai pasangan hidupnya. Tidak peduli status dia yang seorang duda beranak satu atau usia mereka yang terpaut 7 tahun.
Ketika selesai sholat Subuh, sudah menjadi kebiasaan Yusuf mengaji dan di dengarkan oleh Asiah yang berada di pangkuannya. Namun, kini ada Zulaikha yang ikut mendengarkan bacaannya. Lantunan ayat suci Al Qur'an keluar dari mulut Yusuf. Suaranya yang lembut mengalun itu mampu menggetarkan jiwa Zulaikha. Tatapan mata penuh kekaguman dan cinta terpancar dari netra milik gadis perawan itu.
Hanya 30 menit Yusuf membaca Alquran dan itu selalu di lakukan setiap hari. Saat Yusuf melirik ke arah Zulaikha dilihatnya wajah gadis itu sembab dan masih berderai air mata.
"Kenapa?" tanya Yusuf.
Suara lembut Yusuf membuat Zulaikha semakin dimabuk kepayang. Seperti biasa dengan tidak tahu malu Zulaikha mengungkapkan perasaannya.
"Om, aku semakin mencintaimu!" ucap Zulaikha dengan jujur.
Bagi Yusuf mendengar kata-kata itu dari Zulaikha sudah seperti makanan cemilan setiap hari. Hanya sentilan yang diberikan Yusuf setiap kali Zulaikha bilang cinta. Dia melihat Zulaikha hanya sebagai seorang adik yang membutuhkan bimbingannya.
"Kak, kata Raya dan Ian kalau laki-laki dan perempuan saling mencintai mereka akan menikah. Apa Kakak juga akan menikah dengan Ayah?" tanya Asiah.
Kata-kata Asiah bagaikan angin segar di pagi hari yang membuatnya senang. Senyum lebar langsung mengembang di bibir Zulaikha.
"Mau. Kakak mau menikah dengan Ayah Yusuf! Nanti kita akan menjadi keluarga," jawab Zulaikha.
Yusuf yang sedang melipat sajadah langsung membelalakkan matanya. "Zulaikha jangan bicara seperti itu kepada Asiah!" Yusuf bicara lebih tinggi dari biasanya.
"Dengar Asiah! Ayah tidak akan menikah dengan Kak Zulaikha. Dia sudah Ayah anggap adik. Kak Zulaikha juga masih kecil dan masih sekolah."
Zulaikha merasa ada ribuan jarum yang menancap ke hatinya secara bersamaan. Getir, perih. Itu yang dia rasakan saat mendengar kata-kata Yusuf barusan. Dia memang masih kecil belum umur untuk menikah. Padahal tahun depan dia sudah bisa menikah.
"Asiah, Kakak pulang dulu, ya. Mau mandi dulu biar wangi dan cantik," ucap Zulaikha hanya melihat pada wajah Asiah tanpa melirik ke laki-laki yang ada di samping bocah kecil itu.
***
Saat Zulaikha membuka pintu, ternyata Yusuf juga membukakan pintu untuk tamunya. Zulaikha terkejut ada seorang perempuan berhijab datang pagi-pagi ke apartemen Yusuf.
Tadinya Zulaikha tidak akan sarapan bersama Yusuf. Namun, dia sangat penasaran dengan sosok wanita yang berkerudung itu. Maka, dia pun ikut masuk ke dalam apartemen milik Yusuf.
"Bu Bilqis!" Panggil Asiah ketika melihat sosok wanita berhijab itu.
'Jadi, ini orang yang selalu di ceritakan oleh Asiah. Gurunya yang paling baik di sekolahnya.' Zulaikha memperhatikan gadis berparas teduh dan anggun.
"Assalammualaikum, Asiah." Bilqis mengucapkan salam
"Wa'alaikumsalam, Bu Guru," balas Asiah dengan diiringi senyuman.
Yusuf membuatkan bubur Asiah dan nasi goreng untuk sarapan. Sudah ada satu mangkuk bubur dan tiga piring nasi goreng yang tersedia di atas meja makan. Zulaikha mengerutkan keningnya.
'ini kebanyakan nggak porsinya?' tanya Zulaikha dalam hati.
"Sayang, ayo sarapan dulu lalu minum obat!" Yusuf menggendong Asiah menuju meja makan.
"Bu Bilqis juga sarapan bersama kami, ya!" pinta Yusuf pada guru putrinya itu.
"Terima kasih, Pak Yusuf. Saya ke sini hanya mau menjenguk Asiah, niatnya," balas Bilqis.
"Makanlah! Saya sudah siapkan sarapannya. Kita makan bersama," kata Yusuf agak memaksa.
"Om, aku nggak ditawarin sarapan?" tanya Zulaikha sambil memasang wajah cemberut.
"Kamu itu tidak perlu di tawari lagi Zulaikha. Cepat sarapan dan berangkat ke sekolah!" Perintah Yusuf kemudian mengerutkan keningnya karena Zulaikha tidak memakai seragam.
"Kenapa kamu tidak pakai seragam? Ini sudah siang, nanti kamu kesiangan," lanjut Yusuf.
"Om juga nggak pakai baju kantor? Emang Om nggak masuk kerja?" tanya Zulaikha sambil duduk di kursi meja makan.
"Om, sudah izin tidak masuk hari ini," jawab Yusuf.
"Sama aku juga nggak akan masuk sekolah. Toh sedang nggak ada kegiatan belajar mengajar," ucap Zulaikha kemudian memakan sarapannya.
Bilqis memperhatikan pembicaraan Yusuf dengan Zulaikha. Percakapan mereka mengalir seperti tidak ada batasan dan terkesan tidak formal.
'Apa mereka bersaudara?' tanya Bilqis dalam hatinya.
"Bu Guru, ayo makan nasi gorengnya! Nasi goreng buatan Ayah itu enak sekali loh," kata Asiah membanggakan masakan Yusuf.
"Iya. Akan Bu Guru makan sekarang. Bismillah," ucap Bilqis.
***
Apartemen Yusuf kini terasa ramai karena selain ada Bilqis dan Zulaikha. Si Kembar pun datang bersama Ayahnya, karena William sudah kembali ke Amerika.
"Ini aku bawakan boneka untuk kamu." Rayyan memberikan satu set boneka Barbie yang memakai baju gamis dan hijab.
"Nih, aku kasih kamu uang saja. Bisa untuk membeli apapun yang kamu mau. Bisa buat beli boneka atau es krim yang banyak," kata Raihan sambil menyerahkan amplop yang lumayan agak tebal kepada Asiah.
Asiah senang menerima boneka yang terlihat sangat cantik itu. "Terima kasih, aku senang sekali. Bonekanya sangat cantik!"
"Cantikan kamu 'lah! Boneka juga nggak bisa apa-apa. Cuma diam begitu," kata Raihan dan mendapat tatapan tajam dari Fatih.
"Ah." Asiah malu mendengarnya.
"Maaf Pak Yusuf, anak-anak saya malah membuat gaduh di sini," ucap Fatih karena kedua anaknya sekarang lebih cerewet.
"Tidak apa-apa, kok Pak. Namanya juga anak-anak, pastinya mereka senang berceloteh." Yusuf tersenyum simpul.
Zulaikha dan Bilqis ikut berbincang bersama Asiah dan si Kembar. Seperti biasa Zulaikha senang banget menggoda anaknya Fatih dan Mentari.
"Hai, kalau kalian punya adik lagi ... siap-siap saja Om Ghaza dan Daddy kalian akan di rebut olehnya," bisik Zulaikha.
"Kata Bunda, kita harus saling menyayangi sesama saudara. Apalagi saudara kandung. Jadi, meski kita punya adik, Om Ghaza dan Daddy masih sayang sama kita," balas Rayyan.
"Ahk, kalian sekarang nggak lucu," lanjut Zulaikha.
"Zulaikha, kamu tidak boleh berkata seperti itu. Itu namanya memprovokasi. Benar kata Raya, kita sesama saudara harus saling menyayangi." Bilqis berkata dengan suara lembutnya.
Mendengar kata-kata Bilqis, membuat Zulaikha tersenyum kaku. Dia niatnya menjahili si Kembar, ini malah kena ceramah.
Si Kembar main di sana cuma sebentar karena Fatih harus kembali ke kantor. Jadi, dia membawa pulang kedua anaknya, agar istrinya tidak merasa kesepian di rumah.
***
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Tunggu kelanjutannya ya! Jangan lupa untuk selalu klik like, komentar, favorit, hadiah dan Vote-nya juga. Dukung aku terus. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
Ita rahmawati
aih si bilqis mah ceramah tdk pd tmpatnya 🤣
2025-03-20
0
Lina Maulina Bintang Libra
bagus caramu zulaika black black kan g memendam
2022-12-07
1
Lina Maulina Bintang Libra
cinta g Mandang harus yg udah UMR nya dws keles jgn Mandang orang segi umur krna cinta akan dtng kpn aja tanpa qta duga
2022-12-07
0