Bilqis main sampai waktu ashar, kebetulan dia sedang libur kerja dan tidak masuk kampus. Zulaikha dan Asiah juga mandi bersama karena tadi pagi Asiah tidak mandi.
Yusuf mengantarkan Bilqis pulang ke rumahnya. Sekalian mau mengantarkan dokumen pada Sarah yang tadi tertinggal di rumahnya ketika menjenguk Asiah.
"Maaf, sudah merepotkan Pak Yusuf," kata Bilqis ketika dalam perjalanan menuju rumah orang tuanya.
"Tidak merepotkan karena jalannya searah," balas Yusuf.
Bilqis menundukkan kepala tidak berani melihat ke arah Yusuf, demi menjaga hatinya. Hanya mendengar suaranya saja sudah membuat jantung dia berdetak kencang. Bilqis saat pertama kali melihat Yusuf langsung suka, makannya dia menjaga pandangannya karena takut sampai jatuh cinta padanya. Namun, saat Asiah bilang kalau Bundanya baru saja meninggal itu membuat hatinya berharap pada sosok laki-laki yang lembut dan sopan.
Yusuf memelankan mobilnya ketika memasuki daerah tempat tinggal Bilqis. Diliriknya gadis yang masih menundukkan kepalanya.
"Bu Bilqis, rumahnya yang mana?" tanya Yusuf sambil melirik ke arah Bilqis.
"Agak depan lagi, Pak. Rumah yang pagarnya bercat kuning itu!" jawab Bilqis.
Yusuf pun menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Bilqis. Ternyata ada seorang wanita paruh baya sedang menyiram bunga di sana.
"Terima kasih banyak, Pak. Apa mau mampir dulu?" tawar Bilqis sambil membuka sabuk pengaman.
"Terima kasih. Sepertinya saat ini belum bisa karena aku harus ke kantor. Takutnya malah betah bertamu nanti," tolak Yusuf dengan halus.
Bilqis tersenyum tersipu malu, sementara Yusuf hanya tersenyum simpul.
"Hati-hati di jalan, Pak!" ucap Bilqis ketika menutup pintu mobil.
Wanita paruh baya itu terus memperhatikan mobil yang sudah mengantarkan anaknya. Jiwa penasarannya meronta. Dengan cepat dia mengikuti langkah Bilqis.
"Qis, siapa itu tadi?" tanyanya.
"Dia orang tua salah satu murid di Yayasan Al-Huda, Bu." Bilqis menjawab pertanyaan Ibunya.
"Oh. Kamu harus hati-hati dengan laki-laki yang sudah beristri. Jangan sampai kamu menjadi wanita perebut suami orang!" balasnya.
***
Yusuf langsung pulang ke rumah begitu selesai mengantarkan dokumen milik Sarah. Dia akan memasak makan malam yang jadwalnya di lakukan karena Asiah masih harus minum obat.
Saat dia masuk ke dalam apartemennya. Suasana di sana sangat sunyi. Tidak terdengar suara dan derai tawa dari Asiah dan Zulaikha.
"Assalammualaikum," salam Yusuf, tetapi tidak ada seorang pun yang jawab salamnya.
"Asiah ... Zulaikha! Kalian di mana?" Panggil Yusuf sambil mencari di seisi apartemen.
Saat dia masuk ke kamar ternyata dua orang itu sedang tidur sambil berpelukan. Senyum manis pun mengembang dari wajah yang sempat panik tadi.
"Di cari-cari ternyata sedang tidur nyenyak," kata Yusuf sambil membetulkan selimut yang menyelimuti mereka.
"Kenapa di waktu sore kalian malah tidur? Ini waktu tidur yang tidak baik bagi kesehatan," ucap Yusuf meski tahu tidak ada yang mendengarkan karena keduanya bergeming dalam buaiannya.
***
Hari-hari pun cepat berlalu, Asiah seperti biasa pergi ke sekolah dan Yusuf ke kantor. Semenjak Asiah diberi boneka Barbie oleh Rayyan, dia selalu membawanya ke sekolah. Aktivitas mereka di pagi hari semuanya lancar, sarapan dan berangkat tepat pada waktunya. Tentu saja di isi dengan celotehan Asiah dan Zulaikha.
Bagi Yusuf suara ke dua orang itu sudah bagian dari hidupnya. Salah satu anak itu diam saja akan terasa aneh. Baik Asiah maupun Zulaikha, pada dasarnya mereka sulit untuk diam. Ada saja yang mereka bicarakan.
"Jangan lupa bekal makan siangnya!"
"Iya, Ayah!"
"Siap, Om!"
Begitulah saat mereka berpisah di pagi hari untuk memulai aktivitas masing-masing. Senyum, tawa dan canda selalu menyelimuti mereka.
***
Setiap hari Yusuf makan siang bersama Asiah di lingkungan dekat sekolah anaknya. Hubungan dengan Bilqis juga semakin dekat. Biasanya mereka membicarakan perkembangan Asiah di sekolah ujung-ujungnya bicara hal pribadi. Pembicaraan mereka menyambung satu sama lain.
Yusuf juga kagum akan kecerdasan dan ketabahan Bilqis. Ternyata sejak kecil dia sekolah menggunakan beasiswa prestasi sampai tingkat sarjana. Untuk membantu biaya pengobatan Ayahnya, dia juga selalu bekerja paruh waktu. Penyakit jantung Ayahnya yang sudah dideritanya belasan tahun banyak menghabiskan uang. Gajinya sebagai guru hanya cukup untuk keperluan sehari-hari keluarganya.
Rumah yang ditinggali sekarang pun adalah milik Kakek dan Neneknya dari pihak ibu yang diwariskan untuk Bilqis. Rumah orang tuanya sendiri, sudah di jual untuk biaya pengobatan Ayahnya, yang mengharuskan di operasi waktu itu. Juga penipuan yang menimpa Ibunya, sehingga mereka mengalami kerugian ratusan juta.
Selain Ayah, Bilqis punya seorang Ibu tiri yang sudah mengasuh dan membesarkan dia sejak kecil dan Kakak tiri laki-laki yang terpaut usianya 5 tahun. Dari pernikahan ini, Ayah Bilqis tidak punya anak.
Kehidupan keluarganya yang sering dalam kesulitan membuat Bilqis lebih dewasa dalam pikiran dan perbuatannya. Dia juga sudah tahu sulitnya untuk mencari uang, sehingga dia tidak suka berfoya-foya.
***
"Bu Bilqis katanya ini hari terakhir mengajar di sini, ya?" tanya salah satu anak yang bergelayut manja di lengan Bilqis.
"Iya. Ibu Guru minta maaf kepada kalian. Jika selama ini Ibu banyak melakukan kesalahan kepada kalian. Apa kalian mau memaafkan Ibu?" tanya Bilqis kepada murid-muridnya.
"Iya, kami memaafkan Ibu Guru," jawab anak-anak serempak kemudian menghambur ke dalam pelukan Bilqis.
Tangis haru menghiasi wajah Bilqis dan anak-anak. Dia sudah sangat sayang terhadap murid-muridnya. Apalagi si Kembar yang selalu saja ada ulahnya yang bikin dia tersenyum dan tercengang, Adam yang kadang selalu membuatnya harus ekstra sabar, Asiah yang selalu membuatnya banyak berpikir karena pertanyaan yang sering dia lontarkan, Sulaiman yang pendiam dan penghuni paling terakhir pulang karena ibunya yang sering kerja lembur. Kebersamaan mereka saat ini, pasti akan sangat di rindukan oleh Bilqis suatu saat nanti.
"Aku sayang sama Bu Guru," kata Rayyan dan Raihan sambil memeluk Bilqis.
"Raya kamu tidak boleh memeluk Bu Bilqis. Kamu mau selingkuh!" Adam menarik badan Rayyan agar melepaskan pelukannya pada guru mereka.
"Saat ini kita sedang tidak bermain rumah-rumahan. Selingkuh dari mana!" Rayyan bertolak pinggang.
Bilqis hanya tersenyum geli melihat tingkah murid-muridnya. Kadang mereka suka bermain rumah-rumahan. Ada yang menjadi Ayah, Ibu, atau anak. Entah kenapa Rayyan dan Adam selalu ke bagian peran seorang Ayah. Drama bocah kecil yang akan membuat malu sekaligus tawa orang dewasa
***
Yusuf dan Fatih membelalakan matanya kemudian menutup mulutnya. Kedua Papa muda itu datang mau menjemput anaknya untuk makan siang bersama.
"Astaghfirullahal'adzim, anak-anak tahu kata-kata selingkuh itu dari mana?" tanya Yusuf ketika sudah berhasil menguasai hatinya.
Fatih juga mengingat-ingat apa dia dan Mentari pernah mengucapkan kata-kata seperti itu. Mau bagaimanapun dia merasa tidak pernah mengatakan hal itu. Bisa gila jika antara dirinya atau Mentari ada yang selingkuh.
"Aku adalah laki-laki setia yang hanya akan mencintai istriku!" balas Rayyan.
Lagi-lagi Yusuf terperangah karena terkejut mendengar ucapan bocah anak balita. Belum ada usia 5 tahun tapi tahu kata-kata seperti itu.
Fatih menutup mukanya dengan sebelah tangannya. Itu adalah kata-kata dia ucapkan kepada Mentari.
"Astaghfirullahal'adzim, Sayang ... anak-anak kita kok jadi begini," gumam Fatih sangat pelan bahkan Yusuf yang berdiri di sampingnya tidak bisa mendengarnya.
***
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Tunggu kelanjutannya ya! Jangan lupa untuk selalu klik like, favorit, komentar, hadiah dan Vote-nya juga. Dukung aku terus. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
ibeth wati
lucu banget🤣🤣🤣🤣suka banget sama cerita klo banyak anak" begini Palagi klo cara bicaranya di cadel cadelin
2025-03-09
1
Ita rahmawati
main kerumah duda kok seharian toh bu bilqis sm zulaikha,,tp klo zulaikha kn wajar kr udh biasa dn anaknya blak²an 😁
2025-03-20
0
Marsha Andini Sasmita
😄😄😄🤭😄😄😄
2022-11-09
1