"Zulaikha. Kamu dari mana malam-malam begini baru pulang sekolah?" tanya Yusuf begitu adu pandang dengan gadis berseragam putih abu-abu.
"Ada jadwal les, Om. Tenang saja, aku tidak suka keluyuran tidak jelas ke sana ke mari tidak ada manfaatnya," jawab Zulaikha sambil memasang wajah centil dan menggoda.
"Baguslah kalau begitu! Kamu sudah tidak keluar malam-malam lagi 'kan bersama teman-teman kamu itu?" tanya Yusuf dengan tatapan penuh selidik.
"Tidak dong, Om. Kan katanya anak perawan tidak boleh keluyuran malam-malam. Apalagi ke tempat-tempat yang banyak maksiatnya," jawab Zulaikha karena ingat dengan wejangan yang sering diucapkan Yusuf padanya. Yusuf pun mengangguk dan mengacungkan jempol pada tetangganya itu.
"Ini anak siapa?" tanya Zulaikha sambil menatap Asiah dengan mata penuh binar.
"Kenalkan ini anak aku, Asiah. Sayang, sapa kakak Zulaikha!" titah Yusuf kepada putrinya.
"Assalammualaikum, Kak. Kenalkan mana saya, Asiah Nurul Basilah. Putri dari Ayah, Yusuf Maulana Basilah dan Bunda, Aisha Nurul Huda. Umur tiga tahu sepuluh bulan, punya hobi makan coklat dan es krim. Tapi, hanya boleh makan satu minggu sekali." Asiah memperkenal dirinya dengan penuh percaya diri.
Zulaikha menatap kagum pada Asiah, tetapi senyumnya kemudian hilang. Dia menatap Yusuf dengan tatapan tidak percaya.
"Jadi, Om beneran sudah punya anak dan istri?" tanya Zulaikha dengan tatapan mata terluka dan mulai berembun.
Belum juga Yusuf menjawab, pintu lift terbuka. Yusuf hanya menjawab singkat dari pertanyaan Zulaikha barusan. Sebab, dia dan Asiah harus cepat-cepat masuk ke apartemen untuk melaksanakan sholat Magrib yang sebentar lagi mau habis waktunya.
Air mata lolos dari mata belo milik Zulaikha. Laki-laki yang jadi incarannya sejak satu tahun belakangan ini, ternyata sudah menjadi milik orang lain. Dulu, dia tidak percaya saat Yusuf bilang sudah punya anak dan istri. Bahkan sampai memperlihatkan fotonya juga. Namun, dirinya masih tidak percaya. Wajah tampan Yusuf yang seperti pemuda, sering dikira seorang mahasiswa.
***
Selepas Sholat Magrib dan dilanjutkan dengan Sholat Isya. Yusuf membuat makanan untuk makan malam bersama Asiah. Biasanya dia hanya membuat mie rebus plus telur mata sapi, untuk makan malam di kala darurat.
"Sayang, makan malamnya mau sama apa?" tanya Yusuf pada putrinya.
"Telur hati dan nasi kelinci," jawab Asiah dengan riang sambil mengayunkan kedua kakinya di kursi meja makan.
Yusuf harus memutar otaknya agar bisa memahami maksud dari ucapan anaknya. Namun, dia belum memahami arti telur hati dan nasi kelinci. Sebab, yang dia tahu 'sego kucing' dan 'telur mata sapi atau telur dadar.'
"Sayang, telur hati itu yang seperti apa? Ayah belum pernah mencobanya," tanya Yusuf menyerah tidak memahami arti kata putrinya.
Asiah mengerutkan bibirnya dan berbicara, "Ayah tidak tahu apa itu telur hati? Padahal Bunda sering membuatkannya untuk aku."
Mata Asiah mulai berkaca-kaca dan bibirnya bergetar. Menatap kepada Yusuf dengan kecewa.
Ditatap seperti itu oleh Asiah, hati Yusuf terasa teriris sembilu. Biasanya netra jernih itu terlihat jenaka khas usil anak-anak. Dia menjadi bingung harus bagaimana?
"Asiah mau memberi tahu Ayah, cara membuat telur hati seperti yang dibuat oleh Bunda," kata Yusuf mencoba membujuk anaknya agar tidak menangis.
Asiah pun menganggukkan kepalanya. Lalu berkata, "Bunda ambil cetakan telur berbentuk hati lalu di simpan di atas teflon yang sudah panas. Lalu masukan telur ke dalam cetakannya. Tara! Telurnya kalau sudah terbentuk tinggal dibalikkan biar masaknya merata. Begitu kata Bunda, jika sedang membuat telur hati."
Yusuf mendengarkan dengan seksama perkataan Asiah. 'Jadi, telur ceploknya dicetak pakai cetakannya?' batin Yusuf.
'Jangan-jangan, nasi kelinci juga adalah nasi yang dibentuk dengan cetakan nasi,' kata Yusuf dalam hati.
"Sayang, karena Ayah tidak punya cetakan telur dan cetakan nasi. Sekarang akan membuat telur mata sapi dan nasi bukit." Yusuf mencoba merayu Asiah.
Namun, putrinya masih saja memberengut wajahnya. Yusuf pun memutar otaknya agar Asiah nggak sedih lagi.
"Bagaimana kalau besok kita pergi berbelanja, kita beli cetakan telur dan cetakkan nasinya," rayu Yusuf kepada putrinya.
Asiah pun menjawab dengan anggukkan dan tersenyum senang.
"Jadi, kita makan malam pakai nasi dan telur mata sapi ya hari ini," ucap Yusuf dan diangguki oleh Asiah.
"Setelah makan malam selesai, nanti Ayah bacakan kisah atau dongeng untuk aku, ya!" pinta Asiah dengan tatapan memohon yang sulit untuk Yusuf tolak.
***
"Ayo, sini bobo, Sayang!" ajak Yusuf kepada Asiah.
Asiah mengerutkan kening sampai alisnya hampir menyatu. Tidak lupa bibir mungil berwarna merahnya mengerucut.
"Ayah, kita belum gosok gigi. Kata Bunda setelah makan malam dan sebelum tidur harus gosok gigi. Agar kumannya pada kabur!" ujar Asiah dan itu membuat Yusuf melongo karena lupa dan tak menyangka putrinya akan bicara seperti itu. Malah dia yang di ingatkan oleh anaknya. Biasanya anak yang lain selalu diperintahkan terlebih dahulu oleh orang tuanya.
"Maaf, Sayang. Ayah lupa. Ayo, kita sikat gigi dahulu agar tidak sakit gigi!" Yusuf menuntun Asiah ke kamar mandi.
Lagi-lagi saat di kamar mandi Yusuf kena ucapan telak yang menohok hatinya dari Asiah. Setelah sikat gigi, dia hendak menuntun putrinya agar tidak jatuh terpeleset.
"Ayah, kita belum wudhu." Asiah menarik tangan yang dipengang oleh Yusuf.
Deg!
Jantung Yusuf terasa tercubit oleh perkataan putri kecilnya.
"Bunda bilang kita harus berwudhu kalau mau tidur, agar di jaga sama malaikat!" Asiah menolak saat Yusuf mengajaknya ke luar kamar mandi.
"Ayo, wudhu dulu! Nanti bantu aku wudhu," pinta Asiah.
Yusuf pun berwudhu kemudian membantu Asiah berwudhu. Dalam hatinya, Yusuf senang dengan perkembangan Asiah yang mudah memahami dan mempelajari sesuatu.
'Aisha kamu benar-benar hebat bisa mendidik putri kita sampai seperti ini. Apa aku juga kelak bisa mendidiknya?' batin Yusuf.
***
Yusuf pun bingung mau cerita apa? Karena tidak ada buku dongeng di sana. Asiah memandang wajah Ayahnya dengan mata belo yang jernih, membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona.
"Kenapa, Yah?" tanya Asiah masih melihat ke arah Yusuf.
"Ayah bingung mau bercerita apa?" balas Yusuf dengan senyum meringis malu.
"Cerita saja yang Ayah tahu saja," lanjut Asiah.
Akhirnya Yusuf pun bercerita tentang burung merak yang sombong karena memiliki bulu yang indah. Untungnya Asiah tidak protes atau menyela mungkin karena kelelahan.
"Ayah, aku sudah ngantuk," kata Asiah sambil memeluk guling.
"Berdoa dulu, Sayang. Agar tidurnya tidak mimpi buruk!" ucap Yusuf.
"Dan agar tidurnya tidak diganggu sama setan, iya 'kan, Yah!" lanjut Asiah dan dia pun membaca doa sebelum tidur.
Yusuf membelai rambut putri kecilnya. Dia tidak menyangka kalau 5 hari yang lalu adalah hari terakhir dia tidur bertiga bersama istrinya. Bahkan mereka juga sudah merencanakan anak ke-2 karena dua bulan lagi usia Asiah genap 4 tahun.
"Aisha, akan kah aku sanggup membesarkan Asiah, seperti kamu dalam membesarkan putri kita ini," gumam Yusuf dengan berlinang air mata. Baru satu hari di tinggal istrinya dia sudah merasa rindu akan sosok wanita sholeha itu.
***
Jangan lupa untuk selalu klik like, favorit, hadiah dan Vote-nya juga ya. Dukung aku terus. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
Ita rahmawati
5 thn nikah jarang ketemu eh pad ketemu lgsg meninggoy 😭😭😭
2025-03-19
1
Lina Maulina Bintang Libra
berarti waktu bini nya msh hidup Yusuf g begitu dkt dg Asiah
2022-12-06
1
Marsha Andini Sasmita
😍😍😍😍
2022-11-08
1