Setiap pagi Yusuf menyiapkan sarapan dan bekal untuk makan siang nanti. Setelah dua hari menghabiskan liburan bersama, kini rutinitas kembali mereka harus jalani. Semalam Asiah meminta dibuatkan omlet dan perkedel untuk bekal makan siangnya. Meski nanti di Yayasan Al-Huda akan mendapatkan jatah makanan. Yusuf membuat bekal untuk tiga orang.
Asiah sudah siap-siap dengan seragam sekolah dan menenteng tas berisi baju ganti untuk sore hari. Tas gendong berisi buku dan mainan miliknya.
"Sayang, sudah siap! Tolong panggil Kak Zulaikha di rumahnya," pinta Yusuf. Asiah bilang kalau apartemen Zulaikha yang kebetulan berhadapan dengannya adalah rumah tetangga.
"Baik, Ayah!" Sambil berlari Asiah pergi menuju apartemen Zulaikha.
***
Asiah menekan bel beberapa kali karena Zulaikha belum juga keluar. Saat hendak pergi, pintu itu pun terbuka. Menampilkan seorang gadis berpakaian putih abu-abu sambil menggandong tas di punggungnya.
"Assalammualaikum, Asiah!" Satu ciuman di pipi kanan dan kiri diberikan oleh Zulaikha.
"Wa'alaikumsalam, Kak Zulaikha." Asiah pun memberikan ciuman balasan di pipi.
"Sudah rapi, berarti sudah siap berangkat," kata Zulaikha.
"Sarapan dulu Kakak. Biar cacingnya nggak marah dan menggangu kita saat belajar nanti," ujar Asiah dengan bibirnya yang mungil dan keriting membuat Zulaikha gemas.
Sudah dua hari ini Zulaikha selalu makan bersama keluarga Yusuf. Baik itu sarapan maupun makan malam. Zulaikha senang karena bisa merasakan masakan sang duda yang disukainya. Asiah senang karena ada teman bicara yang selalu memahami maksud dan keinginannya. Yusuf senang karena Zulaikha selalu membuat Asiah tersenyum dan tertawa.
"Zulaikha ini bekal untuk kamu. Jangan jajan sembarangan di sekolah," ucap Yusuf sambil menyerahkan paper bag berisi satu kotak nasi beserta lauk pauknya dan satu botol air putih.
Zulaikha senang bahkan matanya sudah berkaca-kaca karena ada orang yang perhatian kepadanya dalam soal makanan. Ini pertama kalinya dia membawa bekal ke sekolah.
"Terima kasih, Om!" Zulaikha tersenyum manis.
"Ini bekal untuk Asiah," lanjut Yusuf.
"Ayo, kita berangkat!" Ajak Asiah dengan penuh semangat.
Ketiganya pun mengawali hari ini dengan perasaan bahagia. Berharap kebahagian itu selalu menyertai hari-hari mereka.
***
Bilqis menyambut kedatangan Yusuf dan Asiah. Paras cantik yang selalu merona ketika melihat Yusuf, membuat dia selalu menundukkan kepala.
"Bu Bilqis, saya titip Asiah. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungi saya," kata Yusuf saat Asiah sudah berada dalam tuntunan Bilqis yang berdiri di sampingnya.
"Baik, Pak Yusuf. Selamat menjalankan aktivitas! Semoga Anda selalu berada dalam ridho-Nya!" ucap Bilqis.
"Aamiin," balas Yusuf.
Asiah pun mencium tangan Ayahnya dan Yusuf mencium pipi gembul putrinya.
"Assalammualaikum, Ayah!"
"Wa'alaikumsalam, Sayang."
***
Yusuf sedang membahas proyek kerja sama dengan perusahaan milik William Green, bersama Sarah. Proyek kerja sama ini akan memakan banyak biaya. Meski nanti keuntungan yang akan didapat akan sangat banyak.
"Jadi, bagaimana keputusan yang akan ambil?" tanya Yusuf kepada Sarah yang duduk di depannya dan terhalang meja.
"Aku akan ikut rencana yang kamu buat. Karena ini sangat menguntungkan bagi kita. Apalagi bisa bekerja sama dengan seorang William Green. Dia adalah pembisnis ulung. Jangan sia-siakan kesempatan ini." Sarah memandangi Yusuf yang sedang mengecek kembali proposal yang tadi dibuatnya.
"Apa Pak Presdir tidak akan marah?" tanya Yusuf kini perhatiannya kepada sang atasan.
"Tenang saja, Kakak tidak akan marah. Dia tidak akan mencampur adukan urusan pribadi dengan perusahaan," jawab Sarah.
"Baiklah kalau begitu. Saya akan memperbaiki proposal ini, dulu." Yusuf pun beranjak dari kursi empuk yang ada di ruang kerja Sarah.
"Yusuf, apa hari ini akan makan siang bersama Asiah lagi?" tanyanya.
"Sepertinya begitu. Karena saya akan usahakan setiap hari makan bersama Asiah," balas Yusuf.
"Apa boleh aku juga ikut bergabung makan siang bersama?" tanya Sarah lagi.
"Ya, silakan. Jika itu membuatmu senang," lanjut Yusuf.
***
Betapa terkejutnya Yusuf saat dia sampai ke Yayasan Al-Huda. Dia melihat Asiah menangis histeris. Dia pun berlari mendekati anaknya dan di ikuti oleh Sarah dari belakang. Ternyata bukan hanya Asiah yang menangis ada dua anak laki-laki lagi yang juga sama-sama menangis.
"Asiah." Yusuf memanggil anaknya.
"Ayah!" Asiah pun berlari ke arah Yusuf.
"Kenapa menangis, Sayang?" tanya Yusuf sambil memeluk tubuh putrinya.
"Adam nakal, Yah!" Asiah menjawab sambil menangis tergugu.
Yusuf menghapus air mata di pipi Asiah. Dia melihat wajah anaknya benar-benar kacau. Mata bengkak, hidung merah, pipi basah penuh dengan air mata, bibirnya juga bengkak. Ini menandakan kalau Asiah menangis dalam waktu yang sudah lama.
Yusuf pun memangku Asiah. Mereka duduk di kursi dekat tempat perosotan. Asiah kalau menangis seperti ini berarti dia merasa kesakitan.
"Sayang, apa ada yang sakit? Luka?" tanya Yusuf sambil memperhatikan tubuh anaknya.
Asiah menganggukan kepalanya. "Ini sakit ..., ini sakit ..., ini juga sakit!" Asiah menunjuk dada sebelah kiri, pantat dan telapak tangannya.
Yusuf agak panik saat Asiah bilang dadanya sakit. Dia takut terjadi apa-apa.
"Apa sebaiknya kita bawa Asiah ke dokter?" Sarah memberikan saran karena merasa kasihan melihat Asiah masih menangis.
"Maaf, Pak Yusuf. Tadi Adam berbuat ulah sama temannya dan dibela oleh Asiah. Kemudian mereka berkelahi." Lapor salah seorang guru yang selalu membimbing dan mengurus anak-anak di sana.
"Anak saya mengeluh dadanya sakit. Apa Anda tahu kenapa?" tanya Yusuf.
Wajah guru itu langsung pucat dan panik. Dia tidak menyangka kalau Asiah sampai seperti itu.
"Asiah, apa Adam melakukan sesuatu kepada kamu tadi, selain mendorong?" tanya Guru itu. Asiah menggelengkan kepalanya dan malah semakin mengeratkan pelukan pada Ayahnya.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi tadi, Bu?" tanya Yusuf sambil membelai kepala Asiah penuh sayang dan berharap anaknya berhenti menangis.
"Tadi Adam merebut memainkan robot milik Sulaiman. Sepertinya Sulaiman tidak mengizinkan Adam untuk meminjam robot miliknya, sehingga mainan itu di lemparkan ke dinding dan akhirnya rusak. Sulaiman pun menangis. Asiah yang melihat itu menyuruh Adam untuk meminta maaf pada Sulaiman. Tetapi Adam malah mendorong Asiah sampai terjatuh," jelas Guru itu.
"Maaf, tadi saya tidak sempat melerainya karena sedang memisahkan dua anak lain yang juga berebutan mainan," lanjut Guru itu.
"Bu Bilqis ..., nggak ada?" tanya Yusuf.
"Hari ini Bu Bilqis ada urusan mendadak. Tadi dia izin pulang," jawab Guru itu lagi.
"Bu, katanya ada anak-anak yang berkelahi? Maaf, saya tidak tahu. Anak-anak banyak yang mengeluh sakit perut karena makan snack pedas." Seorang berseragam guru yang lainnya datang menghampiri mereka.
"Iya, Bu. Biasa Adam bikin ulah dan Asiah mengeluh dadanya sakit. Saya takut terjadi sesuatu tadi saat mereka lepas dari pengawasan," lanjut Guru tadi.
"Asiah, kita periksa ke dokter, ya!" ajak Guru yang baru datang itu.
"Nggak mau. Asiah mau pulang!" jawab Asiah masih menangis.
***
Jangan lupa untuk selalu klik like, komentar, favorit hadiah dan Vote-nya juga ya. Dukung aku terus. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
Ita rahmawati
gimana mbuh,,anak yg diawasi byk kok gurunya gk ada loh 🤦♀️
2025-03-19
1
Marsha Andini Sasmita
🤭🤭🤭😘😘😘
2022-11-08
1
Marsha Andini Sasmita
🥰🥰🥰🤭🤭🤭
2022-11-08
1