Pagi ini Yusuf disibukan dengan membuat sarapan untuk dirinya dan Asiah. Begitu juga menyiapkan bekal untuk makan siang mereka. Saat dia sedang sibuk memasak di dapur terdengar suara tangisan anaknya dari arah kamar.
"Ayah, sedang memasak di dapur! Bangun sendiri dong, Sayang!" teriak Yusuf agar terdengar oleh Asiah.
"Ayah, nakal!" teriak Asiah sambil menangis.
Yusuf langsung mematikan kompor dan bergegas menghampiri putrinya. Dilihatnya Asiah menangis di atas kasur.
"Kenapa, Sayang? Kok bangun tidur menangis." Yusuf berjalan menuju kasur di mana Asiah memukul-mukul selimutnya.
"Kenapa Ayah ... tidak bangunkan Asiah? Jadinya kesiangan tidak Sholat Subuh, nanti Allah sedih karena Asiah tidak berdoa padanya!" Asiah menangis semakin menjadi.
Yusuf bukannya lupa membangunkan Asiah. Namun, putrinya itu terlalu nyenyak tidurnya. Bahkan sampai beberapa kali dibangunkan juga malah tidur lagi.
'Aduh ini pagi-pagi harus menghadapi Asiah yang lagi mode nangis begini. Ahk! Semakin berabe nanti,' batin Yusuf.
"Sayang, sekarang saja Sholat Subuh-nya. Ayo, bangun!" Yusuf hendak memangku Asiah, tetapi putrinya itu menolaknya tidak mau digendong malah semakin histeris tangisannya.
"Ini sudah siang! Subuh-nya sudah lewat dari tadi." Kini Asiah berguling-guling.
'Ya Allah, beri aku kesabaran,' batin Yusuf saat menghadapi anaknya.
"Sayang, dengarkan Ayah. Asiah 'kan bangunnya kesiangan. Boleh kok sholat sekarang." Yusuf membelai rambut Asiah.
"Allah nggak akan marah, kalau Asiah Sholat Subuh-nya sekarang?" tanya Asiah sambil terisak.
"Tidak, Sayang. Allah tidak akan marah karena Dia Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Yuk, sholat sekarang!" Yusuf meraih kedua tangan Asiah dan menggendongnya ke kamar mandi.
Akhirnya Yusuf Sholat Dhuha dan Asiah Sholat Subuh. Sebab, anaknya itu kalau sholat minta dibarengi atau berjamaah. Aisha selalu mendidik Asiah dengan ilmu agama dalam sehari-harinya. Bagi Yusuf dan Aisha dalam membesarkan anak harus sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh Rasulullah. Maka, pendidikan ilmu agama diutamakan. Mau itu adab dalam tingkah laku, maupun adab dalam ucapan.
***
Yusuf dengan cepat memandikan Asiah. Meski putrinya itu bisa mandi sendiri, tetapi saat ini mereka diburu oleh waktu. Apalagi dia harus mendaftarkan Asiah ke yayasan lembaga pendidikan dini. Pastinya akan memakan waktu lagi. Dia sudah meminta jadwal rapat ditunda satu jam karena ada kemungkinan terlambat masuk ke kantor.
Asiah bukan anak yang sulit diatur. Dia selalu menurut apa yang dikatakan oleh orang tuanya.
"Sayang, nanti saat di sekolah harus berteman baik dengan yang lainnya, ya!" Nasehat Yusuf, sambil menyisir rambut Asiah dan mengikatnya menjadi satu.
"Iya, Ayah." Asiah duduk diam saat rambut panjangnya di kucir kuda.
"Mana jilbabnya, Sayang?" tanya Yusuf ketika sudah menyapukan bedak pada pipi chubby Asiah.
"Di simpan di atas kasur," jawab Asiah, kemudian berlari mengambilnya.
"Sini, Ayah pakaikan! Biar rapi." Yusuf memakaikan jilbab berhiaskan bunga di ujungnya.
Asiah duduk manis saat Yusuf sedang bersiap-siap ganti baju kerjanya. Setelah itu mereka sarapan bersama. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.20 tinggal 10 menit lagi waktu yang dia punya untuk mendatangi yayasan yang semalam sudah dicari informasinya. Tempatnya tidak terlalu jauh dan searah dengan menuju arah kantornya.
***
Saat masuk ke dalam lift lagi-lagi ada teriakan yang memintanya menahan pintu jangan sampai tertutup. Zulaikha berlari dan masuk ke dalam lift dengan napas terputus-putus.
"Kenapa kamu belum berangkat? Ini sudah masuk jam sekolah." Yusuf melihat jam dipergelangan tangannya.
"Sekolah aku masuknya jam 07.30 masih ada waktu," balas Zulaikha sambil tersenyum menggoda.
Yusuf memalingkan mukanya, jika Zulaikha sudah memasang mimik menggodanya. Bibir ranum berwarna pink dan mata yang memiliki bulu lentik berkedip-kedip manja.
"Eh, Asiah. Kamu lucu sekali pakai jilbab ini," kata Zulaikha sambil jongkok.
"Assalammualaikum, Kakak. Kita harus mengucapkan salam terlebih dahulu jika bertemu seseorang," ucap Asiah sambil menatap Zulaikha yang terbengong saat mendengarnya.
"Eh, iya. Wa'alaikumsalam Asiah cantik. Mau kemana, sudah rapi begini?" tanya Zulaikha sambil tersenyum manis.
"Mau ke sekolah," jawab Asiah dengan senyumnya yang cantik.
"Ih lucu banget. Gemes!" Zulaikha mencium kedua pipi Asiah secara bergantian.
"Hebat ya, Asiah! Masih kecil tapi sudah sekolah." Zulaikha mengusap pipi chubby milik Asiah, sebenarnya dia ingin mencubitnya. Namun, sejak tadi Yusuf memelototinya.
"Siapa bilang Asiah masih kecil? Asiah itu sudah besar! Iya 'kan, Yah?" Asiah menggoyangkan tangan Yusuf.
"Iya, Sayang. Kamu sudah besar sekarang," jawab Yusuf sambil senyum dikulum.
"Tuh dengar! Kata Ayah juga kalau Asiah sudah besar."
Percakapan mereka terhenti sampai situ karena pintu lift sudah terbuka di lantai bawah tanah tempat kendaraan terparkir. Yusuf berangkat kerja menggunakan mobil karena membawa Asiah dan barang-barang keperluannya.
***
Yusuf mendaftarkan Asiah di yayasan Al-Huda. Di mana tempat ini orang tua yang sibuk bekerja bisa menitipkan mereka sampai malam hari. Anak-anak akan diawasi selama di sana. Mereka tidak akan sembarangan memberikan anak kepada seseorang yang bukan walinya. Meski mereka kaum kerabatnya, tanpa ada izin dari wali anak, untuk menghindari penculikan anak.
Yayasan ini berbasis Islam. Anak-anak akan dididik secara Islam. Berdoa, mengaji, sholat dan ilmu dasar agama Islam dalam keseharian mereka. Meski bayarannya lumayan cukup mahal, itu sebanding dengan fasilitas yang tersedia di sana. Setiap anak punya kasur sendiri-sendiri untuk tidur siang. Makan siang dan sore hari. Perlengkapan mandi juga mereka sediakan.
Setidaknya Yusuf merasa tenang menitipkan Asiah di sana. Guru-gurunya juga ramah dan baik. Mereka sudah terbiasa sabar dalam menghadapi bocah-bocah yang berbeda-beda sifat dan tingkahnya.
"Asiah harus menurut apa yang dikatakan oleh Ibu Guru, ya! Nanti siang Ayah ke sini saat makan siang." Yusuf mencium pipi Asiah.
"Iya, Ayah." Asiah memeluk leher Yusuf kemudian mencium pipi Ayahnya itu.
"Assalammualaikum, Sayang. Semoga kamu senang dan punya banyak teman."
"Wa'alaikumsalam, Ayah."
"Bu, saya titip Asiah. Mohon bimbingannya dan sabar menghadapi putri saya ini, ya. Dia agak cerewet dan rasa ingin tahunya tinggi," kata Yusuf pada guru yang akan mendampingi Asiah. Seorang wanita berparas teduh dan bertutur kata lembut.
"Bapak tenang saja. Kami akan melakukan yang terbaik untuk Asiah," balasnya. "Kalau boleh minta nomor kontak, takut sewaktu-waktu ada keperluan mendadak untuk Asiah."
Yusuf pun memberikan nomor miliknya. Kemudian guru itu melakukan panggilan ke nomor Yusuf.
"Itu nomor kontak saya, Pak. Boleh disimpan dengan nama Bilqis."
"Oh, Baik."
***
Yusuf mengerjakan tugas kantor dengan lancar. Semua tugas dikerjakan tepat waktu. Rapat pun berjalan dengan baik dan hasil yang didapat bulan ini membuat puas para pemilik saham di sana.
"Yusuf, kita makan siang bersama, yuk!" ajak atasannya.
"Maaf, Bu. Sudah janji sama putri saya, mau makan siang bersama," tolak Yusuf dengan sopan.
"Apa saat ini kamu membawa putrimu ke Jakarta?" tanyanya lagi.
"Iya. Saya tidak mau kalau Asiah kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya," jawab Yusuf.
"Apa boleh aku berkenalan dengan Asiah?" tanya lagi dengan tatapan penuh harap.
Yusuf melihat ke arah Sarah. Setahu dia atasannya itu kurang dekat dengan yang namanya anak-anak. Kadang di bercerita selalu sakit kepala jika ada keponakannya yang mendekatinya.
***
Jangan lupa untuk selalu klik like, favorit, komentar, hadiah dan Vote-nya juga ya. Dukung aku terus. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
Marsha Andini Sasmita
💪💪💪🌹💪💪💪
2022-11-08
1
Marsha Andini Sasmita
🤗🤗🤗🤔🤗🤗🤗
2022-11-08
1
Balqis : IG Balqis 7850
banyak ilmu yang di dapat ya kak 🥰
2022-06-08
0