Asiah duduk melingkar bersama teman-temannya. Mereka memainkan balok-balok kayu dan lego dari bahan plastik. Ada juga yang main boneka dan mobil-mobilan.
"Asiah, wanita tadi Mama kamu? Kok tidak pakai jilbab." Salah seorang anak laki-laki yang duduk tidak jauh darinya bertanya kepada Asiah.
"Bukan. Dia teman Ayahku," jawab Asiah.
"Lalu Mama kamu ke mana? Dia tadi tidak ikut makan siang dengan kamu." Kali ini teman perempuan berjilbab biru yang bertanya.
"Bunda, sekarang sudah bersama Allah," jawab Asiah.
"Jadi, wanita tadi pacar Ayah kamu, ya?" Anak bertubuh gempal menyahuti.
"Pacar itu apa?" tanya Asiah.
"Pacar itu orang yang disukai. Nanti Ayah kamu akan menikah dengan wanita tadi," kata anak gembul lagi.
"Kalau gitu Asiah pacar Ayah. Karena Ayah adalah orang yang sangat Asiah sukai," balas Asiah.
"Beda dong. Kalau kamu dan Ayah kamu saling suka karena kalian Ayah dan anak." Anak perempuan berjilbab pink bicara.
"Kamu harus hati-hati loh, sama wanita itu. Nanti dia akan merebut Ayah kamu," kata anak perempuan berjilbab merah.
"Iya. Nanti kayak Papanya Sulaiman. Dia direbut oleh orang lain. Mamanya menangis terus. Lalu mereka berpisah." Bisik anak perempuan berjilbab merah lagi.
Anak yang bernama Sulaiman itu duduk memainkan pensil warna dan menggoreskan di kertas putih. Anak laki-laki yang pendiam dan tidak suka berbaur dengan anak yang lain.
"Kasihan Sulaiman, kini tidak punya Papa," kata anak laki-laki berbadan gembul lagi.
Asiah memperhatikan teman yang bernama Sulaiman. Wajahnya campuran timur tengah. Alisnya hitam dan lebat, hidung mancung, dan bulu matanya lentik.
Hari ini pertama kali Asiah berada di sana. Jadi, tidak tahu apa-apa mengenai teman-temannya. Hanya saja yang dia tahu semua orang tua temannya itu sedang bekerja dan akan pulang saat sore hari atau kadang malam hari.
Waktu tidur siang akan ada dua orang guru pendamping yang memberikan cerita. Saat itu Bilqis yang membawakan kisah Nabi Sulaiman yang bisa bicara dengan binatang.
"Anak-anak, apa kalian tahu kalau Nabi Sulaiman itu bisa bahasa binatang?" tanya Bilqis.
"Tidak, Bu Guru!"
"Tahu, Bu Guru!"
Anak-anak menjawab secara bersamaan. Asiah termasuk anak yang tahu akan cerita itu karena Bundanya dulu pernah bercerita.
"Karena ada beberapa teman kalian yang belum tahu cerita Nabi Sulaiman. Maka, Bu Guru akan menceritakan tentang kisah Nabi Sulaiman dan pasukan semut." Bilqis pun mulai bercerita dan anak-anak mendengarkan dengan hidmat. Tidak ada yang menyela. Semua diam, mendengarkan.
"Dikisahkan, pada suatu hari Nabi Sulaiman as melakukan perjalanan ke daerah Thaif. Dalam perjalanan itu, ia membawa pasukan yang sangat banyak. Pasukan itu terdiri atas manusia, jin, dan burung-burung. Para jin dan manusia berjalan bersama Nabi Sulaiman as. Sedangkan, burung-burung terbang menaungi mereka dengan sayapnya.
"Nabi Sulaiman as juga mengatur pasukannya. Di bagian depan bertugas menjaga agar tidak ada yang melewati batas yang telah ditentukan. Pasukan di belakang bertugas menjaga agar tak ada seorang pun anggota pasukan yang ketinggalan.
"Di tengah perjalanan, Nabi Sulaima AS dan pasukannya memasuki sebuah lembah. Di lembah itu ada banyak sarang semut. Melihat banyaknya pasukan yang dibawa Nabi Sulaiman as, para semut pun ketakutan. Mereka khawatir terinjak-injak pasukan besar itu.
"Jirsan, raja semut yang berasal dari Bani Syishibban berkata pada semut yang lain, 'Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.' (QS an-Naml: 18).
"Mendengar perkataan raja semut yang ketakutan, Nabi Sulaiman as tertawa. Ia kemudian bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberi keistimewaan kepadanya, sehingga ia dapat memahami ketakutan para semut. Ia kemudian berdoa kepada Allah SWT.
'Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.' (QS an-Naml: 19).
"Nabi Sulaiman kemudian meminta pasukannya untuk berhenti. Para pasukan yang tak mengerti maksudnya menjadi kebingungan. Nabi Sulaiman as menjelaskan apa yang ia dengar dari raja semut dan rakyatnya. Akhirnya, mereka mencari jalan lain untuk sampai ke tujuan."
Anak anak menatap takjub kepada Bilqis. Mereka sangat senang mendengarkan kisah Nabi Sulaiman. Bahkan beberapa anak meninta di ceritakan lagi kisah tadi.
***
Saat sore hari, Yusuf bergegas pulang karena ingin cepat-cepat menjemput Asiah. Dia takut anaknya seorang diri dan tidak ada temannya. Ajakan main futsal dari rekan kerjanya pun dia tolak. Baginya sekarang adalah fokus membesarkan Asiah.
Mobil Yusuf memasuki parkiran Yayasan Al-Huda. Ternyata banyak orang tua yang baru menjemput anaknya.
Dengan langkah tergesa, Yusuf menelusuri koridor yang diperkirakan ruang tempat Asiah berada. Dilihatnya Asiah sedang duduk dan berbicara dengan gurunya, Bilqis. Serta satu anak laki-laki yang memainkan robot.
"Assalammualaikum, Sayang." Suara lembut Yusuf menyapa Asiah.
"Wa'alaikumsalam," jawab ketiga orang itu.
"Asik, Ayah sudah datang menjemput!" Asiah langsung berlari memeluk kaki Ayahnya.
"Alhamdulillah, Ayah Asiah sudah datang," kata Bilqis dengan semburat warna merah muda di pipinya.
"Terima kasih, Bu Bilqis. Sudah menemani anak saya." Yusuf bicara sambil memangku Asiah.
"Sama-sama, Pak Yusuf." Bilqis menundukan pandangannya karena dia tahu pasti pipinya kini merona. Jantung dia langsung bertalu-talu begitu mendengar suara salam tadi.
"Ayah, kita akan pulang sekarang 'kan?" tanya Yusuf.
"Iya, Sayang." Yusuf menjawab dan mencium pipi Asiah yang sudah wangi bedak. Tubuh putrinya juga wangi minyak telon.
Anak-anak yang dititipkan di Yayasan Al-Huda, sehabis asar mereka akan mandi. Mereka didik agar mandiri, kecuali saat menyisir rambut boleh meminta bantuan kepada gurunya.
"Anak Ayah sudah wangi. Mandi sendiri atau dimandikan sama Bu Guru?" tanya Yusuf.
"Mandi sendiri. Karena Asiah sudah besar!" jawab Asiah dan diikuti derai tawa Yusuf.
"Bu Bilqis, terima kasih sudah menjaga Asiah. Kami pamit dulu mau pulang," ucap Yusuf.
"Iya, Pak Yusuf. Sama-sama." Bilqis mengangkat kepalanya, terlihat jelas ada rasa malu di sana ketika melihat senyum tampan milik Yusuf.
Yusuf dan Asiah pun pergi meninggalkan Bilqis dan Sulaiman, setelah mengucapkan salam. Bilqis masih menatap kepergian dua orang itu. Ada rasa tidak rela melepas mereka pergi. Dia sangat suka dengan Asiah. Anak kecil yang cerdas dan cerewet.
"Bu Guru! Bu Guru suka sama Ayahnya Asiah?" tanya Sulaiman karena gurunya itu masih saja melihat ke arah Yusuf dan Asiah pergi, tanpa mengedipkan matanya.
Mendapatkan pertanyaan itu, membuat Bilqis salah tingkah. Akhirnya, dia malah meminta Sulaiman untuk duduk kembali dan menunggu Mamanya menjemput.
***
Jangan lupa untuk selalu klik like, komentar, favorit, hadiah dan Vote-nya juga ya. Dukung aku terus. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
Ita rahmawati
byk amat yg suka sm pak duda 🤦♀️🤣
2025-03-19
1
Marsha Andini Sasmita
🤔🤔🤔
2022-11-08
1
Marsha Andini Sasmita
🤭🤭🤭
2022-11-08
1