"Yah, pusing," kata Asiah saat tengah malam.
"Apa, Sayang?" tanya Yusuf dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Sakit," jawab Asiah lemah.
Yusuf memegang kening Asiah terasa sangat panas. Dia bergegas bangun. Betapa terkejutnya mendapati tubuh putrinya dalam keadaan demam.
"Tunggu, Sayang. Ayah akan bawakan kompres dulu." Yusuf pun bergegas membawa air dalam baskom dan saputangan. Di kompreskan kain basah itu pada kening Asiah. Kemudian dia mencari obat penurun panas. Namun, dia baru sadar kalau obat untuk anak-anak dia tidak punya. Paracetamol juga sudah habis.
Jam dinding menunjukkan pukul 23.45 sudah tengah malam. Jika, sampai subuh demam Asiah belum juga turun, Yusuf berniat akan membawa ke rumah sakit.
"Sayang, masih sakit?" tanya Yusuf sambil mengusap pipi gembul yang kini berwarna merah.
"Iya," jawab Asiah lemah.
"Kita, ke rumah sakit saja, ya?"
"Nggak mau!"
"Biar di obati oleh dokter dan sakitnya cepat hilang."
"Ayah, minta saja sama Allah. Agar sakitnya di ambil lagi."
Hati Yusuf terasa teriris sembilu mendengar perkataan Asiah. Belum genap satu bulan dia kehilangan Aisha, kini melihat putrinya tergeletak lemah tak berdaya membuat dia ketakutan akan kehilangan orang yang disayangi.
"Kenapa Asiah tidak mau di bawa ke rumah sakit? Padahal di sana ada obat untuk menyembuhkan sakit demam ini."
"Asiah tidak mau meninggal dulu. Karena orang yang ke rumah sakit selalu meninggal."
"Kata siapa, Sayang"
"Kata Adam."
Yusuf tercengang mendengar jawaban Asiah. Kenapa anaknya malah mendengarkan perkataan orang yang sering berbuat onar di kelasnya.
"Sayang, dengarkan Ayah. Tidak semua orang yang ke rumah sakit akan meninggal. Mereka yang meninggal itu, jika sakitnya parah. Yuk, kita ke rumah sakit sekarang!"
"Tidak, mau! Ayah nakal!" Asiah malah menangis histeris dan menambah rasa sakit di kepalanya.
Terdengar suara dering telepon. Ternyata Zulaikha yang menghubunginya.
"Ada apa Zulaikha malam-malam begini menelepon?" tanya Yusuf.
[Maaf, Om. Aku baru ingat kayaknya tubuh Asiah agak demam tadi sore. Lebih baik kasih obat.]
"Ya, sekarang dia sedang menangis tidak mau di bawa ke rumah sakit. Om, sudah meng-kompres dia satu jam lebih. Tapi, demamnya belum juga turun."
[Kalau nggak mau di bawa ke rumah sakit, panggil saja dokternya ke sini!]
Yusuf menepuk keningnya. Saking paniknya dia, sampai tidak bisa berpikir dengan jernih.
***
Zulaikha mendatangi apartemen Yusuf untuk melihat keadaan Asiah. Bocah yang biasanya cerewet itu, kini terkulai lemah.
"Asiah yang kuat, ya! Sebentar lagi dokternya datang ke sini," kata Zulaikha menyemangati Asiah.
"Badan Asiah sangat sakit, Kak." Asiah masih berlinang air matanya karena menahan rasa sakit di sekujur badannya.
Tidak lama kemudian terdengar suara bel berbunyi. Yusuf membukakan pintu dan terlihat ada seorang pemuda sangat tampan dengan retina berwarna biru.
"Apa ini kediaman Tuan Yusuf, Ayahnya Asiah?" tanya orang yang sedang berdiri berhadapan dengan Yusuf.
"Iya, saya sendiri," jawab Yusuf sambil menelisik orang yang berpenampilan rapi.
"Kenalkan saya Dokter Ghazali yang ditelepon oleh Zulaikha, tadi." Orang itu mengenalkan dirinya.
"Oh, Dokter. Silakan masuk!"
Ghazali pun mengikuti langkah Yusuf memasuki kamar apartemen miliknya. Dilihatnya ada seorang gadis yang di kenal sedang duduk di samping seorang anak perempuan yang di kompres keningnya.
"Om Ghaza, akhirnya datang juga. Tolong periksa tubuh Asiah. Kayaknya dia demam akibat makan es krim terlalu banyak bersama si Kembar, tadi siang." Zulaikha merasa sangat senang saat melihat Ghazali dan langsung memeriksa keadaan Asiah.
Ghazali ingin sekali menjitak anak perawan satu ini. Dia memaksanya untuk datang ke apartemennya. Tidak bilang kalau pasiennya adalah anak kecil.
"Di infus saja, karena Asiah demam tinggi dan mengeluarkan keringat dingin yang sangat banyak. Takutnya dia akan dehidrasi," kata Ghazali begitu selesai memeriksa Asiah.
Asiah pun di pasang dengan cairan infus. Untuk obat Ghazali menelepon William meminta obat persediaan untuk si Kembar yang ada di kamar apartemennya.
***
"Terima kasih, Om Ghaza. Maaf sudah merepotkan untuk datang tengah malam begini ke sini," ucap Zulaikha kepada Ghazali.
"Tidak apa-apa. Sekalian aku juga mau menginap di sini," balas Ghazali.
"Aku dengar dari Bintang kemarin, kalau Om sudah putus dengan Amara," ujar Zulaikha.
Ghazali mencubit kedua pipi Zulaikha dengan gemas. Hal itu tidak luput dari penglihatan Yusuf.
Setelah kepergian Ghazali dan William. Yusuf juga meminta Zulaikha untuk kembali ke kamar apartemennya. Namun, gadis itu bersikukuh ingin bersama Asiah, dan duduk setia di sampingnya.
***
Jam di dinding menunjukkan pukul 02.45 berarti sudah 2 jam berlalu sejak Asiah di infus, suhu panas di tubuhnya pun berangsur turun. Meski belum ke suhu tubuh normal orang sehat.
Yusuf melihat Zulaikha tidur sambil duduk. Melihat tidur dengan cara seperti itu membuat dia merasa iba. Lalu di bopongnya tubuh anak gadis itu dan dibaringkannya di atas kasur. Tepatnya di samping Asiah.
"Kamu adalah gadis paling keras kepala yang pernah aku temui selama hidupku ini," ujar Yusuf sambil menyentuh pipi Zulaikha. Pipi yang tadi di cubit oleh Ghazali.
***
Saat memasuki waktu subuh, Zulaikha terbangun. Dilihatnya Yusuf tertidur sambil memegang tangan Asiah.
"Sejak kapan aku tidur di atas tempat tidur ini?" tanya Zulaikha ada dirinya.
Zulaikha berniat membangunkan Yusuf kerena sebentar lagi akan memasuki waktu subuh. Namun, dia malah memandangi paras tampan yang sedang tertidur pulas itu dengan penuh kekaguman.
"Om, ganteng banget, sih. Meski lagi tidur begini. Dosa nggak, ya? Kalau aku cium," Zulaikha bermonolog.
Zulaikha terkena bisikan setan untuk berbuat dosa. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Yusuf.
"Kak," panggil Asiah dengan suaranya yang lemah.
Suara yang menyadarkan Zulaikha bagaikan suara guruh yang memekakkan telinga yang. Padahal tinggal beberapa sentimeter lagi bibir mereka akan bersentuhan.
"Astaghfirullahal'adzim. Zulaikha apa yang akan kamu lakukan. Haram ... haram!" gumam Zulaikha sambil memejamkan matanya.
"Iya, Asiah ada apa?" tanya Zulaikha sambil membelai rambut Asiah.
"Apa sudah adzan subuh?" tanya Asiah.
"Belum. Tidur saja lagi, nanti jika sudah subuh akan Kakak bangunkan," pungkas Zulaikha.
Asiah pun kembali memejamkan matanya kembali. Zulaikha mengelus kepala Asiah penuh rasa sayang.
"Om, bangun! Sebentar lagi subuh, apa nggak mau sholat Tahajjud dulu?" Zulaikha menggoyangkan bahu Yusuf. Namun, laki-laki itu belum juga bangun.
"Kalau nggak bangun aku cium, loh!" Ancam Zulaikha dengan berbisik di telinga Yusuf.
Yusuf pun membukakan matanya. Dia melihat wajah Zulaikha tepat berada disampingnya.
"Kamu tidak berbuat macam-macam 'kan?"
"Apa Om mau aku berbuat macam-macam?"
Satu sentilan dikenang Yusuf berikan kepada Zulaikha.
***
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Tunggu kelanjutannya ya! Jangan lupa untuk selalu klik like, komentar, favorit, hadiah dan Vote-nya juga. Dukung aku terus. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 338 Episodes
Comments
Diana Dwiari
zul anaknya siapa, kg kayaknya akrab dg keluarga hakim
2023-03-26
2
Lina Maulina Bintang Libra
q LBH ska sifat n keteria zulaika biarpun bar bar, Ketimbang kalem
2022-12-07
0
Marsha Andini Sasmita
❤️❤️❤️🌷❤️❤️❤️
2022-11-09
1