Teeet, teeet, teeet.
Suara bel istirahat baru saja terdengar Tina bergegas membereskan buku dan pulpennya, seperti biasa mengajak teman sebangkunya tapi Syihwa menolak ajakannya kali ini. Kapok mendengar suara Kawal, Kiwil, Kawul.
Tina memakluminya ia mengajak Ino dan tidak akan pernah lupa pada Padil sang pangeran pujaannya, Syihwa memilih mengelilingi sekolah sendirian—saat menuju kelas ujung paling pojok. Tak sengaja melihat pemandangan yang jarang terjadi, ketiga lelaki yang suka nanyi-nyanyi tidak jelas berada di depan matanya sekarang, mereka mengganggu salah satu siswa.
Menarik kerah siswa itu didorong hingga tersungkur di atas tanah, Kawal mengepalkan tangan kanannya menonjok wajah lelaki yang terlihat pasrah.
Syihwa terkejut tanpa sadar kakinya berlari kedepan lelaki yang sedang di kroyok, melentangkan kedua tangannya sembari menutup mata.
“HENTIKAN!”
Beruntung Kawal dapat menghentikkan kepalan tangannya tepat waktu. Sedikit lagi hampir saja mengenai wajah gadis itu, yang sedang mencoba menolong adik kelasnya.
Misey berjalan melihat-lihat sekolah. Seperti biasa para kaum hawa menatapnya tanpa berkedip, lelaki itu secepatnya menjauh, tiba-tiba memandang Syihwa yang di kelilingi banyak lelaki. Misey bersembunyi di balik tembok memperhatikkan setiap ucapan maupun gerak-gerik gadis itu.
Membuka mata perlahan, Syihwa menurunkan kedua tangannya.
“Dia ade lo?” tanya Kawul singkat.
Ia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil menunduk menutup rapat mulutnya.
“Terus, kenapa lo nolongin dia?!” menatap siswi yang berada di hadapannya. “Awas!” bentaknya mendorong Syihwa sampai terjatuh, namun gadis itu memegang pergelangan kaki kawul.
Kawul marah tangannya mengepal, langsung mengayunkan kearah Syihwa.
Plak!
Syihwa menutup matanya. Misey lari dengan sigap menangkap pukulan Kawul. Ia membuka kedua matanya membulat hampir keluar dari tempatnya, sebuah kernyitan muncul di kening, jantungnya berdegup kencang. Saat matanya menatap siapa yang telah menghentikan kawul, sambil mendongak keatas. Terlihat dagunya dari sana, lelaki itu membalas tatapannya— langsung membuang muka. Membantunya berdiri, kembali menatap Misey keheranan.
Dia datang dari mana? Ko tiba-tiba muncul? Tapi, Syihwa bersyukur ada orang yang membantunya. Beberapa pertanyaan mulai bermunculan dalam pikirannya.
“Siapa lagi lo?” tanyanya lagi, bagi Kawul hari ini yang paling terburuk saat memalak adik kelasnya.
Kini Misey menatap tajam ke arah Kawal, Kiwil dan Kawul. “Kenapa lo? Gak suka gue di sini?!”
Semakin mendekati mereka, Kawal terdiam kakinya ikut bergemetaran saat Misey berbalik menatap adik kelasnya yang babak belur. Kawal melangkah perlahan, Syihwa mengetahuinya.
"Mi-seey awaas!" teriaknya.
Saat Misey menengok.
BRUGH!
Berhasil mencuri kesempatan menonjok Misey sekuat tenaga, hingga tersungkur ke tanah. Kawul kabur diikuti kedua orang yang bersamanya.
Syihwa terkejut langsung membantunya berdiri. Mulut Misey berdarah pada bagian kiri, adik kelasnya mengajak mereka ke ruang UKS. Melangkah bersama menuju ruang uks, Syihwa terus memandangi Misey yang sedari tadi memegang mulutnya yang berdarah. Mengambil kotak P3K, mengambil obat merah dan kapas, Misey duduk di bangku yang sudah di sediakan sebagai ucapan terima kasih dari adik kelasnya sambil keluar ruangan.
Gadis itu duduk di depannya, meneteskan obat merah ke kapas akan menempelkannya pada bagian wajah lelaki yang terluka itu.
Tapi menepis tangannya dengan kasar, sampai kapas yang berada pada genggaman Syihwa terjatuh ke lantai.
“SAKIT! Punggung tangan gue sampai merah, kasar banget si lo jadi cowok. Anak siapa tahu? Gue cuma mau balas kebaikan lo, karena tadi udah tolongin gue.”
“Apa? Tadi ngomong apa? Udah, gak usah bersandiwara di depan gue. Jangan pernah berpikir gue tolongin lo, lagian situasinya aja yang bikin repot.” memutar bola matanya ke arah ranjang uks langsung membelakanginya.
Beberapa detik...
“Mendingan lo pergi.” lanjutnya.
Situasi? Repot?
Tidak menyerah, membalas budi suatu kewajiban bagi Syihwa. Mengambil kapas dan menuangkan kembali obat merah, memutar bangku Misey ke arahnya. Ia berdiri membungkuk menempelkan kapas pada bagian wajah lelaki itu.
Misey menatapnya ragu, puluhan pertanyaan mulai bermunculan mengelilingi kepalanya.
“Sseeh.” Misey meringis kesakitan memegang tangan Syihwa yang sedang mengobati lukanya sambil menatapnya.
“Sakit ya? Gue pelan ko, dikit lagi.” Syihwa merubah posisi duduknya ke samping. Tanpa membalas tatapan Misey beralasan tidak sanggup.
Sedangkan Misey sibuk memikirkan segala sesuatunya, tak fokus Syihwa langsung menempelkan kapas itu ke hidung Misey, sampai dia bersin-bersin.
“Maaf, gue gak sengaja.”
“Bilang aja, lo gak ikhlas kan. Bantuin gue? Gak usah so baik lo, sini!” merebut kapas itu dari Syihwa. “Gue bisa sendiri.” ia malah menempelkan pada hidung sendiri, sampai bersin-bersin lagi. “HACUH, HACUH.”
“Gue kan udah bilang gak sengaja, lagi PMS lo. Sedari tadi marah-marah terus, gue cuma mau bilang… maaf.” merebut kembali kapas yang di pegang lelaki itu.
Misey hanya menatapnya, lagi-lagi sulit dipercaya.
Seorang Toa dengan suka rela bilang maaf… sama gue? Gue?
Syihwa dengan teliti mengobati lukanya, tanpa sadar Misey yang sedang diobati—nampak seculas senyuman dari wajahnya. Mereka saling pandang.
Seseorang menyaksikkan kejadian itu. Sarah dikenal sebagai gadis yang paling kejam, di takuti siswa-siswi sekolah. Semua yang di inginkannya harus terwujud dan menjadi miliknya. Ia anak kepala sekolah, tidak ada yang berani melawannya karena ia jago ber–akting. Sehingga meski Sarah yang salah, tetap gadis itu akan selalu benar dimata ayahnya si kepala sekolah. Ia pun pergi dari sana dengan sangat kesal beraduk amarah, mencari cara menenangkan diri.
Beri penulis semangat, Like, kritik dan sarannya. Terima kasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍀Ode Tri🍀
gak salah lagi kembar
2020-06-20
2