Bel istirahat berbunyi, Syihwa berlarian. Ditengah lapangan ia melihat seseorang, langsung memeluknya dihadapan semua siswa yang sedang berhamburan keluar dari kelas.
Tentu saja seseorang itu terkejut. Dia membalas pelukan Syihwa sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan. Misey mengejar Syihwa, tapi saat tahu gadis itu jatuh dipelukan orang lain. Misey terdiam memperhatikan mereka.
Seseorang telah datang, lelaki yang suka menyimpan rahasia. Perkenalkan Hafis, yang datang dari Australia. Sahabat kecil Syihwa, yang sangat dirindukan. Hafis menatap Misey yang sedang memperhatikan mereka, Misey membalas tatapannya.
Mereka saling bertatapan, dengan tatapan yang tak biasa sebuah tatapan tajam terpancar dari kedua bola mata mereka.
"Gue, kehilangan dia Fis... semuanya telah berakhir. Gue gak bisa hidup lagi, semua impian gue hancur." Syihwa terus saja menangis.
Hafis menatapnya. "Lo gak boleh bicara kaya gitu, Syihwa gue yakin dia– "
"Dia sudah tidak ada dibumi... " ucap Syihwa menangis tersedu-sedu. Melepaskan pelukannya, pergi lari sejauh mungkin dari sana.
Tidak bisa tinggal diam, Hafis mengejarnya. Misey menahan dan memegang pundak lelaki itu.
"Salah gue, ini salah gue... " seru Misey.
Hafis menengok. Membalikan badannya menatap Misey. "Apa yang lo lakukan padanya?"
Entah mengapa tiba-tiba saja, mulut Misey tertutup rapat tidak mampu menjawab pertanyaan yang Hafis ajukan padanya. Hafis geram menunggu jawaban darinya, ia menarik kerah seragam Misey.
Yang menyaksikan kejadian itu panik. Wajah mereka antara ngeri, parno dan syok.
"Jawab pertanyaan gue!" sentak Hafis mendorong dan melepaskan kerah Misey.
"Baiklah kalau lo ingin mengetahui semuanya, ikut gue."
Misey mengajak Hafis untuk bicara empat mata. Hafis mengikutinya dari belakang, mereka naik ke atap lantai tiga, tempat dimana Misey dan Syihwa bicara berdua disana. Misey mulai menceritakan dari awal, mengenai kejadian dimasa lalunya bersama Mexsi, cinta pertama kakanya dan semua hal yang membuat Syihwa bersedih.
"Seperti itulah, kejadiannya." Misey menggenggam bahu pagar sekuat tenaga. Sambil menunduk.
Mendengar semua kebenarannya yang membuat Hafis merasa bersalah. Mendekati Misey memegang pundaknya, lelaki itu menengok kearahnya dengan tatapan semoga Hafis akan percaya perkataannya.
"Gue yang salah, seharusnya gue bertanya bukannya marah gak jelas sama lo." tatapan menerawang. "Gue... khawatir sama dia, dulu dia akan mengakhiri hidupnya."
Kedua bola mata Misey membulat.
"Enam tahun yang lalu, kedua orang tuanya bercerai. Ayahnya pergi ke Singapura, membawa semua kebahagian Syihwa. Akhirnya dia memutuskan mengakhiri hidupnya dibangku taman, dia akan memutus urat nadinya. Sebelum itu dia mengirim surat, gue kira gue bakal terlambat.
"Tapi pada saat tiba disana, mereka berpelukan. Gue terharu, dari kejauhan Mexsi membuatnya nyaman. Gue percaya sama Mexsi akan menjaga Syihwa, gue memutuskan pergi ke Australia."
"Membawa cinta yang bertepuk sebelah tangan, gue pergi karena percaya pada Mexsi, menjaga Syihwa membuatnya bahagia." lanjutnya.
* * *
Saling cerita satu sama lain. Misey dan Hafis mengakhiri cerita dengan penuh renungan. Menuruni tangga bersama, Misey masuk kedalam kelas. Tina, Tino, Ino dan juga Padil terlihat kebingungan.
Seharusnya dijam masuk sekolah, Syihwa kembali namun. Dia belum juga kembali, kemana perginya gadis yang malang itu. Misey bertanya pada Padil, setelah penjelasannya. Misey bergegas mencari keberadaan gadis yang mungkin saat ini hatinya sedang hancur berkeping-keping.
Bukan hanya Misey yang mencari, tapi hampir semua orang yang berada di kelas ikut membantu. Termasuk sahabat Syihwa, mencari diseluruh kelas.
Tino mencari ditoilet perempuan, Tina yang memergoki sepupunya tak segan-segan menjewer telinganya sampai merah.
"Aaaaws! Sakiiit Tin," jerit Tino mencoba menarik tangan Tina yang sedang lekat-lekat menjewer telinganya.
"Bandel banget! Sana cari ditempat lain." perintah Tina dengan gaya ratunya.
Mereka terus berusaha mencari. Pencarian terhenti di karenakan harus melanjutkan belajar, terpaksa semua yang mencari Syihwa harus duduk tenang dikursi masing-masing.
Jam menunjukkan sore hari. Pelajaran pun selesai, tanpa menunggu yang lain membereskan peralatan pelajaran mereka. Misey berlari kecil keluar kelas, melanjutkan pencariannya yang sedikit terhambat.
* * *
Teringat sesuatu. Gadis itu pernah mengatakan ingin mengungkapkan segalanya ditaman, Misey pergi ketaman.
Sesampainya disana seorang gadis duduk sambil menundukkan kepalanya. Misey melangkah mendekati gadis itu, matahari kini semakin rendah mulai tenggelam.
"Jahat, kau benar-benar jahat. Kau menyuruhku menunggu selama ini, pada akhirnya kau meninggalkanku." ucap Syihwa duduk diatas bangku taman memegang foto. "Sampai kapan kau akan membuatku menunggu, ternyata selamanya... egois! " menggenggam foto menangis tersedu-sedu.
Tiba-tiba saja Syihwa tahu kenapa sejak pertama kali bertemu Misey, ia merasa lelaki itu sepertinya tidak asing. Dulu tidak tahu kenapa, tetapi sekarang semuanya mendadak jelas.
Misey mengingatkan Syihwa pada Mexsi. Menutup mata. Kedua tangannya terangkat kedada memohon.
Gadis itu memohon dengan penuh harapan.
Ya Allah aku hanya ingin dipertemukan dengan seseorang yang selama ini aku tunggu, pertemukanlah kami sekali saja.
Syihwa membuka kelopak mata perlahan. Memandang seseorang yang melangkah mendekatinya, semakin lama matanya mulai terbuka. Buku-buku jarinya memutih, tatapan menerawang, kedua matanya membendung air mata.
Sekarang lelaki itu berada dihadapannya. "I love you."
Syihwa langsung memeluknya.
"Aku tahu... aku tahu kau akan datang," kata Syihwa memeluknya semakin erat.
Terkejut sudah pasti. Mulut Misey membulat menatap bangku taman kosong, hanya bisa terdiam mendengarkan celotehan Syihwa tanpa henti.
"Kenapa baru datang sekarang? Kau tahu aku menunggumu disini, lama sekali dan tiba-tiba Misey bilang kau sudah tiada... "
Misey ingin balas memeluknya, namun sungguh tidak mudah melupakan kejadian demi kejadian. Yang membentuk kebencian dihatinya, Misey hanya bisa pasrah tanpa berkeluh resah.
"Itulah yang ingin Mexsi sampaikan sama lo, sebelum kecelakaan yang merenggut nyawanya."
Syihwa tersadar bahwa kabar kematian Mexsi bukanlah kebohongan. Ia melepaskan tangannya, selangkah mundur menjauh dari tatapan Misey. Menelan ludah ingin segera pergi dari hadapannya.
Lari... Syihwa ingin berlari dari hadapan Misey. Ia membalikan badannya perlahan, Misey memegang lengannya.
"Gue mau lo dengar, penyebab Mexsi meninggal dunia." penuh harap membuat hati Syihwa sedikit terenyuh.
Syihwa menengok kearahnya dengan wajah penuh keinginan tahuan dan penuh kesedihan. Misey mengajaknya duduk.
"Hari itu disaat Mexsi ingin menemui lo, dia membawa bunga dan kotak coklat. Dia sudah mempersiapkan segalanya, namun gue diculik sama preman kampung. Gue teriak melihat Mexsi ada dijalan, dia memanggil Taxsi lalu mengikuti mobil yang membawa gue dari belakang. Tanpa para penjahat itu sadari, namun saat mereka menyadarinya...
"Saat berada disamping danau, mereka mengikat kaki dan tangan gue. Menjeburkan gue kedanau dalam keadaan terikat,"
Syihwa tetap diam dan membiarkan lelaki itu menumpahkan isi hatinya.
"Mexsi mengetahui hal itu. Dia menjeburkan diri dan menyelamatkan saudaranya, gue selamat. Kaka membuka ikatan gue, kami pergi menuju Taxsi. Mobil preman itu kembali, dengan kecepatan kencang... Mexsi mendorong gue. Dan dia yang tertabrak."
Syihwa mengerjapkan mata. Menatap Misey lekat-lekat.
Butuh tenaga besar bagi Misey mengingat kembali peristiwa naas yang melenyapkan kakanya.
"Gue teriak memanggil namanya, polisi tiba disana. Membawa kaka gue ke rumah sakit, nyawanya tertolong. Dia mulai sadar, saat kami tanya pun dia masih menjawab dan tersenyum. Akan tetapi keesokan harinya, kami diberi tahu bahwa Mexsi dalam keadaan kritis. saat itulah, saat dimana kali terakhir gue liat dia."
Setelah mengeluarkan semua isi hatinya yang Misey pendam selama bertahun-tahun. Pertama kalinya ia menceritakan tentang masa lalunya, Syihwa memperhatikan kedua bola mata Misey yang sedang menahan sebuah gumpalan air mata.
Syihwa memeluk Misey. Lelaki itu terkejut, kedua bola matanya membulat kembali. Ia menepuk-nepuk dada Misey pelan.
"Lo tahu... saat lo ingin menangis, jangan ditahan. Keluarkanlah semuanya, semua kesedihan yang lo derita. Karena... itu akan meringankan beban lo." Syihwa semakin erat memeluknya.
Saat itu pun Misey mengeluarkan air matanya. Untuk pertama kalinya, ia menangis didepan orang lain. Seseorang yang sangat Misey benci, seseorang yang mengusik kehidupannya, seseorang yang membuat hari-harinya seperti dineraka. Kini, dialah yang membuat Misey sedikit lega dan meluapkan emosi kesedihannya.
Masih... masih belum bisa membalas pelukan gadis itu. Sepertinya Misey masih menyimpan dendam dan kebencian, seharusnya ia yang menenangkan Syihwa. Ternyata gadis itu tidak lemah, bahkan dia sudah tahu jika dirinya dalam keadaan yang sangat terpukul.
Beri penulis semangat, Like, kritik dan sarannya. Terima kasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍀Ode Tri🍀
jadi misey yg kembar amaw mexsi terus syihwa ama thoa kembar atau apa ??? lanjut baca makin penasaran
😭😭😭😭hbis mewek gua thor
2020-06-20
0