Teman yang baru Syihwa kenal. Mengajaknya menuju ke kantin belakang sekolah. Diikuti Ino di kenal sebagai gadis yang paling pemalu dan pendiam, terkadang Tino suka menggodanya membuat Ino menahan nafas sedetik lalu pergi menghindar. Tidak lupa Tina mengajak lelaki yang paling keren di sekolah, Padil ketua kelas yang paling digemari banyak orang, suka menolong siapa pun yang mengalami kesulitan, seratus persen ikhlas, tanpa pamrih, dia juga kandidat ketua OSIS.
Mereka duduk saling berhadapan, di salah satu kantin langganan Tina tidak lain ibu Ino.
"Mau pesan apa? Di sini banyak sekali makanan yang enak-enak, bakso, nasi goreng, pangsit, jus, es mambo masih banyak lagi. Yang paling gue demen di sini, bakso super jumbo dan jus melon yang manis, semanis senyuman gue. Hehehe." tanya Tina pada Syihwa dan Padil nyerocos, tak henti-hentinya cekikikan.
Lima menit kemudian...
Sampai membuat kedua orang itu bertanya di dalam hati, kapan bisa pesan? Kalau tak ada kata berhenti saat berbicara.
"Gue bakso aja deh." jawab Syihwa secepat mungkin.
"Nasi goreng super pedes." sahut Padil.
"Oke! Pangeranku," menatap Padil malu-malu. "Pesanan kalian akan segera datang, tunggu aja. Tina yang berhati baik, seperti malaikat tak bersayap ini akan segera membawakan makanan yang kalian pesan." Tina akan pergi memesan.
Sosok lelaki yang berparas paling enek menurut Tina berlari ke arah mereka, duduk sambil mengambil tisu mengelap keringat didahinya memandang Tina.
"Gue gak ditanyain?" celetuk Tino dengan sebelah kaki yang dilipat keatas.
Tapi Tina tidak memperdulikan saudaranya.
Syihwa dan Padil tertawa kecil membekap mulutnya sendiri.
"Ngeselin banget tuh anak!" lanjutnya.
Beberapa saat Tina kembali membawa bakso dan nasi goreng dibantu Ino. Tino akan bangkit dari tempat duduk.
"Mau kemana?" tanya Tina. "Nih udah gue pesenin makanan kesukaan lo. Mangkannya jadi anak tuh yang baik dikit kenapa, jangan bikin onar mulu."
Menyodorkan semangkuk bakso super jumbo kehadapan Tino, menatap saudaranya segan. "Lo emang saudara gue yang paling pengertian," berdiri disamping Tina.
"Masalah itu biar waktu yang menjawab, udah lo makan aja." lanjutnya akan memeluk saudaranya namun Tina menghindar hanya manggut-manggut patuh, Tino tersenyum malu langsung duduk mengambil garpu dan sendok. "Selamat makan."
Meski mereka suka berantem gara-gara hal kecil tapi sebenarnya Tina dan Tino saling perduli. Mereka makan pesanan masing-masing, Tina melontarkan sebuah pertanyaan, "Syihwa, kenal ya sama Misey?"
"Hmm... Gak ko, baru kenal." ucap Syihwa sedikit hati-hati menjawab pertanyaannya, takut dia salah pengertian.
"Oh gitu, tapi ko dia kaya udah kenal lama sama lo, sampai teriak gitu." pertanyaan Tina kembali dilontarkan.
Syihwa merasa sedang dipojokkan, ia akan menjawab secara jujur dan benar, "Kalau itu, gue juga gak tahu."
"Ah Tina, gitu aja dibikin repot." Tino menepuk pundak Tina pelan. "Ya kali, Misey mirip sama gue. Canda dia, gitu aja gak tahu." melanjutkan makan.
"Oh gitu, lo duduk sama dia. Kenapa gak ajak Misey ikut gabung sama kita, gue yakin! Lo pasti dicuekin, yaiyalah orang kaya lo gak mungkin- "
"Udah Tina, kata nenek. Jangan makan sambil bicara, nanti keselek terus nyesel hahaha." tertawa puas.
"Udah! Jangan langsung keliatan sifat aneh kalian, malu sama anak baru. Butuh waktu biar paham kalian makhluk seperti apa? Iya kan, Syihwa?" Padil melirik kearahnya.
"I-iya." Syihwa tersenyum kecil.
"Gue mau ketoilet sebentar." izin Padil.
"Jangan lama-lama, aku rindu." ucap Tina.
Padil langsung buang muka, mengambil langkah seribu. Syihwa tertawa kecil, Tino menggeleng-gelengkan kepala.
Segerombolan lelaki datang dari sudut kanan. Kawal, Kiwil dan Kawul. Mereka terkenal pembawa masalah. Berbeda dengan Tino mereka suka menyanyi di mana pun alias tak lihat situasi dan kondisi, Kiwil duduk menggebrak-gebrak meja dan Kawul menabuh galon dengan tangan kananya mereka memainkan alat musik seadanya.
Para siswa yang berada disana tertawa datar secepatnya memakai headset, bahkan ada yang sampai memasukkan tisu makan ketelinganya jika lupa membawa headset. Yang menjadi vokalisnya tidak lain ketua mereka si Kawal, lantunan lagunya mulai terdengar. "Judi tet... Merusak keimanan. Judi tet... Judi tet... teeet "
Terus saja seperti itu sampai kiamat, hampir semuanya merasa terganggu termasuk Syihwa, baru pertama kalinya ia bertingkah seperti ini menutup kedua telinganya menahan kebisingan, menyerang telinganya secara bertubi-tubi. Saat itu pun ia bangkit dari tempat duduk tak tahan melangkah pergi, Misey menuju kantin dan melihat suatu kejadian.
Syihwa tak sengaja menabrak gadis yang membawa gelas berisi jus alpuket seketika menumpahi seragamnya. Sarah marah langsung mendorongnya sampai tersungkur dilantai.
Misey terus mengamati. Gue yakin, Toa pasti balas menonjok.
"Lo punya mata gak!" Teriak Sarah membuat semua orang yang berada di sana menatapnya.
Syihwa bangkit, Tina dan Ino membantunya berdiri. Sedangkan Tino melirik sebentar dengan tenang melanjutkan makannya, Padil sedang pergi ketoilet.
"Gue minta maaf, gue gak sengaja." kata Syihwa mengatakannya dengan tulus, sambil menyodorkan tangan kanannya.
Misey menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya apa yang ia dengar barusan seharusnya tidak pernah terdengar.
Aneh, kok mendadak Toa minta maaf? Kaya bukan Toa yang dia kenal, salah gak salah ya tetap cewek itu paling benar. Tapi kok... Batin Misey terus mengamatinya.
Cukup lama tangan Syihwa tak disambut baik, ia menurunkan tangannya dengan sedikit sedih. Saat Sarah akan melayangkan telapak tangan ke wajah gadis yang menumpahkan jus kesukaannya, Syihwa menutup mata, alis tertekuk takut, menunduk.
Seseorang berteriak, "GILA, TAMPAN BANGET."
Spontan Sarah menatap seseorang yang menjerit lalu mengalihkan pandangannya pada Misey. "Iiih tampan... "
Hampir saja sebuah tamparan melesat mengenai pipi Syihwa. Ia pergi dari sana melewati Misey begitu saja tanpa menatapnya, sedangkan lelaki itu menatapnya dengan serius.
Sarah melangkah mendekat dan memegang lengan Misey sampai senyum-senyum sendiri tak karuan mirip orang gila.
"Tampan siapa namanya? Rumahnya dimana? Kelas apa? Udah punya pacar belum? Kalau belum... Aku mau kok jadi pacar kamu."
Misey memegang tangannya menghempaskan ke udara. Ia melangkah pergi meninggalkan Sarah, bukannya marah! Sarah semakin penasaran dengan lelaki yang di anggapnya jual mahal. Baginya hal itu sebuah tantangan yang harus gadis itu taklukan, bagaimana pun caranya.
Flashback On
Duduk dengan santai saat Misey berada dikantin, tiba-tiba Toa berjalan tak sengaja menabrak gadis yang sedang membawa semangkuk spageti berlumuran saos tomat di atas nampan. Membuat seragamnya kotor terkena saos tomat, gadis yang menabraknya tidak meminta maaf sekali pun. Ia hanya melengos pergi.
Tak terima dia melempar spageti menimpuk kepala Toa, ia mendekat mengepalkan tangan kananya satu pukulan mengenai samping bibirnya.
Langsung mengeluarkan darah, gadis yang meringis kesakitan membalas tonjokkan Toa. Sehingga mereka berdua saling hantam-menghantam dengan tangan kanannya, Misey hanya serius memperhatikan musuh bebuyutannya itu.
Salah satu penjaga kantin menghentikkan mereka, tetap saja Si Toa masih mengambil kesempatan menonjoknya.
**Flashback Off
Beri penulis semangat! Like, Kritik, Hadiah dan Komentar. Agar cerita ini bisa terus berlanjut... Terima kasih.
See you, next part ➡**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Anonymous
ih makin penasaran
2020-05-16
1