Misey duduk santai, kedua tangannya memegang pistol dengan posisi kepala di miringkan ke kiri sedikit. Membidik secara fokus dan langsung mengenai sasaran, memasukan umpan, ceklek, mengetes. Kedua bola matanya serius menatap sasaran, tatapannya menajam setajam silet, keringat mulai menetes turun dari dahinya.
DOR!
Satu tembakan mengenai sasaran…
Misey tersenyum licik, menurunkan kedua lengannya perlahan. ‘Aaaa!’ Suara teriakan gadis itu langsung terdengar, Misey berhasil membidik hidung Toa. Dengan pistol mainan, pada ujung umpannya terdapat bulatan karet, jika di arahkan menempel pada sasaran. Suara teriakan berasal dari leptopnya, yang sengaja memutar suara teriakan seorang gadis. Sedangkan sasarannya hanyalah sebuah foto, hasil karyanya sendiri.
Beginilah Misey saat sedang didalam kamarnya, apa lagi saat sedang marah. Melampiaskan amarahnya pada foto gadis kecil yang sangat ia benci, siapa lagi kalau bukan penyebab pergelangan kakinya terluka. Si Toa berjalan, menatap lekat-lekat ke arah hidung yang berhasil di bidiknya.
“Kali ini lo bakal tahu siapa gue yang sebenarnya, Toa.” merasa kesal bangkit, kakinya sedikit pincang.
Menuju kamar kakanya, mulai iseng, membuka lemari, menutup lemari hingga beberapa kali sambil tertawa kecil, mengacak-acak buku-buku yang tertata rapih di rak, saat sedang gila-gilaan.
PLUK!
Sesuatu menimpa kepala Misey dari atas lemari. Membuatnya mendongak ke atas, mengelus-elus kepalanya, berdecih malas.
"Sialan!" memandang ke bawah, melihat kotak kecil terbuat dari kayu.
Pantas saja Misey masih mengelus-elus kepalanya sedikit benjol, meraih benda itu. Dengan berjalan sedikit pincang, duduk diatas tempat tidur kakanya. Mulai membuka kotak, hal pertama yang ia lihat sepucuk surat.
Astaga! Apa kakanya meninggalkan surat wasiat? Dasar bodoh! Kenapa tidak dari dulu saja dia menemukan surat itu. Misey membaca isi suratnya, perkata demi kata.
Assalamualaikum…
Misey apa kabar? Kaka yakin sekali, karena kau menemukan surat ini. Berarti kabarmu baik-baik saja, entahlah… Kenapa kaka menulis surat ini. Yang jelas keadaan kamar kaka, nampak diterjang angin ** beliung sekarang. Hahaha, tertawalah Sey.
Jangan pernah berubah, jangan pendam amarah, buanglah jauh-jauh kebencian yang kau pendam karena kaka. Jangan melampiaskan amarahmu pada orang lain, yang tidak bersalah.
Pada hari itu, hari dimana kamu diculik. Seorang gadis cantik sedang menunggu kaka, karena kaka berjanji padanya ingin mengungkapkan sesuatu yang sebenarnya.
Namun… Kejadian yang menimpamu, membuat kaka lebih mementingkan dirimu, Sey, kaka ingin meminta bantuanmu. Setiap hari minggu kami selalu berjanji tepat jam empat sore, bertemu ditaman. Katakan padanya, jangan menunggu terlalu lama itu hanya akan menyiksanya.
Dia adalah gadis yang dapat memegang janjinya, jadi… Sey kaka mohon, beri tahu dia kaka sudah tiada, katakanlah kalau kaka sangat mencintainya. Sehari saja dia boleh menangis mendengar perkataanmu, tapi… Berjanjilah buat dia tersenyum kembali jika kau menyayangi kaka, kau akan melakukannya bukan?
Jangan menangis, ingatlah, kaka akan bahagia jika melihatnya bahagia dan juga dirimu …
Wassalamualaikum…
Mexsi Prawijaya
“Heh!” Misey berdecih menundukkan kepalanya. “Mana mungkin… Dia masih menunggumu kak? Disaat kau dalam keadaan hampir tak sadarkan diri, kau menyempatkan diri hanya untuk menulis surat ini. Surat yang tak berarti ini?!” Misey tersenyum datar.
“Aku yakin kak, dia sudah melupakanmu. Apa lagi sudah enam tahun berlalu semenjak kejadian naas itu, bagaimana caranya kau mempercayai seseorang sampai seperti itu, bagaimana?!” ia menjatuhkan dirinya ke lantai, dengan wajah tidak dalam keadaan baik-baik saja.
Misey terpuruk, ponselnya berbunyi, melirik ke kantong depan celananya. Merogoh lalu menatap lekat layar ponsel, kedua bola matanya membulat, kedua alisnya terangkat. Bergegas pergi ke suatu tempat.
* * *
Syihwa berada di depan gerbang sekolah, kedua kakinya bergemetaran, aneh. Tidak biasanya tempat itu begitu sepi tak ada petugas, pesan yang Misey kirim menunjukkan ke arah gudang sekolah.
Tanpa merasa curiga sedikit pun, hanya memikirkan lelaki yang sudah salah paham padanya. Melangkahkan kedua kakinya menuju tempat yang sangat ditakutinya, sampai di depan pintu gudang, ia menggigit jarinya, alis tertekuk takut. Merasa was-was, tiga orang bertopeng muncul dari arah yang berbeda-beda, membuat langkah gadis itu terhenti menatap ke arah mereka.
“Si-siapa kalian?” tanya Syihwa mulai ketakutan, berlari.
Namun salah satu lelaki bertopeng hitam itu mencengkram lengannya. “Siapa sebenarnya, kalian?”
Kembali bertanya, kedua bola matanya membulat, keningnya berkerut, salah satu diantara mereka memukul punggungnya. Dia tertawa, gadis itu langsung tumbang.
Menyeret tubuh Syihwa ke dalam gudang. Menggeletakannya dilantai bersandar pada bahu tembok, kedua kakinya terlentang. Dengan berbagai pemikiran yang kejam, salah satu diantaranya melempar gas beracun ke dalam sana, menutup pintu gudang rapat-rapat, tanpa merasa berdosa mereka tertawa meninggalkan tempat itu.
Misey sampai di depan gerbang sekolah, meninggalkan motornya disana. Berlari walau pun dengan kakinya yang pincang ke sana–ke mari, mencari keberadaan gadis itu, seharusnya kaki kirinya terasa sakit. Tapi karena ia sangat mengkhawatirkan gadis itu, sampai lupa merasakan sakit.
Bahkan Misey sempat merasakan rasa sakit dipergelangan kakinya, tidak perduli! Kembali mencari. Tepat di depan pintu gudang Misey terjatuh, pergelangan kakinya mengeluarkan darah, tercium bau yang menyengat, ia batuk-batuk merasa aneh dari dalam sana. Mungkinkah? Misey segera bangkit memegang gagang pintu, tak dapat terbuka, ia menabrakan tubuhnya kepintu, mendobrak sekuat tenaga.
BRAKH!
Pintu terbuka, batuk-batuk saat ia masuk langsung merogoh saku celana, mengambil sapu tangan, menutup hidung dan mulutnya. Kabut yang berasal dari dalam sana, mulai keluar, Misey mendapati gadis itu sedang terduduk pingsan. Lari ke arahnya, menggendong dan membawanya keluar dari sana.
Ia menurunkan tubuh Syihwa, membiarkan dirinya memangku kepala gadis itu, menepuk-nepuk pipinya pelan.
“Bangun! Toa, lo bukan cewek lemah bangun, buka mata lo!” teriak Misey sambil menunduk pasrah.
* * *
Saat itu pun tangan Syihwa bergerak, Misey mengangkat wajah dan mendapati Syihwa mencoba membuka matanya. Namun, kembali menutup matanya, tak bergerak sama sekali, Misey memegang pergelangan tangannya. Memastikan, masih ada kah denyut nadi disana? Ia bernafas lega masih ada harapan.
“Toa! Bangun! Lo harus buka mata… ” menepuk-nepuk pelan pipinya, menggendong tubuh gadis itu kembali.
Misey menerima sebuah pesan dari Sarah, yang berisikan jika dia menginginkan gadis itu menderita secara perlahan. Anjing yang disewa Kawal kemarin, meminta Kawal untuk secepatnya mengembalikan pada pemiliknya.
Kenapa Sarah seceroboh itu? Ternyata Sarah mengantuk berat, tak sengaja mengirimkan pesan itu ke Misey. Betapa terkejutnya Sarah, pesan yang harusnya dikirim pada M. Kawal singkatan dari Monkey Kawal. Lupa jika huruf awalnya sama-sama ‘M’ Sarah gelisah, secepatnya menelpon Misey. Tak ada jawaban sama sekali, ponselnya kehabisan daya. Besok gadis itu akan menjelaskan pada Misey, sangat ketakutan.
Membawa Syihwa ke rumah sakit, melangkah dengan kaki pincangnya. Misey sangat mengkhawatirkan gadis itu. Bagaimana tidak? Ia sudah salah paham padanya, bahkan karena kesalahannya hampir mencelakakan gadis yang sangat lelaki itu benci. Bagaimana pun juga, Misey masih memiliki hati nurani, tak mungkin tega saat melihat seseorang dalam kesulitan didepan matanya. Terlebih karena kesalahannya, meski pun ia membencinya.
Jika gadis itu bisa berubah, mungkin Misey akan menerimanya sebagai teman bukan musuh. Seperti apa yang dikatakan gadis itu padanya, sampai dirumah sakit suster segera mengambil tindakan. Misey membaringkan Syihwa disana.
Dokter mulai memeriksa keadaannya, sedangkan Misey mengurus pendaftaraan pasien.
"Siapa nama lengkap pasien?" tanya resepsionis.
Misey terdiam.
Bingung saat ditanya siapa nama gadis itu, selama ini tidak pernah sekali pun tahu namanya. Salah satu suster mendekatinya dan memberitahu, jika ada yang menghubungi ponsel gadis itu.
Tidak lama kemudian ponsel yang Misey pegang bergetar, berdering nada lonceng, melihat layar, suara panggilan masuk dari ibu. Dengan gugup Misey mengangkat telepon itu, memberi tahu dimana keberadaan Syihwa.
"Biar ibunya saja mengurus administrasinya, sebentar lagi datang kemari." ucap Misey sedikit ragu mengatakannya.
"Baiklah, saya tunggu."
Setelah itu ia menuju ruangan Syihwa, duduk disampingnya, memandangi wajahnya yang terlihat sangat pucat, menempelkan punggungnya disandaran kursi.
“Lo, sumpah! Kenapa jadi selemah ini?” Misey berdecih, menundukkan kepalanya ke bawah. “Bagus kalau sifat lo udah mulai berubah,” menatap datar pada wajah gadis itu . “Tapi, jangan fisik lo juga ikut-ikutan berubah. Lo jangan salah paham, gue ngomong kaya gini kasian sama lo.” kembali melihat kedua matanya masih dalam keadaan tertutup.
Beri penulis semangat, Like, kritik dan sarannya. Terima kasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍀Ode Tri🍀
kok gua ngeras entar si misey bucin dan syihwa sampai ajal karena sakit 😭 gak kebayang endingnya bikin mewek
2020-06-20
0