My Love About You
Terbangun dari tidur panjang semalam dalam ke adaan rambut panjang hitam acak-acakan mirip rambut Tarjan, kelopak mata sulit terbuka, dan menguap beberapa kali. Matanya menyipit saat diliriknya jam di dinding, menunjukkan hampir jam tujuh lewat lima menit. Mengerjap-ngerjapkan mata berharap apa yang barusan ia lihat sebuah kesalahan, membulatkan mata, mulut terbuka lebar tak percaya, namun jam di dinding tidak berubah sama sekali.
"MATI DEH GUE!" teriak gadis itu, bangkit dari tempat tidur secepatnya lari kedalam kamar mandi.
Hari pertama Syihwa masuk ke sekolah SMAN 81 JAKARTA, kelas XI ia murid pindahan dari Cikarang nama lengkapnya Syihwa Prawijaya. Ibunya sedang merintis sebuah usaha di Jakarta selatan. Meski ia sendiri tidak menginginkan pindah secara terpaksa, hanya memiliki satu anggota keluarga yang saat ini bersamanya. Ibu yang sangat ia sayangi.
Keluar dari balik pintu kamar. Nampak rapih mengenakan seragam putih abu-abu. Menuju meja makan, menyambar roti lapis berisi selai kacang yang sudah disiapkan untuknya, mengunyah dan menelan secepat mungkin, melihat segelas susu putih, meneguk sampai habis tak tersisa. Ibunya berangkat kerja sebelum ia bangun dari tidurnya, inilah rutinitas sehari-hari menyiapkan segalanya sendirian.
Tulang punggung keluarga hanyalah ibunya, ia harus memahami situasi dan kondisi saat ini.
* * *
Lari menuju samping jalan raya, kebetulan angkot sedang berhenti mengangkut penumpang. Ia secepatnya masuk ke dalam angkot, beberapa menit kemudian sampai di depan gerbang sekolah turun dari angkot tak lupa juga membayar. Kaki Syihwa bergemetaran, melihat tidak ada siapa pun yang didekat gerbang. Satpam mulai menarik ujung pagar gerbang itu. Lari... lari, kedua tangannya menahan pagar. Tersenyum datar nampak terlihat raut wajah yang memelas. Terpaksa kali ini Satpam memperbolehkannya masuk, menuju ruang kelas XI IPA.
Mengintip dari jendela kelas, memutar bola matanya menengok ke kiri dan ke kanan ruang kelas.
Selamet! Guru belum masuk kelas. batinnya didalam hati.
Baru saja menghembuskan nafas lega seseorang menepuk pundaknya dari belakang, ia mematung detak jantung berdebar was-was. Menarik nafas perlahan-lahan dan menghembuskan dengan keras, memberanikan diri menengok kebelakang.
Tiga detik.
"Eh, ada bapak," memaksakan seculas senyuman ramah.
Mengulurkan telapak tangan kanan wajahnya kembali tersenyum datar, guru yang berdiri di depan pintu menyambut tangan gadis itu. Mencium punggung tangan gurunya.
"Anak baru?" tanyanya datar.
"I-iya pak." jawabnya manggut-manggut.
Tanpa basa-basi pak Selamet masuk kedalam kelas, diikuti langkah kakinya dari belakang.
Semua siswa yang di dalam kelas menatap ke satu arah, bukan gurunya yang mereka tatap. Tapi seorang gadis berkulit kuning langsat, mata hitam, hidung apa adanya, berambut hitam panjang lebat yang menggendong tas ransel biru cerah. Pak Selamet berkumis putih tebal, rambut pada bagian kepalanya sebagian besar telah menghilang alias botak, menjatuhkan bokongnya di bangku. Menatap tajam ke arah depan.
Satu kelas langsung menunduk patuh, sudah paham jika Pak Selamet menatap mereka seperti itu. Ia guru Mtk yang paling ditakuti semua siswa disekolah, termasuk ke dalam guru killer karena peraturannya yang begitu menyiksa, mencekam dan hukuman yang sangat berat bila melanggar.
"Perkenalkan dirimu." suruh Pak Selamet menatap siswa baru yang berada pada sampingnya.
"Perkenalkan nama saya... " terdiam cukup lama sambil menunduk nervous.
Tiba-tiba seseorang lari ke dalam kelas terhenti berdiri tepat di sampingnya.
"Misey Megantara." ucapnya.
Menghentikan rasa nervous gadis yang sedang kebingungan menatap lelaki itu. Ia memakai kacamata hitam, memakai masker hitam, sembari menggandeng tas ransel berwarna biru gelap sebelah kiri bahu.
Syihwa melanjutkan ucapannya yang terhenti tadi, "Syihwa Prawijaya." ia menatap lelaki yang berdiri di sampingnya dengan tatapan serius.
Pak Selamet berdiri, mereka mengarahkan pandangannya pada sang guru.
"Lepas kacamata dan masker sekarang juga!" bentaknya menatap tajam kearah lelaki itu.
Saat Misey melepas masker lalu kacamata tersenyum tipis. Semua wanita di dalam kelas itu terpaku menatapnya, bahkan salah satu gadis yang sedang mengantuk berat, kepalanya hampir tumbang jatuh kepentok meja. Tiba-tiba matanya melek hampir keluar dari tempatnya. Bagaimana tidak? badannya yang kekar, berbadan tinggi, berkulit putih, matanya hitam kecoklatan saat tersenyum membuat para kaum hawa meleleh.
Namun ada sesuatu yang mengganggu...
Syihwa mengerutkan kening. Kenapa? Siapa? Mengapa wajahnya tak terlihat asing. Tidak, Syihwa tidak yakin betul ia tak pernah bertemu lelaki itu sebelumnya. Tetapi, ada sesuatu yang enggan baginya. Bertanya-tanya di dalam hati.
Lelaki itu tidak memandang siapa gadis yang saat ini berdiri di sampingnya, hanya menatap ke depan lurus-lurus.
"Subhanallah, ganteng banget!" jerit salah satu siswa dari sudut kiri tengah.
Sampai seseorang yang akan pindah kelas, demi menghindar dari Pak Selamet.
"Astagfirullah Aladzim, gue gak jadi pindah kelas." kembali terdengar jeritan dari berbagai arah. Seketika kelas yang tadinya hening, kini menjadi sangat berisik.
Tidak menghiraukan bahwa pak Selamet sedang mendengarkan ucapan mereka.
"Cari tempat duduk yang kosong sana!" perkataan Pak Selamet membuat seisi kelas terdiam. Pada hal terdengar biasa saja, mungkin terbiasa dengan hawa mencengkram. Mereka segera sadar, sedari tadi membuat keributan.
"Jangan memakai kacamata, ditambah masker hitam lagi! Mau sekolah apa maling?"
Semua siswa cekikikan kecil. Tanpa menjawab perkataannya, Misey melangkahkan kaki panjangnya mencari tempat duduk yang kosong, melewati para kaum hawa santai. Membuat mereka saling memberi tatapan sebuah isyarat. Salah satu diantara mereka ingin Misey duduk di sebelahnya, mendorong teman sebangku sampai dia berdiri hampir jatuh, mengkedipkan mata genit. Teman yang di sampingnya pun tidak mau kalah, mendorong teman yang sedang sibuk cari perhatian, saling tak terima mereka langsung dorong-mendorong akhirnya terjatuh.
Seisi kelas tertawa sangat geli, lagi-lagi suasana kembali menjadi berisik. Pak Selamet kembali menggeram, menggebrak papan tulis menggunakan penggaris panjang dua meter berbahan kayu kecoklatan. Mereka kembali terdiam setelah mendapat kode keras dari gurunya yang super sadis itu.
Misey melengos tatapannya terlihat tajam duduk di bangku paling belakang dibaris kedua dari samping. Syihwa menengok ke berbagai arah bahkan sudut ruangan tidak ada satu bangku pun yang kosong di sana, kecuali... Meja lelaki tadi yang datang secara mendadak. Terpaksa memberanikan diri duduk bersebelahan dengannya.
Dari pada ambil resiko tidak mendapatkan tempat duduk? Syihwa menaruh tasnya pada bagian bawah samping kanan kaki.
Misey Megantara ia salah satu murid pindahan dari Negara Singapura, alasan pindah dari sana karena seorang gadis tak henti-hentinya terus mengganggunya. Si Toa Berjalan. Itulah nama panggilan terbaik pada musuh bebuyutannya, bertengkar dari usia sebelas tahun.
Aneh... Ia dengan gadis yang amat sangat dibenci, selalu satu sekolahan. Terlebih satu kelas lagi dan lagi, hingga sekarang. Mendengar jika gadis itu sengaja mengikuti Misey, dari pada ambil pusing lebih baik menghindar sampai rela pindah sekolah ke Indonesia.
Sebelum Misey tahu nama gadis itu, mereka sudah saling benci. Setiap ada guru yang mengabsen kehadiran siswa sebelum menyebutkan nama orang yang membuat hari-hari terasa di neraka, mengeluarkan headset, untuk menyumpal telinganya nampak jelas tidak ingin tahu siapa namanya. Toa adalah satu-satunya nama panggilan yang terbaik baginya untuk diucapkan.
Tak lupa juga membawa kapas, sebagai cadangan jika lupa membawa perihal yang pertama, atau lebih parahnya lagi ngumpet dipojokan sambil menutup rapat kedua telinga nampak orang yang mendengar nama Malaikat Maut, yang akan mencabut nyawanya. Sebelum masuk kedalam kelas ia menerobos masuk, sebelum Satpam menutup rapat pagar tadi sesudah Syihwa.
Alih-alih mencuri-curi pandang, Syihwa menatap wajah lelaki yang terlihat sibuk.
Mengeluarkan headset, kapas. Pikir Misey sudah terbebas dari Toa, tak memerlukannya lagi. Mengambil plastik kresek dikolong meja berinisiatif membuang sampah beserta masa lalunya, mengambil buku lalu tak sengaja pulpennya jatuh ke bawah kolong sebelah.
Misey akan membungkuk mengambil pulpennya, Syihwa membunguk terlebih dahulu. Membuat lelaki itu menatap wajah gadis yang tertutup rambut panjangnya yang hitam lebat, mengambil pulpen dengan tangan kanan. Mengangkat punggung, menyandarkan tubuh, duduk kembali. Menengok, menatap Misey yang berada di sebelahnya, memberikan pulpen yang ia ambil.
Bukannya Misey mengambil pulpen, kedua alisnya terangkat, wajahnya memerah, menatap gadis itu.
"Lo!" teriak Misey langsung terkejut, syok dan panik menahan amarah, membuat seisi kelas melihat ke arahnya.
"Ko ada disini?!"
Hay Hay😁 Semoga gak bikin bosen ya ceritanya, salam kenal, yuk next 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Devan elgan
baru eps pertama dah seru banget
2021-03-31
1
ig@taurusdi_author
Hadirrr
2021-03-03
0
Priska Anita
Like dari Rona Cinta sudah mendarat disini 💜
2020-07-23
0