19#Terungkap

Hari yang cukup indah, matahari pagi yang cerah, langit-langit begitu biru, angin berhembus pelan. Tapi tidak dengan suasana hati Syihwa, perasaannya dipenuhi secercah kebencian. Tak biasanya bersikap begini, mungkin ia merasa sedang menjadi mainan didalam lingkup kehidupan Misey.

     Apa salahnya? Apa yang sebenarnya dia inginkan darinya? Apa? Apa? Ya Allah, berikan dia kesabaran.

     Bu Riska mulai mengabsen. Kali ini Misey tidak membawa headset, kapas. Tak berlari kebelakang ngumpet dipojokan, hanya menatap ketempat duduk gadis itu sambil memasang kedua telinganya lebar-lebar.

     "Syihwa Prawijaya." sebut bu Riska.

     "Hadir bu." ucap Syihwa.

     Syihwa, nama yang cukup indah. Jadi namanya Syihwa Prawijaya...

* * *

Salah satu siswa berada pada tengah lapangan, dia digosipkan merokok didalam kamar mandi. Bekas rokoknya dia lempar kekamar mandi sebelah, orang yang berada disana berteriak histeris. Sedangkan siswa yang melempar cekikikan, sudah biasa baginya.

    Kali ini, seorang guru yang berada ditoilet sebelahnya. Was-was sudah tak zaman baginya, sebut saja Tino.

     Pak Selamet menangkap basah Tino, saat sedang melempar bekas rokoknya. Dijewer, tangannya ditarik dengan kasar ketengah lapangan. Siswa yang melihat kejadian itu bukannya merasa kasian, mereka malah ketawa. Ada yang suruh dibakar rame-rame, dibuang ketengah laut dan lebih parahnya lagi suruh menghilang dari bumi.

     Pak Selamet juga memukul bokongnya dengan penggaris dua meter berwarna agak kecoklatan, sakit? Pasti Tino meringis bahkan sempat berteriak.

     Diketawain lagi, dan lagi. Tina memandang sepupunya dari kejauhan, sebenarnya tidak mau mengakui kalau Tino sepupunya. Keahlian Tino bikin onar mulu, tapi karena waktu itu Tino sempat teriak-teriak gak jelas tentang Tina saudaranya. Satu kelas mengetahuinya.

     Syihwa mendekat.

     "Kenapa lagi, sama Tino?" tanya Syihwa menatap ke arah Tina lurus-lurus.

     "Biasa bikin onar, udah jangan bahas dia. Enek setengah mati gue sama dia." Tina cemberut, tidak lama kemudian ia baru menyadari sesuatu.

     "Syihwa!" teriakan Tina membuat Syihwa syok, sampai mengelus-elus dada.

     "Kirain siapa, udah sembuh lo?" ucap Tina tersenyum menatap dan memeluknya.

     "Iya, alhamdulillah... bukannya tadi duduk bersebelahan?" Syihwa membalas senyumannya.

     "Hehe, gak fokus. Lagi fokus sama Padil tadi."

     Semua siswa geram menyaksikan hukuman yang Tino jalani, Ino meneteskan air mata. Dari kejauhan beralasan tidak bergabung dengan Tina maupun Syihwa, takut jika mereka tahu seorang Ino menangisi makhluk asing yang berada dibumi. Anggapan Tina seperti itu pada Tino, belum si Padil tapi tak berada disana dimana kah si ketua kelas itu?

     Ino mulai menangis terisak-isak, dengan segenap penyesalan meninggalkan Tino yang sedang ditertawakan banyak orang. Ia merasa jika terus berada disana air matanya hanya akan terus berlinangan, paling yang Ino takutkan saat Tino melihatnya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Mungkin mengkhawatirkan dirinya, saat itu pun melihat Padil membicarakan sesuatu.

     Bukannya Ino ingin menguping pembicaraan Padil dengan seorang ibu-ibu disana, hanya sekedar lewat duduk sendirian.

     "Kamu ketua kelas dikelas Syihwa, tampan sekali." Ibu Syihwa tersenyum.

     "Iya tante. Bisa aja tante ini, saya jadi malu." Padil memicingkan matanya tersipuh malu.

     "Bisa tolong berikan ini pada Syihwa, saya lupa... tapi sepertinya, ini milik temannya mungkin terjatuh saat dia sedang menjenguk kemarin."

     "Tante tenang aja, saya pastikan ini akan kembali kepada pemiliknya."

     "Jika bisa... berikan ini pada Syihwa terlebih dahulu."

     Padil mengangguk pergi mencari Syihwa, pasti berada ditengah lapangan sedang menyaksikan pertunjukkan baru si idiot Tino. Padil menemukan Syihwa, sadis ada si Tina pasti akan menahannya disana tak berani mendekat.

     Ino mengerti kenapa Padil berhenti ditengah jalan, Ino mendekati Tina mengajaknya bicara. Padil memiliki kesempatan bergegas memberikan dompet itu pada Syihwa.

     Padil mengambil langkah seribu, dari kejauhan berteriak. "Periksa sendiri. Dan berikan pada pemiliknya, dari ibumu."

     "Dasar ketua kelas." celetuk Syihwa sembari membuka dompet yang berada ditangannya.

     Terkesiap kaget memandang isi dompet itu cukup lama, Syihwa langsung berlari kesana-kemari mencari seseorang. Bahkan ia menabrak kedua temannya hingga terjatuh, mereka sama-sama bangkit. Syihwa berdiri tanpa meminta maaf pada kedua sahabatnya, Tina memegang lengannya.

     "Ada apa, Syihwa? Lo terlihat gelisah, lo cari siapa?" Tina bertanya pada Syihwa.

     Namun ia tetap diam menutup mulutnya rapat-rapat, kedua bola matanya terus mencari tanpa menjawab sepatah kata pun. Pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

     "Syihwaaa!" teriak Tina.

     Tina ingin mengejar tapi Ino menggenggam tangannya, menatap Tina sembari menggeleng-gelengkan kepalanya memberi pengertian. Mereka menundukkan kepalanya, ikut mengkhawatirkan sahabatnya.

     Berlari-larian mencari keberadaannya, Syihwa tampak terlihat pucat. Keringat mulai menetes, saat melintasi lorong kelas ia tak sengaja menabrak Padil. Hampir terjatuh, untung saja Padil memeganginya.

     "Syihwa, lo gak apa-apakan? Lo keliatan pucat. Mau gue bawa ke uks– " tanya Padil.

     "Gue baik-baik aja." Syihwa berlari kembali.

     Mengelilingi sekolah yang luas, dengan seksama. Nafasnya terasa sesak, rambutnya berantakan, terus... terus dan terus mencari. Syihwa mulai kelelahan, tapi tidak menyerah sedikit pun. Teringat perkataannya tidak menyukai tempat yang berisik, berusaha mencari tempat yang hening dan tenang tanpa gangguan.

* * *

Tiba dilantai atap tiga atas. Syihwa memegang bahu tangga hampir terjatuh. Ia melihat seseorang berdiri disana, kedua tangannya terkepal diatas bahu tangga. Ia melangkah perlahan mendekati lelaki yang sedang serius menatap... entah apa yang sedang dia tatap.

     Syihwa semakin mendekat, ia berdiri tepat satu meter dibelakang lelaki itu. Nafasnya terengah-engah, menarik nafas pelan menghembuskan secara perlahan.

     "Siapa lo sebenarnya?" pertanyaan itu langsung dilontarkannya.

     Lelaki itu terkejut, membalikan badannya. "Lo keliatan gak baik-baik aja. Lo pucet– "

     "Itu gak penting, siapa lo sebenarnya?... ini, didalam dompet ini ada foto waktu lo kecilkan?" Syihwa menunjukkannya pada Misey.

     "Dari mana lo mendapatkan dompet gue? Udahlah wajah lo benar-benar puc– "

     "Gue bilang itu gak penting, jawab... Jawab pertanyaan gue, apa perlu gue berlutut dihadapan lo! Biar lo jawab pertanyaan gue."

     Syihwa akan segera berlutut, tapi Misey melangkah dengan cepat menangkap bahunya. "Jangan lakukan... "

     "Kalau begitu jawab pertanyaan gue, Sey... "

     Terus dipaksa untuk menjawab pertanyaannya terpaksa Misey angkat bicara. "Saudara... dia saudara gue."

     "Apa yang katakan?" Syihwa kebingungan tidak dapat menangkap perkataannya.

     "Lo liat ada dua anak kecil didalam foto itu," Misey melangkah berada disampingnya. "Wajah mereka mirip bukan?" lanjut Misey menatap Syihwa.

     Syihwa menatap foto itu lekat-lekat.

     "Misey Megantara dan Mexsi Megantara, kami berdua kembar."

     Kedua bola mata Syihwa membulat, mulutnya ternganga. Ia menatap Misey serius. "Kalau begitu, bilang sama gue dimana dia? Gue mau cerita banyak hal sama dia. Mex harus tahu, kalau gue... gue tungguin dia ditaman sendirian gue– "

     "Mexsi... Mexsi, dia tidak berada didunia ini lagi."

     Syihwa tercengang, jantungnya terasa berhenti berdebar. Nafasnya tercekat. Ia tidak percaya pada pendengarannya. Apa yang dikatakan Misey tadi?

     "Lo pasti bohong... gak, gue gak percaya. Dia pasti ada disuatu tempat sekarang... " Syihwa menggeleng-gelengkan kepalanya.

     "Lo benar, dia ada disurga."

     Kedua kaki Syihwa mendadak lemas. Ia tak sanggup memendung air mata terlalu lama, Syihwa menatap Misey melangkah mendekatinya menarik kerah Misey sampai memukul dada lelaki yang berada dihadapannya.

     "Lo bohong! Tidaaak! Tidak mungkiiin!" Syihwa menangis.

     Misey hanya bisa diam saat Syihwa terus berteriak dan memukulinya. Dada Syihwa berat sekali. Paru-parunya tidak mau berfungsi. Tidak bisa bernafas, mendorong tubuh Misey sekuat tenaga menjauh darinya.

     Syihwa lari dari hadapan Misey. Menuruni tangga dengan sekuat kakinya melangkah.

     "Syih– " Misey ingin memanggil namanya untuk pertama kalinya tapi suaranya sulit untuk dikeluarkan.

Beri penulis semangat, Like, kritik dan sarannya. Terima kasih🤗

   

    

 

    

Terpopuler

Comments

🍀Ode Tri🍀

🍀Ode Tri🍀

ku masih bertahan dg ceritamu thor

2020-06-20

0

SityJuleha

SityJuleha

lanjutkan Thor, bikin nagih baca

2020-01-15

2

lihat semua
Episodes
1 1# Dia panggil aku siapa?
2 2# Kenalan dulu
3 #3 Kebencian yang sama
4 #4 Siapa Yang Menolongku?
5 5# Orang Aneh!
6 6# Check Up?
7 7# Penasaran
8 8# Temen Jail
9 9# Baik Juga Dia
10 10# Menyadari Sesuatu
11 11# Asal-asalan Jadi Penyesalan
12 12# Kalau Di Bilangin Patuh!
13 13# Yang Salah Siapa, Yang Dimarahin Siapa
14 14# Mulai Memaafkan
15 15# Ternyata Dia
16 16#Pelaku Yang Sebenarnya
17 17# Tidak Mungkin!
18 18# Bukan Aku!
19 19#Terungkap
20 20#Kenyataan Yang Pahit
21 21#Perasaan Yang Mengganggu
22 22#Apa Kita Bisa Saling Percaya
23 23#Kenyataan Yang Pahit
24 24#Tumben Akrab
25 25#Happy Birthday
26 26#Biarkan Gue Disamping Lo
27 27#Maaf
28 28#Kematian Yang Membawa Luka
29 29#Marah Gue Jadinya
30 30#Berbedaan Mereka
31 31#Cobaan Si Pemalas
32 32#Bebanmu Adalah Bebanku
33 33#Akhirnya Dia Tersenyum
34 34#Rahasia Dibalik Topeng
35 35#Alasan Yang Mengungkap Perasaan
36 36#Kembalinya Raja Jail
37 37#Kita Tak Mungkin Bersama
38 38#Menjauhlah
39 39#Jangan Lakukan!
40 40# Masih Mencintai
41 41#Mencintaimu selamanya
42 42# Jangan Membenci Dia
43 43# Kisah Cinta Yang Pernah Ada
44 44# Siapa Yang Menjemput?
45 45# Cinta Masa Lalu Hafis Dan Syahwa
46 46# Upaya Membujuk Misey
47 47# Amarah Yang Meledak
48 48# Siswa Baru
49 49# Jangan Bersamanya
50 50# Cara Meminta Maaf
51 51# Dia Gila!
52 52# Kecelakaan Yang Tak Disengaja
53 53# Ditinggalkan Lagi
54 54# Jangan Menangis
55 55# Setelah Ditinggalkan Ayah
56 56# Tak Berdaya
57 57# Ingin Mati
58 58# Abaikan Saja Dia
59 59# Dia Adalah?
60 60# Hanya dapat membenci
61 61# Kekecewaan yang mendasar
62 62# Pilihan yang menyakitkan
63 63# Mencari kontak penting
64 64# Percaya dia atau tidak
65 65#Pernyataan
66 Saya minta maaf, dan memutuskan memulai kembali untuk menulis cerita ini
67 66# Tahun yang dipenuhi tangis
68 67# Melupakanmu
69 68# Melupakan semua tentangnya
70 69# Aktivitas baru
71 70# Hari pertama latihan
72 71# Perasaan seorang ibu
73 72# Mulai terbiasa
74 73# Pikiran yang sulit tenang
75 74# Suaranya
76 75# Waktu yang tepat
77 Author Ganti Akun
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1# Dia panggil aku siapa?
2
2# Kenalan dulu
3
#3 Kebencian yang sama
4
#4 Siapa Yang Menolongku?
5
5# Orang Aneh!
6
6# Check Up?
7
7# Penasaran
8
8# Temen Jail
9
9# Baik Juga Dia
10
10# Menyadari Sesuatu
11
11# Asal-asalan Jadi Penyesalan
12
12# Kalau Di Bilangin Patuh!
13
13# Yang Salah Siapa, Yang Dimarahin Siapa
14
14# Mulai Memaafkan
15
15# Ternyata Dia
16
16#Pelaku Yang Sebenarnya
17
17# Tidak Mungkin!
18
18# Bukan Aku!
19
19#Terungkap
20
20#Kenyataan Yang Pahit
21
21#Perasaan Yang Mengganggu
22
22#Apa Kita Bisa Saling Percaya
23
23#Kenyataan Yang Pahit
24
24#Tumben Akrab
25
25#Happy Birthday
26
26#Biarkan Gue Disamping Lo
27
27#Maaf
28
28#Kematian Yang Membawa Luka
29
29#Marah Gue Jadinya
30
30#Berbedaan Mereka
31
31#Cobaan Si Pemalas
32
32#Bebanmu Adalah Bebanku
33
33#Akhirnya Dia Tersenyum
34
34#Rahasia Dibalik Topeng
35
35#Alasan Yang Mengungkap Perasaan
36
36#Kembalinya Raja Jail
37
37#Kita Tak Mungkin Bersama
38
38#Menjauhlah
39
39#Jangan Lakukan!
40
40# Masih Mencintai
41
41#Mencintaimu selamanya
42
42# Jangan Membenci Dia
43
43# Kisah Cinta Yang Pernah Ada
44
44# Siapa Yang Menjemput?
45
45# Cinta Masa Lalu Hafis Dan Syahwa
46
46# Upaya Membujuk Misey
47
47# Amarah Yang Meledak
48
48# Siswa Baru
49
49# Jangan Bersamanya
50
50# Cara Meminta Maaf
51
51# Dia Gila!
52
52# Kecelakaan Yang Tak Disengaja
53
53# Ditinggalkan Lagi
54
54# Jangan Menangis
55
55# Setelah Ditinggalkan Ayah
56
56# Tak Berdaya
57
57# Ingin Mati
58
58# Abaikan Saja Dia
59
59# Dia Adalah?
60
60# Hanya dapat membenci
61
61# Kekecewaan yang mendasar
62
62# Pilihan yang menyakitkan
63
63# Mencari kontak penting
64
64# Percaya dia atau tidak
65
65#Pernyataan
66
Saya minta maaf, dan memutuskan memulai kembali untuk menulis cerita ini
67
66# Tahun yang dipenuhi tangis
68
67# Melupakanmu
69
68# Melupakan semua tentangnya
70
69# Aktivitas baru
71
70# Hari pertama latihan
72
71# Perasaan seorang ibu
73
72# Mulai terbiasa
74
73# Pikiran yang sulit tenang
75
74# Suaranya
76
75# Waktu yang tepat
77
Author Ganti Akun

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!