"Tunggu!" ucap Misey mengejar tak sengaja memegang lengannya.
Mendadak jantung Syihwa berdegup dahsyat, langkahnya terhenti. Ia menatap Misey dengan berani, berharap dia tak mendengar detak jantungnya yang hampir copot.
"Gue... g-gue." jawabnya terdengar sulit mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, menarik nafas berat menghembuskan dengan keras.
"Gue gak tahu caranya bersihin toilet." melepaskan tangan Syihwa.
"Apa?! Hahaa... " ia tertawa geli, memegang perutnya lalu tak sengaja menepuk-nepuk bahu Misey sampai terdorong lemah. "Pantesan dari tadi diam aja, cemberut aja, ternyata lo," tertawa kembali. "Lo gak tahu caranya bersih-bersih... hahaha." tawanya kembali terdengar.
Membuat Misey melempar kain pel dan sikat ia akan segera pergi saat melangkah kesamping Syihwa.
"Gitu aja ngambek, yaudah gue bantuin." tersenyum datar, menatap Misey.
"Serius? Tunggu, tumben banget mau bantuin gue." tak sadar seculas senyuman terlihat di wajahnya.
Senyumannya?
Secepatnya Syihwa mengambil kain pel dan sikat. "Gak usah tanya, mau gue bantuin apa gue tinggal?"
Senyuman diwajah Misey menghilang. "Iya, iya!"
Lagi, dan lagi. Apakah dia mulai mengikuti apa pun yang dikatakan gadis itu? Kalau saja dia bisa melakukan sendiri gak bakal minta bantuannya. Cukup! Cukup, kali ini saja si musuh membiarkannya terus mengatur-ngatur dirinya.
Syihwa mulai membantu Misey menyelesaikan hukuman mereka, melihat Syihwa membersihkannya secara ikhlas dan suka rela ia langsung mengikuti caranya. Mengambil bangku, menaruh ember kecil berisi air bekas kain pel diatas bangku, kata Misey supaya lebih mudah. Tanpa perlu jongkok lalu berdiri, melelahkan, dengan cara seperti ini. Cukup berdiri, memeras kain pel. Biarlah suka-suka dia saja, diam-diam Syihwa memperhatikannya.
Dia lucu juga, kalau lagi kesusahan. Kalau kaya gini terus, dia bisa menilai gue dengan sebenar-benarnya.
Terlintas dibenak Syihwa begitu saja, tersenyum tapi saat Misey menatap kearahnya langsung berbalik arah. Setelah selesai membersihkan tugas, Syihwa membiarkan dirinya menunggu. Tanpa sepengetahuan seseorang yang ditunggunya.
Terdengar suara langkah kaki bergemuruh dari ujung sana. Syihwa menjulurkan lehernya dari balik pintu, menengok sebentar ke arah suara itu berasal, setelah mengetahui. Ia menelan ludah berat segera menarik kepalanya masuk, Misey masih asyik mengepel. Tak sengaja bokongnya menyenggol ember diatas bangku, jatuh, airnya mengalir membasahi lantai jadi licin.
Seeet!
Keseimbangan kaki dan tubuhnya mulai goyah.
BRUGH!
Terdengar seperti suara beton jatuh dari ketinggian satu kilo meter, Misey dan Syihwa melirik, syok, panik, terkejut beraduk menjadi satu. Suara itu berasal dari pak Selamet yang sedang meringis kesakitan mengelus-elus bokongnya, sembari menutup mata sebelum pak Selamet menyadarinya. Syihwa memegang tangan Misey, mereka pergi dari sana.
***
Tanpa sadar mereka lari berpegangan tangan sampai ke atap lantai tiga paling atas, tertawa melihat pak Selamet terpeleset bukannya membantu mereka malah kabur.
"Sumpah! Tadi tuh lucu banget." ucap Syihwa, masih berpegangan tangan dengan lelaki itu.
Mereka sangat dekat.
"Iya, lucu." Misey tertawa geli.
"Tapi, tadi pak Selamet liat kita gak ya?"
"Lo benar Toa, pak Selamet tadi jatuh sambil menutup mata kalau dipikir-pikir, dia gak liat kita." saat ia memanggilnya Toa langsung tersadar, dalam keadaan berpegangan tangan langsung selangkah menjauh darinya.
Misey mendehem memandang kedepan. Kenapa gue ketawa bareng sama cewek yang paling gue benci.
Tiba-tiba lelaki itu, menjauh lalu berhenti tertawa.
Membuat Syihwa penasaran. "Gue gak ngerti kenapa lo benci sama gue, tapi sebenarnya gue gak tahu apa-apa. Kalau gue ada salah sama lo... " menatap ke atas langit. "Lo bisa maafin gue kan? Se-enggaknya kita jadi teman bukan musuh."
Misey menatap gadis itu sedikit serius. "Gue gak tahu harus jawab apa? Tapi gue ingin liat perubahan sikap lo sepenuhnya. Biar gue gak salah pilih temen, karena angka kenakalan lo sembilan puluh sembilan persen lebih besar dari pada angka kebaikan lo."
Syihwa merasa perkataan Misey terdengar seperti menghinanya, tidak! Itulah maksud Misey. Ia memonyongkan bibirnya, tanpa berpikir panjang menginjak kaki sebelah kanan lelaki itu.
"AAA!" teriak Misey meringis kesakitan.
Sedangkan Syihwa kabur dari sana, menuruni tangga. Misey langsung mengejarnya, ikut turun tangga. Menuju taman sekolah, kejar-kejaran memutari pohon. Mulai kelelahan Lari-larian kesana-kemari, membuat para kaum hawa yang menyaksikan kedekatan keduanya. Sangat tersiksa, bahkan ada yang sampai memposting has tag Broken heart diakun instagram.
Misey memegang lengan Syihwa menggelitikinya sampai terjatuh bersama, ia langsung memegang tangannya, membantunya berdiri. Mereka tidak henti-hentinya tertawa.
Tina yang melihat kejadian itu merasa iri langsung memegang tangan Padil. Refleks Padil selangkah menjauh darinya, tapi Tina tidak menyerah selangkah mendekatinya. Mereka melakukan itu berulang kali hingga membuat Padil merasa bosan lalu berbalik pergi langsung kepentok tiang bendera, kepalanya terasa berputar\-putar. Tina langsung membantunya sedangkan yang lain tertawa terpingkal\-pingkal.
"Udah, gue nyerah." ucap Syihwa menjatuhkan dirinya ditengah rumput hijau.
Di ikuti Misey duduk didekatnya, menghembuskan nafas lelah berulang kali. "Sangat melelahkan, tapi menyenangkan."
Misey menatap kedua bola mata Syihwa, menyadari sesuatu yang aneh ia mengalihkan pandangannya ke pohon. Saat menatap Misey semakin dekat, membuat Syihwa dipenuhi ribuan pertanyaan. Tidak asing, ia pun merasa ada yang aneh pada detak jantungnya nampak tidak karuan.
Sarah berada disana ia sudah cukup bersabar memandang kedekatan mereka, tidak dapat dibiarkan lebih lama, menatap tajam ke arah gadis itu. Sarah beranggapan Syihwa menghalangi jalannya untuk mendapatkan Misey, matanya dipenuhi dendam.
Two Name's
Mereka mulai Deket, siapa yg nunggu moments ini?
minta komennya ya wkkw
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍀Ode Tri🍀
mereka mulai Deket,, tapi kebenaran syihwa adalah toa apa mereka dua belum terungkap
2020-06-20
0