Menaiki tangga lantai tiga menuju atap gedung, Misey sampai disana mendengar suara tangisan dari ujung samping sebelah kanan. Menjulurkan kepalanya, menengok dan memeriksa, dari kejauhan melihat sosok gadis berambut panjang hitam lebat meneteskan air mata. Matanya membulat, tatapan berubah menjadi terenyuh saat mengetahui siapa yang menangis hingga tersedu-sedu.
Gadis yang selama ini ia benci, dan terkenal tukang pembuat masalah bisa-bisanya menangis.
Terlintas dalam pikirannya, apakah tadi tanpa sengaja dia jadi penolong Toa? Tidak benar.
Berdecih malas ia turun dari sana dengan wajah kesal, satu-satunya tempat yang paling hening di sekolah kini tak ada bedanya. Duduk memikirkannya, baru pertama kali Misey melihat musuh bebuyutannya menangis, cukup menyenangkan ternyata Toa bisa nangis.
Kerasukan setan apa itu cewek? Jadi pemaaf begitu. ck, ck, ck. Menggeleng-gelengkan kepalanya keheranan.
Duduk dibawah tangga asyik memikirkan gadis itu menangis tanpa ia sadari Syihwa turun dari sana. Tidak lama kemudian gadis itu melangkah turun dari tangga.
Pandangan Syihwa tiba-tiba memudar, pandangannya seketika memutih lalu berubah menjadi abu-abu sampai akhirnya memejamkan mata. Ia tumbang menimpa punggung Misey yang duduk di bawah tangga, terkejut akan hal itu Misey yang mengira sedang di jaili secepatnya berdiri dari sana sembari memegang lengannya. Agar tidak kabur saat di introgasi nanti, Syihwa masih setengah sadar, wajahnya nampak memucat.
Mereka berdiri saling berhadapan, Melepaskan genggamannya dari lengan gadis itu, Misey syok mengetahui tangan siapa yang ia pegang. Syihwa menggigil, kakinya melemas tepat saat bola matanya bertatapan dengan Misey samar. Kakinya langsung lemas dan tubuhnya langsung ambruk jatuh kedepan menimpa dada Misey. kedua tangan Misey memeluknya refleks. Kedua bola matanya hampir keluar.
Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi mengejutkan dirinya yang sedang menahan tubuh Syihwa dalam dekapannya.
Merasa kasihan ia mengangkat tubuh Syihwa dengan kedua tangannya, melangkah turun tiba-tiba terhenti.
Gawat!
Kalau sampai ada yang liat dia gendong Toa, bisa turun drastis harga dirinya, belum lagi para penggosip diluaran sana, yang kepo akan dirinya.
Rasa kasihannya hanya dapat bertahan kurang–lebih beberapa detik saja. Menurunkan Syihwa, mendudukannya di tangga, bersandar pada bahu tangga, kedua kakinya terlentang. Ia meninggalkannya disana, turun dari tangga seorang diri.
Toa pikir dia bego? Dengan cara pura-pura pingsan! Dia akan merasa simpatik, terus mulai jailin dia lagi pada akhirnya. Ck, jangan harap! Ungkap batinnya tanpa dosa.
* * *
Sudah setengah jam berlalu, batang hidung Syihwa tidak terlihat sama sekali. Tina bertanya pada teman sekelasnya tentang keberadaan Syihwa.
"Kalian ada yang liat Syihwa, gak?"
Mereka bertiga serempak menggeleng-gelengkan kepalanya tidak tahu.
Misey melirik jam di dinding sekolah. Toa ko gak balik-balik ya? Apa jangan-jangan beneran pingsan? Kenapa juga dia mikirin orang yang tak pernah penting dalam hidupnya... Hampir satu jam berlalu Misey meminta izin pergi ke kamar kecil pada Bu Riska.
Saat keluar dari toilet Misey akan kembali ke kelas kakinya terasa berat, ia sedikit penasaran tanpa sadar kedua kakinya melangkah menuju tangga lantai tiga. Sampai di atas tangga lantai dua, kakinya terasa kaku malas untuk mengecek keadaan disana. Membalikan badan.
Bolehkah bertanya, kenapa dia harus repot-repot datang kesini? Tapi... rasa penasarannya tak mampu dibiarkan begitu lama. Membalikan badannya kembali menatap tangga atas lantai tiga, lari menaiki tangga ternyata Syihwa masih dalam keadaan saat ia meninggalkannya disana, punggungnya bersandar dibahu tangga.
Misey membungkuk, kedua tangannya lurus akan menyentuh tubuh gadis yang tergeletak disana. Namun terhenti, saat menatapnya.
Apakah dia benar-benar pingsan?
Bimbang...
Misey berdiri memegang bahu tangga, ia tidak mungkin menolongnya. Buat apa? Lagian dia bukan siapa-siapa, ia melirik kembali. Terlihat Syihwa tidak dalam keadaan baik-baik saja, Misey mendengus kesal langsung mengangkatnya bergegas turun dari sana, masuk ke dalam ruangan UKS.
Merebahkannya diatas ranjang UKS, tidak ada yang melihat kejadian itu karena kelas sedang berlangsung alias sepi. Misey akan kembali ke kelas, kakinya terasa kaku berbalik menatap Syihwa. Apa yang sebenarnya dia lakukan, seharusnya membiarkan gadis itu disana akan jauh lebih baik bukan? Dan melihat keadaannya seperti menderita seharusnya membuat ia merasa senang, Apa perdulinya! Mungkin sedikit perduli saat melihat gadis yang Misey benci menangis, cuma bilang bisa jadi.
Jangan lupa Like, Kritik & Sarannya 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍀Ode Tri🍀
lanjut,,, penasaran
2020-06-20
1