Pukul 20.00 WIB.
Seseorang memakai tudung jaket berwarna biru gelap menutup wajah menerobos masuk kedalam sekolah, Misey berada disana menyempatkan diri membaca diruang perpustakaan. Salah satu hobinya membaca tanpa ada orang lain yang mengganggu di sekelilingnya, apa lagi para gadis yang mengejarnya-anggap saja angin ** beliung yang lagi lewat.
Seseorang yang bertudung itu melewati perpustakaan menuju ruang guru, Misey melihat ada orang yang terlihat mencurigakan. Mengikuti dari belakang secara perlahan-lahan, orang yang bertudung itu mendekati meja salah satu guru yang mengajar di sekolah.
Membungkuk, perlahan membuka laci mengambil ponsel yang ada didalam sana. Saat orang itu berdiri lampu tiba-tiba menyala, matanya membulat, wajahnya berubah ambigu tidak berani menengok ke belakang. Terpaku diam sembari memegang ponsel, keringat mulai menetes turun dari dahinya. Misey mendekat ke arahnya, memegang pundak orang itu, membalikan badannya, tanpa bertanya Misey menarik tudung.
"Lo?!" teriak Misey terkejut.
Dibalik tudung itu terdapat seorang gadis berambut panjang hitam lebat ternyata Toa, mereka sama-sama terkejut.
Dari ruangan guru Satpam melihat lampu menyala, bergegas menyalakan senter menuju ruangan. Belum sempat Misey bertanya terdengar suara langkah kaki sedang mendekat, dan sorot lampu senter yang menyala-mengarah pada mereka.
Misey menarik tangan kiri Syihwa lari menuju lantai tiga, petugas penjaga sekolah itu mengejar mereka. Tak sengaja petugas tersandung-terjatuh diatas tangga. Kesempatan bagi Misey bersembunyi diujung tembok paling belakang tertutup tangga, membekap mulut gadis itu.
Kedua bola mata Syihwa hampir keluar, detak jantungnya berdebar begitu dahsyat tak sanggup bernapas menatap Misey. Petugas itu melihat ke segala arah, namun tempat itu begitu gelap. Akhirnya turun, sambil berdecih menyesal gagal menangkap maling. Gadis itu hampir kehabisan nafas, Misey menjauhkan tangannya dari mulut Syihwa.
"Lo mau bunuh gue, hampir aja mati karena kehabisan nafas." menghirup menghembuskan nafas secepat mungkin.
"Salah sendiri, kenapa gak nafas. Yang gue tutup itu mulut lo, bukan hidung lo." Misey menghirup udara segar tidak mau kalah lelahnya dengan Toa.
"Tangan lo bau," menutup hidung dengan tangan kirinya.
Misey terlihat jengkel, menekan tangan kananya.
"AAAWS!" teriak Syihwa.
Misey langsung membekap mulutnya, menengok ke arah tangga memastikan keadaan aman. Tanpa menunggu lama, kedua kaki Syihwa lemas, langsung ambruk terjatuh dilantai. Misey syok melihatnya pingsan, secepat mungkin memegang kedua pundak gadis itu.
"Toa bangun, bangun!" ia menggoyang-goyangkan tubuhnya lemas. "Masa gini aja langsung pingsan, Toa udah malam. Jangan tiduran disini ayo bangun." ungkap Misey mendengus malas.
Tetap saja Syihwa tidak membuka matanya, ia melihat perbannya dipenuhi darah.
"Astaga! Apa yang gue lakukan? Tangannya berdarah, apa mungkin dia pingsan karena ini? Kenapa dengan Toa? Akhir-akhir ini cepat sekali kelelahan, mungkin sangat lemah ck."
Mengelus-elus tangan Syihwa. Beberapa menit kemudian, Syihwa membuka matanya pelan, menatap Misey yang sedang meniup-niup tangannya pelan-perasaannya terenyuh.
"Toa, bangun. Gue gak mungkin ninggalin lo, tapi masa lo selemah ini udah kaya jalangkung aja ."
Mendengar hal itu membuatnya kesal, hampir saja ingin merasa kagum tapi kekagumannya tinggal impian. Menarik telapak tangannya dari genggaman Misey, memanyunkan bibir, membuang muka.
"Lo udah sadar, apa yang lo lakukan, disini?"
"Mau tahu urusan orang aja, please jangan kepo."
"Oh gitu, okay fine. Tapi, jangan harap lo bisa lolos dari masalah ini. Hukuman siswa yang masuk tanpa izin ke ruangan guru, akan lebih berat dari hukuman yang kemarin." Misey menyipitkan matanya menatap gadis itu.
wajah Syihwa berubah ambigu.
"Apa lagi, guru BK ternyata pak Selamet. Terus lo malem-malem lagi, gue kasih waktu tiga detik. Satu, dua, sat- " melanjutkan perkataannya mulai menggoda kesabaran Syihwa.
Mengangkat ringan bahunya. "Iya-iya gue jawab, sebenarnya kesini ngambil hp gue."
"Wah! Ditahan sama guru BK, pasti ada sesuatu didalam hp lo, jangan bilang lo simpan video XXX." ingin merogoh kantong jaket Syihwa, merebut ponsel darinya.
Syihwa menghindar dari Misey. "Iiiih! Ngeselin banget sih lo. Gue bukan cewek begitu, gue anak baik-baik. Kalau ngomong itu dijaga bisa jadi Fitnah- "
"Gue gak mau dengar ocehan lo, sekarang jelasin kenapa lo ada disini?" mengangkat kedua alisnya.
"Ino dan ibunya dituduh masukin kecoa ke dalam mangkuk Sarah, pada hal bukan mereka yang lakuin. Tapi Sarah dan kaki tangannya yang sengaja, dan di dalam hp ini terdapat bukti bahwa Ino dan ibunya gak bersalah."
"Yaudah, ini udah mau jam sebelas malem." menatap wajah Syihwa.
"Apa! Ibu pasti khawatir." teriak Syihwa kedua alisnya ditekuk.
Merasa kasihan padanya. "Kali ini gue kasih lo tumpangan gratis, tapi dengan adanya satu syarat yait- "
"Ayo! Udah malem banget."
Mengendap-endap turun dari tangga, Syihwa mengikuti gerak-gerik Misey, menuju gerbang belakang sekolah, pak Satpam sedang berjaga-jaga digerbang depan. Kesempatan bagi mereka berdua kabur dari sana dengan aman, Misey merogoh kantong bajunya.
Mengambil kunci motor ninja berwarna biru, ia menaiki motornya, sedangkan Syihwa melirik ke kekiri ke kanan bahkan ke berbagai arah. Membuat lelaki itu sedikit kesal, memegang lengan kanan gadis itu.
Syihwa menengok ke arahnya. "I-iya." ia secepatnya naik keatas jok motor. "Pelan-pelan aja ya?"
Tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, Misey menstater motornya, pergi dari sana.
Syihwa ingin memegang pinggang lelaki itu, ia begitu pucat dan lemas takut tumbang. Tanpa bertanya padanya, ia mengulurkan kedua tangannya, perlahan melingkari kedua pinggang Misey.
Merasakan ada sesuatu yang tidak nyaman, Misey menunduk betapa terkejutnya ia saat melihat tangan Toa menempel sempurna di tubuhnya. Memandang kedepan kembali, mencoba menekan pertanyaan kotor yang mulai berdatangan dibenaknya.
"Hanya kali ini, izinkan gue pegangan sama lo. Kali ini aja, gue mohon... " suara Syihwa terdengar serak dan lemas.
"Lo sakit?" mendadak satu pertanyaan itu membersihkan berbagai pertanyaan buruk yang muncul dibenaknya.
"Sedikit pusing, Sey... ikuti aja jalannya. Nanti gue bilang kalau udah sampai."
"I-iya." jawab Misey manggut-manggut.
Baru kali ini Toa, menyebutkan namanya secara benar. Sey? Baru kali ini juga, dia mendengar seseorang memanggilnya dengan panggilan yang berbeda. Bagaimana pun juga Misey merasa senang, dipanggil seperti itu. Selain kakanya, kini ada seseorang yang sama memanggilnya.
Syihwa meminta Misey menurukannya sedikit menjauh dari rumah, gadis itu turun dari motornya mengucapkan terima kasih-pergi lari sempoyongan meninggalkan Misey begitu saja. Tanpa bicara banyak, lelaki itu sedikit kesal melihat tingkah Syihwa tidak lama kemudian tersenyum melihat punggung gadis itu semakin jauh meninggalkannya.
Beri penulis semangat, Like, kritik dan sarannya. Terima kasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
🍀Ode Tri🍀
syihwa sakit apaan yah thor
2020-06-20
0