Binar Di Langit Senja
Seorang laki laki bername tag Langit Agam Perkasa, sedang duduk di tempat biasa ia kumpul bersama teman- temannya namun kali ini ia terlihat sendiri tanpa teman-teman yang meneman, tempat itu yang tak lain dan tak bukan adalah rooftop.
Kali ini Langit sedang duduk termenung, kepulan asap keluar dari mulutnya dan di jari tangannya terdapat sebatang rokok yang sedaritadi ia hisap sambil memandangi cuaca hari ini yang cerah.
Melihat itu Langit menyungingkan senyum sinis, nyatanya hatinya kini tidak secerah cuaca yang sedang ia nikmati.
Hati Langit saat ini sedang terasa sesak, masalah yang ia alami semakin hari semakin rumit dan sering membuat nya frustasi, ia selalu bertanya kenapa ia di ciptakan di dunia ini jika hanya untuk merasakan sakitnya kehidupan.
Sungguh demi apapun Langit tidak tahan dengan semuanya, ia ingin mengakhiri hidupnya namun itu tidak akan ia lakukan karna ada seseorang yang harus ia jaga.
Seseorang yang saat ini menjadi semangatnya untuk hidup, seseorang yang saat ini sedang berjuang untuk selalu bersama Langit, untuk memberinya semangat dan pelukkan seseorang yang saat ini selalu Langit syukuri kehadirannya.
"Lang," panggil seseorang membuat Langit menoleh, dan di sana ada Petang-sahabatnya yang sedang tersenyum dan melangkah mendekati Langit
"Lo gk pulang Lang? Ini udah jam pulang sekolah," ucap Petang memberitahu Langit karna takutnya Langit tidak tau bahwa bel sudah berbunyi sedaritadi karna bel tidak terdengar bunyinya sampai ke rooftop.
"Lo lupa ya? Gue kan gk punya rumah," ucap Langit dengan tatapan dinginnya, membuat Petang menatap sendu sahabatnya itu, ia begitu paham dan ia juga tau apa yang sahabatnya itu alami saat ini adalah masalah yang sangat rumit sekali.
"Dimana yang lain?" Tanya Langit yang berdiri lalu menginjak puntung rokoknya.
Petang yang paham maksud Langit pun langsung menjawab "Aksara dia lagi di hukum sama bu Retno gara gara dia gk ngerjain pr, kalau si Rintik dia lagi beli bensin nanti juga balik, terus si Candra dia lagi ada panggilan alam, dan Fajar dia lagi ada urusan penting katanya menyangkut masa depannya ama Kara," jelas Petang dan Langit pun hanya menganguk lalu kembali menggambil satu batang rokok dan mulai menikmatinya.
Petang yang melihat itu hanya mampu menggelengkan kepalanya.
"Lo udah abis berapa bungkus rokok Lang?" Tanya Petang menatap Langit yang saat ini begitu menikmati rokok nya.
"Udah abis satu bungkus," ucap Langit, tidak berbohong karna memang hari ini saja ia sudah berhasil menghabiskan sebungkus rokok sejak tadi.
Hal itu membuat Petang geleng-geleng kepala, lalu segera merebut rokok yang ada di tangan Langit dan membuat Langit menatapnya tajam.
"Balikin rokok gue," perintah Langit dingin dengan mata yang masih menatap tajam Petang.
"Lang lo gila ya? Lo udah ngabisin sebungkus rokok dan lo tau itu gk baik buat kesehatan lo, sekalut kalutnya gue. Gue gk pernah tuh ngerokok sampe abis sebungkus gini," ucap Petang dan Langit hanya terdiam sambil meredam emosinya.
"Gue gk tau apa yang harus gue lakuin. Gue bener bener frustasi saat ini," ucap Langit sambil mengacak acak rambutnya sambil berdecak kesal.
"Lang, lo kan punya sahabat. Lo harusnya cerita ke gue kalau gk ke yang lain, kita ini sahabat Lang. Kita ini satu, masalah lo masalah kita juga dan kita bakal bantuin lo tapi please Lang lo jangan kaya gini. Ngeliat lo kaya gini bikin gue tambah khawatir," ucap Petang membuat Langit seketika terdiam.
"Ciee kalian saling khawatir satu sama lain, duh romantis banget sih."
Kali ini itu bukanlah suara Petang dan Langit tapi itu suara ....
"Aksara? Lo udahan di hukumnya?" Tanya Petang pada Aksara yang terkekeh lalu duduk persis di samping Petang.
"Belum sih sebenernya, tapi gue tadi kabur aja abisnya gue capek di suruh lari sepuluh puteran ngelilingin lapangan yang lebarnya udah kaya jidat pak Odoy," ucap Aksara yang teringat dengan guru matematikanya yang super killer dan selalu menghukumnya, padahal Aksara tidak melakukan kesalahan apapun.
Padahal dirinya cuma tidur di kelas masa sampai di hukum segala? Sungguh tidak berperi kemanusiaan memang, begitulah fikir Aksara saat itu.
"Ck lo itu sa gk ada kapoknya,"ucap Langit yang berhasil membuat Aksara terkekeh.
"Kalau gk nakal gk asik," ucap Aksara dengan kekehan yang semakin keras.
"Buset tuh mulut udah kaya toa masjid," kata Rintik yang datang bersama Candra dan bergabung bersama Langit, Petang, dan Aksara.
"Loh kok? Cuma kalian berdua? Si Fajar mana?" Tanya Aksara yang menyadari bahwa sahabatnya Fajar tidak terlihat batang hidungnya.
"Biasa si Kara ngambek lagi, keknya bentar lagi mereka putus tuh," ucap Candra mendapat jitakan di kepala oleh petang.
"Parah lo ya! Ucapan itu doa tau," ujar Petang dan Candra hanya bisa cengegesan sambil mengangkat ke dua jarinya membentuk huruf 'V'
"Sorry bro hehe ... khilaf," kata Candra memohon maaf pada Petang.
Drrrrttttt
Suara ponsel Langit berdering, membuat semuanya terdiam dan Langit pun segera menggangkat panggilan yang masuk ke gawainya.
"Hallo?"
"...."
"Baik saya akan segera ke sana," ucap Langit mengakhiri panggilannya bersamaan dengan raut wajahnya terlihat panik dan Langit pun segera menggambil tasnya.
"Lang kenapa?" Tanya Petang khawatir.
"Siapa yang telpon Lang?" Tanya Aksara yang juga merasa khawatir.
"Dari rumah sakit dan gue gk ada waktu buat jelasin ke kalian. Gue harus segera ke sana," ucap Langit yang segera berlari meninggalkan rooftop dan menuju parkiran sekolah.
Lalu sesampainya di parkiran Langit segera menuju ke tempat motornya terparkir lalu ia pun segera melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata rata.
Doanya saat ini adalah semoga dia baik- baik saja karna Langit tidak siap jika harus kehilangan nya, Langit benar- benar sangat takut.
"Sial!" Umpat Langit ketika ia harus berhadapan dengan lampu merah, yang Langit lakukan kali ini adalah berharap agar ia tidak terlambat untuk sampai ke rumah sakit.
Langit akhirnya sampai di rumah sakit, lalu tanpa tunggu waktu lama lagi. Dia pun segera berlari masuk ke dalam rumah sakit tersebut dan ia segera berjalan menuju ruangan HCU, tempat orang tersayangnya di rawat saat ini.
Saat sudah sampai di depan pintu HCU, Langit berhadapan dengan seorang dokter yang selama ini menanggani dia yang Langit sayangi.
"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Langit yang wajahnya terlihat sangat panik.
"Tenanglah, Alhamdulillah dia sudah berhasil melewati masa kritisnya tapi dia masih harus di pantau lagi kondisinya, karna saat ini kondisinya masih begitu mengkhawatirkan," jelas dokter bername tag Rizal tersebut.
Setelah mendapat izin untuk masuk Langit pun segera masuk ke dalam ruangan tempat ia yang tersayang sedang berbaring melawan penyakitnya.
Langit berdiri mematung saat retina matanya menatap seorang gadis dengan wajah pucat dan mata tertutup serta alat yang tidak Langit tau, kini sudah terpasang di tubuh dia yang Langit sayangi.
Hal itulah yang membuat Langit merasa bertambah sakit melihatnya, jika bisa Langit berharap bahwa ia saja yang merasakan sakit itu dia jangan, dan jika boleh biarkan Langit saja yang terbaring saat ini dan dia jangan.
Tapi apa boleh buat, ini semua sudah takdir dan Langit tidak bisa berbuat apa- apa selain merasakan sesak di dadanya.
Langit mengenggam tangan gadis tersebut, lalu menciumnya dengan sayang.
Langit menatap wajahnya lagi, jujur saja ia sangat merindukan gadis itu.
Langit rindu mata indah itu terbuka dan menatapnya, Langit juga rindu memeluk tubuh gadis itu, ia rindu melihat manik mata berwarna biru itu, dan Langit juga rindu senyuman gadis itu dan semua hal tentangny, Langit sangat merindukan itu semua.
"Cepatlah sadar," lirih Langit sambil mencium kening gadis tersebut dengan penuh rasa sayang dan tersenyum, senyuman yang selama ini jarang sekali ia tampilkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Arny
hmm.. terlalu bertele2.. mf thor ini karya peryma othor ya?? tp suka sma alur.a
2020-11-24
0
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
namanya unik2 ich penasaran thor???
2020-06-15
0
Sagara Banyu
nama tokohnya bagus- bagus.....sukaaakkk
2020-05-26
1