Hari ini Langit belum masuk sekolah ia masih berduka atas kematian adiknya, pagi ini Langit sedang duduk di balkon kamar sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajah membuat rambutnya berantakan karna tertiup oleh angin.
"Sarapan dulu nak Mamah udah buatin kamu sarapan nih," ucap Manda yang datang dengan wajah sumringah.
Di tangannya ada nampan yang berisi sepiring nasi goreng seafood dan segelas susu kedelai karna Langit alergi dengan susu sapi, Langit menatap Manda yang sedang tersenyum padanya.
Langit pun segera menepis nampan yang berisi sarapan untuknya dan alhasil makanan serta minuman yang tadi tertata rapih di nampan kini sudah berantakan di lantai.
"Gk usah sok perduli deh lo," ucap Langit, lalu Langit pun segera berlalu dari hadapan Manda dan rasanya Langit ingin pergi jauh saja dari rumah.
Akhirnya Langit pun memutuskan untuk masuk saja ke sekolah hari ini toh percuma di rumah juga dia terus merasa kesal dengan tingkah Mamah tirinya itu.
Langit mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata masih ada waktu 30 menit lagi sebelum bel berbunyi tapi bagi Langit itu tidak masalah walaupun dia telat Langit tidak merasa takut karna dia ke sekolah hanya untuk duduk di rooftop menikmati angin sejuk dan suasana yang tenang serta nyaman.
Mobil Langit memasuki halaman sekolah ia segera memarkirkan mobilnya setelah itu ia pun turun dari mobil sambil merapihkan rambutnya, beberapa siswi melihat Langit dengan beragam ekspresi. Ada yang tersenyum diam-diam dan ada juga yang menjerit karna ketampanan dan karisma Langit yang terlihat begitu mencolok di kalangan kaum hawa.
"Gilaa kak Langit ganteng banget!"
"Langit ya ampunn makin ganteng aja."
"Duh serasa ngeliat pangeran pagi-pagi. begini."
Begitulah kiranya teriakan yang dapat Langit dengar dari para fansnya ketika melihat sosok Langit tapi Langit hanya diam bahkan dirinya tidak perduli akan hal itu, ia justru memilih untuk terus melangkahkan kakinya di koridor kelas dan masuk ke kelasnya yaitu kelas 11 IPA B.
"Ya ampun! Ini beneran Langitkan? Gue kangen banget sama lo," ujar Aksara dengan hebohnya lalu ia pun segera menghampiri Langit dengan kedua tangan yang sudah di rentangkan, bersiap untuk memeluk tubuh Langit.
"Stop! MAJU SATU LANGKAH GUE PITES LO," teriak Langit dengan tatapan horornya pada Aksara, membuat Petang yang sedaritadi hanya menonton terkekeh ia merangkul bahu Langit dengan akrab.
"Lu kira gue kutu di pites."
Aksara berucap sambil menggerutu, ia pun mengikuti langkah Langit dan Petang yang berjalan menuju ke arah tempat duduk Langit. Tempat duduk yang paling strategis di kelas ini yaitu di belakang dekat tembok adalah tempat yang sangat nyaman bagi Langit.
"Tumben lo gk langsung ke rooftop?" Tanya Petang yang ikut duduk di samping Langit, sementara Aksara ia duduk di atas meja Langit walaupun sebenarnya di larang oleh pihak sekolah tapi Aksara seolah-olah tidak memperdulikan peraturan sekolah tersebut.
"Kita turut berduka ya atas kepergian Kanya. Gue tau ini semua pasti berat banget bagi lo Lang," ucap Petang sambil menatap Langit yang menundukkan kepalanya.
Petang tau di balik mata biru Langit ada perasaan sakit yang tidak bisa di deskripsikan olehnya.
"Ya ampun dedek gk kuat ngedengernya," ucap Aksara dengan nada lebaynya dsn merusak suasana haru antara Langit dan Petang.
"Apaan sih lo," ucap Petang sambil melempar Aksara dengan bola kertas yg ada di tangannya.
"Apaan nih? ***** ini mah namanya Rezeki anak sholehah, gue dapet contekan buat nanti ulhar gk sia-sia semalam gue gak belajar," ucap Aksara yang sudah melakukan sujud syukur karna bola kertas yang di lempar Petang adalah contekan untuk ulangan harian Matematika nanti.
"Bukan sholehah woy lo tuh cowok harusnya soleh!" teriak Petang yang merasa kesal dengan kelakuan absurtd Aksara yang kadang membuat emosi jiwa meledak-ledak.
"Ucup Bapak lu di katain nih sama Petang!" balas Aksara yang malah berteriak pada seorang laki-laki berkacamata yang kini hanya menatap Aksara bingung, Aksara pun langsung di hadiahi tatapan tajam oleh Petang namun Aksara hanya tertawa menanggapinya.
"Pagi semuanya selamat datang di indimirit selamat bersuka ria," sapa Fajar yang masuk ke dalam kelas dengan cerianya beserta selogan andalan mbak-mbak minimarket yang terkenal itu.
"Pagi juga Fajarku yang selalu bersinar menerangi hatiku," ucap Aksara sok puitis sambio mengedipkan sebelah matanya.
"Kasian ya mana masih muda udah cacingan aja," ucap Fajar membuat Aksara mendengus kesal.
"Jahat lo sama gue, gk bakalan gue kasih contekan Matematika lo pas ulangan nanti," ancam Aksara.
"Seriusan? Wah gk bisa gitu kalau punya rezeki tuh harus di bagi-bagi dong," seru Fajar yang bersemangat mendengar kata contekkan.
"Enak aja! Gue dapetin ini tuh penuh perjuangan," kata Aksara sambil menyembunyikan kertas yang berisi contekan itu di belakang tubuhnya.
"Perjuangan apaan? Padahal itu kertas kan tadi gue yang lempar terus lo tangkep eh taunya contekkan," Petang angkat bicara, ia tidak terima dengan ucapan Aksara kampret yang penuh akan dusta.
"Justru itulah perjuangannya wahai anak muda, lo yang lempar gue pake kertas ini tuh kan rasanya sakit jadi perjuangan gue itu nahan sakit karna kena lemparan kertas dari lo ini," ucap Aksara menjelaskan sambil menunjukkan gumpalan kertas yang ada di tangannya.
"Lebay lo, cuma kena lempar kertas doang padahal udah bilang sakit. Mental kerupuk hih," cibir Fajar.
"***** sakit wou!" Pekik Fajar saat kepalanya di pukul oleh Aksara yang saat ini memasang wajah tanpa dosa di tambah dengan cengiran menyebalkan khas Aksara.
"Sakitkan? Padahal ini cuma pake kertas loh mukulnya lebay banget ih mental kerupuk, ?akannya jangan ngeremehin kertas. Enakkan di cium kertas? Hahaha" Aksara berucap penuh kemenangan dan membalik-balikkan perkataan Fajar sebelumnya.
"DASAR AKSARA DODOL ANAK PAK HAJI ROJAK YA JELAS SAKITLAH, KALAU LO LEMPAR GUE PAKE KERTAS KAMUS YANG TEBELNYA KAYA DAKI SI MAMAT," Fajar naik darah karna ucapan Aksara akhirnya berteriak di depan muka Aksara sambil mengelengkan kepalanya.
Sementara anak-anak yang lain yang ada di kelas itu hanya bisa mengelengkan kepala mereka secara serempak, mereka sudah biasa melihat kelakuan absurtd Aksara dan Fajar di setiap harinya.
"Hahahaha lo berdua gk berubah masih aja gila."
Pandangan mereka beralih pada satu titik yaitu Langit yang sedang tertawa lebar dan selama mereka bersahabat baru kali ini mereka bisa melihat Langit kembali tertawa, melihat Langit tertawa seperti itu membuat para sahabat Langit merasa tidak gagal dalam menjadi seorang sahabat.
Karna sejatinya seorang sahabat itu adalah orang yang tulus mencintai lo apa adanya bukan ada apanya.
🍃Langit Agam Perkasa🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments