"PERGI KALIAN, SAYA GK AKAN SUDI ORANG KAYA KALIAN BERDUA DEKAT DEKAT DENGAN ADIK SAYA," usir Langit dengan begitu kasarnya.
"Langit, Mamah mohon izinin Mamah liat adik kamu untuk yang terakhir kalinya. Sebelum dia di kebumikan," ucap Manda-ibu Langit yang saat ini sedang menangis.
"Langit, dimana Kanya? Papah mau ketemu Kanya," ucap Rahardi-papah Langit yang datang menghampiri Langit dan Manda.
"PERGI KALIAN, KEMANA SAJA KALIAN SAAT KAYANA BUTUH KALIAN? DIMANA KALIAN SAAT ITU?" Teriak Langit sambil menunjuk kedua orang tuanya secara bergantian, kini emosi benar-benar sedang menguasainya.
"Mamah minta maaf nak," ucap Manda sambil terisak.
"Maaf kalian gk akan bisa balikin adik saya yang udah pergi dan anda juga bukan mamah saya!" Ucap Langit dengan nada penuh penekanan.
Setelah itu iya langsung pergi keluar dari dalam rumah sakit, karna berlama- lama di sana hanya membuat hatinya semakin terasa sakit dan itu sama saja dengan menabur garam di atas luka yang masih basah, rasanya sangat perih.
Dengan penuh amarah, Langit segera berjalan ke parkiran untuk menggambil mobilnya lalu setelah itu ia masuk ke dalam mobil.
Lalu pergi, meninggalkan rumah sakit dengan perasaannya yang tidak bisa di definisikan lagi.
Langit turun dari mobilnya, ia menatap ke arah bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya.
Langit tidak tau entah kenapa tujuannya harus terhenti di sebuah masjid, Langit sendiri tidak tau apa yang harus ia lakukan ketika kumandang adzan zuhur terdengar di telinganya.
Langit diam menikmati lantunan adzan yang begitu syahdu, membuat sesuatu di relung hati Langit terusik.
Ia merasa tersentuh bahkan ia merasa sesuatu di hatinya terasa ada yang menganjal, dan Langit kembali menangis ketika kepingan kenangan demi kenangan tentang Kayana kembali berputar di otaknya.
"Assalamualaikum," ujar sebuah suara yang berasal dari arah belakang Langit.
Langit pun menoleh dan matanya terpaku menatap pemilik suara yang tadi mengucapkan salam padanya.
"Kamu kenapa?" Tanya orang tersebut.
Langit ingat, dia adalah perempuan yang Langit temui di mushola rumah sakit.
Langit masih ingat betul suara merdunya yang membacakan ayat suci Al Qur'an pada saat malam itu, bukannya menjawab pertanyaan gadis itu Langit justru segera beranjak pergi ke arah mobilnya yang terparkir. Entah kenapa kali ini dia sedang tidak mau berbicara dengan siapapun termasuk dengan gadia itu.
🍀🍀🍀
Langit menatap sendu gundukan tanah yang di lengkapi batu nisan dan bertuliskan nama seseorang yaitu:
Kanya Jingga Gemilang.
Seseorang yang membuat Langit masih tetap bertahan di posisinya, padahal semua orang yang tadi ikut memakamkan jenazah adiknya sudah kembali ke kediaman mereka masing- masing dan kini tinggalah langit seorang diri disini sambil meratapi batu nisan milik adiknya.
Lalu setetes air jatuh dengan bebas dari pelupuk matanya, Langit mencium batu nisan adiknya tersebut seolah- olah ia sedang mencium kening adiknya.
Sejauh apapun kita melangkah kematian pasti akan menghampiri kita, kematian itu tidak pasti kapan ia akan datang.
Maka dari itu hargailah apa yang saat ini kalian miliki dengan sebaik-baiknya, terutama dalam hal waktu.
Hargailah waktu dengan melakukan hal hal yang bermanfaat dan berfaedah.
"Adek abang rindu," lirih Langit sambil mencium batu nisan adiknya.
Namun ia kembali terdiam dan menajamkan pendengarannya, ketika telinganya menangkap suara tangis seseorang.
Mendengar suara tangis tersebut membuat bulu kuduk Langit merinding seketika, lalu ia pun mengedarkan pandangannya dan matanya tertuju pada seorang gadis misterius yang menggunakan kerudung berwarna biru muda sedang menangis tergugu di hadapan gundukan tanah.
'***** itu orang apa setan? Tapi kalau setan mana mungkin pak kerudung? Bisa aja dia jin muslim? Samperin jangan ya?'- Batin Langit bergejolak.
Seketika rasa sedihnya hilang berganti dengan rasa penasaran, apakah ia harus menghampiri gadis misterius itu atau tidak dan kini Langit pun menjasi bimbang.
Lalu akhirnya setelah bergelut dengan batin dan fikirannya, Langit pun segera berjalan dengan langkah pasti namun hatinya agak tidak pasti.
Tapi meski begitu Langit tetap memberanikan diri jika ia tidak menghampiri gadis misterius itu, Langit pasti akan terus kefikiran nantinya.
"Permisi?" Tanya Langit ragu-ragu, sambil menyentuh pundak gadis misterius tersebut.
Ketika gadis itu menoleh Langit dibuat kaget, ternyata gadis misterius yang ia kira setan itu adalah gadis yang selalu membuat jantung Langit berdetak di ambang normal.
Tangis gadis tersebut semakin kencang, membuat Langit panik ia tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk menghentikan tangis gadis tersebut.
"Ka ... kamu lagi apa di sini?" Tanya Langit, ia langsung merutuki ucapannya barusan. Kenapa juga ia harus bertanya karna kini sudah jelas-jelas ia sudah tau gadis di hadapannya saat ini sedang menangis.
Gadis itu tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan yang Langit ajukan padanya.
Sudah setengah jam, Langit diam menatap gadis di hadapannya yang sedang menangis.
Mendengar tangisan tersebut membuat Langit seolah-olah dapat merasakan apa yang gadis itu rasakan.
Tatapan Langit yang sedaritadi menatap gadis itu kini beralih menatap ke arah batu nisan yang bertuliskan nama orang yang kini berbaring di bawah gundukan tanah tersebut.
Nama yang tertera di sana adalah:
Prasetya Pramanda Pradityo bin Asep Saifullah.
Langit tidak tau siapa dia, tapi Langit yakin itu adalah orang yang kehadirannya sangat berpengaruh bagi gadis itu sama seperti kehadiran Kanya dalam hidupnya.
Mengingat Kanya lagi-lagi membuat Langit menjadi terpukul lagi.
Langit mendongakan wajahnya ketika tetesan air membasahi wajah tampannya, ia yakin sebentar lagi pasti akan turun hujan karna cuaca sudah mendung pertanda akan turun hujan.
Dan benar saja prediksi Langit, kini hujan pun turun dengan deras.
Langit segera berlari ke arah mobilnya yang untungnya terparkir tidak jauh dari makam tersebut, Langit segera membuka pintu mobil dan menggambil payung berwarna merah muda.
Ia juga melepaskan jaketnya, setelah membuka payung tersebut Langit segera berlari ke arah dimana gadis itu masih diam dan masih menangis.
Gadis itu mendongak saat ia merasakan air hujan tidak lagi membasahi dirinya, dan saat ia mengangkat kepalanya ia melihat Langit yang juga tengah menatap ke arahnya.
Pandangan mereka sempat beradu, namun itu tidak lama karna saat ini gadis itu segera memalingkan wajahnya sambil beristigfar.
"Sudah setengah jam kamu di sini, kamu gk mau pulang?" Tanya Langit pada gadis itu, dan gadis itu mengelengkan kepalanya sebagai jawaban.
Langit heran kenapa gadis ini menjadi pendiam? Bukankah saat pertemuan mereka sebelumnya gadis itu yang lebih banyak bicara? Entahlah para gadis memang tidak bisa di tebak, begitulah fikir Langit.
"Mau kemana?" Tanya Langit saat gadis di hadapannya bangkit.
"Pulang, jawab gadis itu singkat, lalu melangkah meninggalkan Langit yang terdiam.
Namun Langit segera tersadar dari lamunannya dannsegera mengejar gadis itu.
"Aku payungin ya nanti kamu bisa sakit kalau kehujanan," ucap Langit yang sudah kembali memayungi gadis tersebut.
"Gk usah deket deket," ucap gadis itu lagi, lalu melangkah menuju salah satu warung yang tutup dan berada persis di depan area pemakaman.
Langit pun menutup payungnya dan ikut berdiri di samping gadis itu, namun ia menjaga jarak takut kena omelan lagi seperti tadi.
Langit melihat gadis itu yang terpaku menatap setiap tetes air hujan yang berjatuhan, namun sayang nya Langit kurang pandai memahami perasaan seseorang lewat pandangan mata.
Akhirnya Langit juga ikut menatap air hujan yang berjatuhan.
Kemudian Langit pun mendengar suara dan ia pun menoleh ke arah suara itu berasal, ternyata berasal dari gadis di sampingnya.
Kini gadis itu terlihat sedang memeluk dirinya sendiri dan bibirnya bergeta dan juga terlihat pucat, giginya pun bergemelatuk yang menciptakan suara yang Langit dengar tadi.
"Pake aja. Itu bisa ngilangin rasa dingin kamu," ujar Langit ketika ia memasang Jaket milik nya di pundak gadis itu.
"Nanti saya balikin," ucap gadis itu dengan suara bergetar karna kedinginan.
"Gk di balikin juga nggak apa-apa. Saya masih punya banyak jaket model yang kaya gitu," kata Langit sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.
Gadis itu diam dan Langit juga diam, mereka pun menikmati senja bersama di temani alunan yang tercipta indah dari setiap tetesan air hujan.
Sampai akhirnya hujan pun berhenti, gadis itu melangkah pergi setelah sebelumnya menyempatkan diri mengucapkan terimakasih pada Langit, dan kini tinggallah Langit sendiri yang masih terpaku dengan kenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
kenapa ga d jelasin nama cewek nya thor???bingung jdi nya
2020-06-15
1