Episode 4

"PERGI KALIAN, SAYA GK AKAN SUDI ORANG KAYA KALIAN BERDUA DEKAT DEKAT DENGAN ADIK SAYA," usir Langit dengan begitu kasarnya.

"Langit, Mamah mohon izinin Mamah liat adik kamu untuk yang terakhir kalinya. Sebelum dia di kebumikan," ucap Manda-ibu Langit yang saat ini sedang menangis.

"Langit, dimana Kanya? Papah mau ketemu Kanya," ucap Rahardi-papah Langit yang datang menghampiri Langit dan Manda.

"PERGI KALIAN, KEMANA SAJA KALIAN SAAT KAYANA BUTUH KALIAN? DIMANA KALIAN SAAT ITU?" Teriak Langit sambil menunjuk kedua orang tuanya secara bergantian, kini emosi benar-benar sedang menguasainya.

"Mamah minta maaf nak," ucap Manda sambil terisak.

"Maaf kalian gk akan bisa balikin adik saya yang udah pergi dan anda juga bukan mamah saya!" Ucap Langit dengan nada penuh penekanan.

Setelah itu iya langsung pergi keluar dari dalam rumah sakit, karna berlama- lama di sana hanya membuat hatinya semakin terasa sakit dan itu sama saja dengan menabur garam di atas luka yang masih basah, rasanya sangat perih.

Dengan penuh amarah, Langit segera berjalan ke parkiran untuk menggambil mobilnya lalu setelah itu ia masuk ke dalam mobil.

Lalu pergi, meninggalkan rumah sakit dengan perasaannya yang tidak bisa di definisikan lagi.

Langit turun dari mobilnya, ia menatap ke arah bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya.

Langit tidak tau entah kenapa tujuannya harus terhenti di sebuah masjid, Langit sendiri tidak tau apa yang harus ia lakukan ketika kumandang adzan zuhur terdengar di telinganya.

Langit diam menikmati lantunan adzan yang begitu syahdu, membuat sesuatu di relung hati Langit terusik.

Ia merasa tersentuh bahkan ia merasa sesuatu di hatinya terasa ada yang menganjal, dan Langit kembali menangis ketika kepingan kenangan demi kenangan tentang Kayana kembali berputar di otaknya.

"Assalamualaikum," ujar sebuah suara yang berasal dari arah belakang Langit.

Langit pun menoleh dan matanya terpaku menatap pemilik suara yang tadi mengucapkan salam padanya.

"Kamu kenapa?" Tanya orang tersebut.

Langit ingat, dia adalah perempuan yang Langit temui di mushola rumah sakit.

Langit masih ingat betul suara merdunya yang membacakan ayat suci Al Qur'an pada saat malam itu, bukannya menjawab pertanyaan gadis itu Langit justru segera beranjak pergi ke arah mobilnya yang terparkir. Entah kenapa kali ini dia sedang tidak mau berbicara dengan siapapun termasuk dengan gadia itu.

🍀🍀🍀

Langit menatap sendu gundukan tanah yang di lengkapi batu nisan dan bertuliskan nama seseorang yaitu:

Kanya Jingga Gemilang.

Seseorang yang membuat Langit masih tetap bertahan di posisinya, padahal semua orang yang tadi ikut memakamkan jenazah adiknya sudah kembali ke kediaman mereka masing- masing dan kini tinggalah langit seorang diri disini sambil meratapi batu nisan milik adiknya.

Lalu setetes air jatuh dengan bebas dari pelupuk matanya, Langit mencium batu nisan adiknya tersebut seolah- olah ia sedang mencium kening adiknya.

Sejauh apapun kita melangkah kematian pasti akan menghampiri kita, kematian itu tidak pasti kapan ia akan datang.

Maka dari itu hargailah apa yang saat ini kalian miliki dengan sebaik-baiknya, terutama dalam hal waktu.

Hargailah waktu dengan melakukan hal hal yang bermanfaat dan berfaedah.

"Adek abang rindu," lirih Langit sambil mencium batu nisan adiknya.

Namun ia kembali terdiam dan menajamkan pendengarannya, ketika telinganya menangkap suara tangis seseorang.

Mendengar suara tangis tersebut membuat bulu kuduk Langit merinding seketika, lalu ia pun mengedarkan pandangannya dan matanya tertuju pada seorang gadis misterius yang menggunakan kerudung berwarna biru muda sedang menangis tergugu di hadapan gundukan tanah.

'***** itu orang apa setan? Tapi kalau setan mana mungkin pak kerudung? Bisa aja dia jin muslim? Samperin jangan ya?'- Batin Langit bergejolak.

Seketika rasa sedihnya hilang berganti dengan rasa penasaran, apakah ia harus menghampiri gadis misterius itu atau tidak dan kini Langit pun menjasi bimbang.

Lalu akhirnya setelah bergelut dengan batin dan fikirannya, Langit pun segera berjalan dengan langkah pasti namun hatinya agak tidak pasti.

Tapi meski begitu Langit tetap memberanikan diri jika ia tidak menghampiri gadis misterius itu, Langit pasti akan terus kefikiran nantinya.

"Permisi?" Tanya Langit ragu-ragu, sambil menyentuh pundak gadis misterius tersebut.

Ketika gadis itu menoleh Langit dibuat kaget, ternyata gadis misterius yang ia kira setan itu adalah gadis yang selalu membuat jantung Langit berdetak di ambang normal.

Tangis gadis tersebut semakin kencang, membuat Langit panik ia tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk menghentikan tangis gadis tersebut.

"Ka ... kamu lagi apa di sini?" Tanya Langit, ia langsung merutuki ucapannya barusan. Kenapa juga ia harus bertanya karna kini sudah jelas-jelas ia sudah tau gadis di hadapannya saat ini sedang menangis.

Gadis itu tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan yang Langit ajukan padanya.

Sudah setengah jam, Langit diam menatap gadis di hadapannya yang sedang menangis.

Mendengar tangisan tersebut  membuat Langit seolah-olah dapat merasakan apa yang gadis itu rasakan.

Tatapan Langit yang sedaritadi menatap gadis itu kini beralih menatap ke arah batu nisan yang bertuliskan nama orang yang kini berbaring di bawah gundukan tanah tersebut.

Nama yang tertera di sana adalah:

Prasetya Pramanda Pradityo bin Asep Saifullah.

Langit tidak tau siapa dia, tapi Langit yakin itu adalah orang  yang kehadirannya sangat berpengaruh bagi gadis itu sama seperti kehadiran Kanya dalam hidupnya.

Mengingat Kanya lagi-lagi membuat Langit menjadi terpukul lagi.

Langit mendongakan wajahnya ketika tetesan air membasahi wajah tampannya, ia yakin sebentar lagi pasti akan turun hujan karna cuaca sudah mendung pertanda akan turun hujan.

Dan benar saja prediksi Langit, kini hujan pun turun dengan deras.

Langit segera berlari ke arah mobilnya yang untungnya terparkir tidak jauh dari makam tersebut, Langit segera membuka pintu mobil dan menggambil payung berwarna merah muda.

Ia juga melepaskan jaketnya, setelah membuka payung tersebut Langit segera berlari ke arah dimana gadis itu masih diam dan masih menangis.

Gadis itu mendongak saat ia merasakan air hujan tidak lagi membasahi dirinya, dan saat ia mengangkat kepalanya ia melihat Langit yang juga tengah menatap ke arahnya.

Pandangan mereka sempat beradu, namun itu tidak lama karna saat ini gadis itu segera memalingkan wajahnya sambil beristigfar.

"Sudah setengah jam kamu di sini, kamu gk mau pulang?" Tanya Langit pada gadis itu, dan gadis itu mengelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Langit heran kenapa gadis ini menjadi pendiam? Bukankah saat pertemuan mereka sebelumnya gadis itu yang lebih banyak bicara? Entahlah para gadis memang tidak bisa di tebak, begitulah fikir Langit.

"Mau kemana?" Tanya Langit saat gadis di hadapannya bangkit.

"Pulang, jawab gadis itu singkat, lalu melangkah meninggalkan Langit yang terdiam.

Namun Langit segera tersadar dari lamunannya dannsegera mengejar gadis itu.

"Aku payungin ya nanti  kamu bisa sakit kalau kehujanan," ucap Langit yang sudah kembali memayungi gadis tersebut.

"Gk usah deket deket," ucap gadis itu lagi, lalu melangkah menuju salah satu warung yang tutup dan berada persis di depan area pemakaman.

Langit pun menutup payungnya dan ikut berdiri di samping gadis itu, namun ia menjaga jarak takut kena omelan lagi seperti tadi.

Langit melihat gadis itu yang terpaku menatap setiap tetes air hujan yang berjatuhan, namun sayang nya Langit kurang pandai memahami perasaan seseorang lewat pandangan mata.

Akhirnya Langit juga ikut menatap air hujan yang berjatuhan.

Kemudian Langit pun mendengar suara dan ia pun menoleh ke arah suara itu berasal, ternyata berasal dari gadis di sampingnya.

Kini gadis itu terlihat sedang memeluk dirinya sendiri dan bibirnya bergeta dan juga terlihat pucat, giginya pun bergemelatuk yang menciptakan suara yang Langit dengar tadi.

"Pake aja. Itu bisa ngilangin rasa dingin kamu," ujar Langit ketika ia memasang Jaket milik nya di pundak gadis itu.

"Nanti saya balikin," ucap gadis itu dengan suara bergetar karna kedinginan.

"Gk di balikin juga nggak apa-apa. Saya masih punya banyak jaket model yang kaya gitu," kata Langit sambil memasukkan tangannya ke dalam saku.

Gadis itu diam dan Langit juga diam, mereka pun menikmati senja bersama di temani alunan yang tercipta indah dari setiap tetesan air hujan.

Sampai akhirnya hujan pun berhenti, gadis itu melangkah pergi setelah sebelumnya menyempatkan diri mengucapkan terimakasih pada Langit, dan kini tinggallah Langit sendiri yang masih terpaku dengan kenangan.

Terpopuler

Comments

🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃

🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃

kenapa ga d jelasin nama cewek nya thor???bingung jdi nya

2020-06-15

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 episode 31
32 episode 32
33 episode 33
34 episode 34
35 episode 35
36 episode 36
37 episode 37
38 episode 38
39 episode 39
40 episode 40
41 episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 71
71 Episode 72
72 Episode 73
73 Episode 74
74 Episode 75
75 Episode 76
76 Episode 77
77 Episode 78
78 Episode 79
79 episode 80 (Ending Season 1)
80 PENTING:)
81 Binar di Langit Senja Season 2??
82 Prolog (Season 2)
83 Pengumuman
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
episode 31
32
episode 32
33
episode 33
34
episode 34
35
episode 35
36
episode 36
37
episode 37
38
episode 38
39
episode 39
40
episode 40
41
episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 71
71
Episode 72
72
Episode 73
73
Episode 74
74
Episode 75
75
Episode 76
76
Episode 77
77
Episode 78
78
Episode 79
79
episode 80 (Ending Season 1)
80
PENTING:)
81
Binar di Langit Senja Season 2??
82
Prolog (Season 2)
83
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!