Langit diam begitupun gadis di hadapannya yang juga terdiam dan sesekali melirik Langit yang sedang serius menatap gawainya,gadis itu menghela nafasnya mau sampai kapan mereka akan terus bungkam? Begitulah kiranya yang ada di fikiran gadis itu.
"Langit maaf aku-"
Langit menghela nafasnya kesal,lalu ia mengangkat kepalanya menatap gadis di hadapannya yang matanya sudah mulai berkaca-kaca.
"Apa yang mau lo jelasin lagi? Lo pergi tiba tiba tanpa kabar yang hampir membuat gue gila dan sekarang? Lo datang dengan senyuman lo? Gue bukan bandara yang seenaknya lo datengin kalau butuh dan pergi begitu aja!" Bentakan Langit berhasil membuat gadis itu menitikan air mata yang sedaritadi ia tahan akhirnya jatuh juga.
"Langit aku bisa jelasin!"
"Lo mau jelasin apa? Lo dimana waktu gue terluka? Lo ada dimana waktu gue sedang butuh sandaran lo ada dimana hah?!" Langit bangkit amarahnya sudah memuncak saat ini ia menunjuk wajah gadis itu yang masih menangis tergugu ia tau bahwa selama kepergiannya membuat Langit terluka tapi ada sesuatu hal yang membuat ia harus pergi dan Langit tidak tau itu.
"Lo jadi cewek jangan murahan!" Bentak Langit lagi membuat ia dan gadis itu menjadi pusat perhatian pengunjung kafe
"Lo itu-"
"Langit cukup!"
Langit menghentikan ucapannya menatap gadis di hadapannya yang memberikan tatapan terluka
"Langit cukup! Hiks aku bisa jelasin semuanya" gadis itu mencoba meraih tangan Langit namun Langit menepisnya dengan sangat kasar membuat gadis itu terduduk di lantai
"Lo gk perlu jelasin apa apa. Semuanya udah berakhir!"
Langit melangkahkan kakinya keluar dari kafe dengan penuh amarah,gadis itu kembali mengejar langkah Langit air matanya masih setia membasahi pipinya. Langkah Langit tiba-tiba terhenti saat ia merasa seseorang memeluk tubuhnya dari belakang membuat Langit menejamkan matanya mencoba menahan emosinya agar tidak mendorongnya.
"Lepas" perintah Langit namun gadis itu menggelengkan kepalanya ia masih terisak di balik punggung Langit
"Langit aku sayang kamu..hiks..aku mau kita kaya dulu lagi kasih aku waktu buat jelasin semuanya" Langit terdiam ia kembali memejamkan matanya hatinya sangat terluka saat ini dan Langit hanya butuh satu hal yaitu menyendiri.
"Lepasin gue! Lo budek hah?!"
"Gk akan Langit gk akan!"
Brukk
Gadis itu kembali tersungkur ke lantai akibat ulah Langit yang mendorongnya lalu pergi begitu saja gadis itu hanya bisa menatap nanar punggung Langit yang mulai menjauh ia kembali terisak tidak perduli dengan tatapan orang padanya ia hanya ingin menumpahkan semuanya yang terasa menyakitkan di hatinya,apalagi kalau bukan kehilangan orang yang sangat ia sayangi.
"Langit..hiks..aku sayang kamu" lirihnya ia kembali menangkupkan wajahnya di kedua telapak tangannya dan hujan pun turun gadis itu kembali menangis karna luka di hatinya begitu menyesakkan dadanya ia membiarkan hujan berjatuhan menimpah dirinya membuat lukanya kembali menyesakkan dada.
[]
Binar menatap rintik hujan yang turun dengan deras dari jendela kamarnya kemudian Binar melihat sosok seseorang yang ia kenali sedang berdiri di depan gerbang di bawah guyuran hujan yang turun dengan deras
"Hah? Itu kaya Langit?" Kata Binar bermonolog sambil memperhatikan sosok orang tersebut akhirnya karna penasaran Binar pun menggambil dua payung yang ada di kamarnya lalu bergegas keluar dari kamar
"Loh? Binar mau kemana nak? Jangan keluar hujan lagi deras nanti kamu sakit" kata umi Syaila ketika melihat putrinya itu keluar dari kamarnya membawa dua payung di tangannya
"Sebentar doang umi ini darurat. Boleh ya umi? Please" Binar memohon pada uminya membuat umi Syaila tidak tega akhirnya dia pun mengangukkan kepalanya sambil tersenyum Binar tersenyum senang ia segera menyalami tangan uminya.
"Binar keluar dulu Assalamu'alaikum umi" pamit Binar dengan senyumannya kemudian segera pergi dari hadapan umi Syaila yang hanya terkekeh melihat tingkah putrinya setidaknya putrinya itu kini sudah bisa tersenyum lagi membuat Syaila merasa tenang.
Binar membuka pagar rumahnya dan dia melihat seseorang yang berdiri di jalanan komplek rumah Binar dengan badan yang sudah basah kuyup,Binar segera menghampiri nya
"Langit? Kok kamu ada di sini? Kenapa hujan hujanan?" Tanya Binar yang berjalan menghampiri Langit yang masih diam menatap wajah Binar
"Langit? Kamu baik baik aja?" Tanya Binar lagi,Langit pun tersenyum sendu sebelum akhirnya tubuhnya ambruk membuat Binar terkejut karna Langit tiba tiba jatuh ke pundaknya
"Ya Allah Langit! Bangun!" Pekik Binar yang kebingungan dia juga tidak kuat menahan tubuh Langit yang berat
"Ngapain?" Tanya seseorang yang tidak lain adalah sahabat Binar
"Reno tolongin aku, dia pingsan!" Binar meminta bantuan Reno sahabatnya yang memiliki sifat sebelas dua belas dengan Langit,Reno pun menggambil alih tubuh Langit
"Ayo anterin dia ke rumah aku" kata Binar dan Reno ia hanya menurut saja ia berjalan di samping Binar yang sedang memayungi nya sambil membopong tubuh Langit menuju rumah Binar
"Assalamu'alaikum umi" Binar bejalan memasuki rumahnya dan umi Syaila pun menghapiri putrinya yang nampak panik
"Assalamu'alaikum umi Syaila" sapa Reno yang menyalami pungung tangan umi Syila
"Wa'alaikumsalam, Binar ini siapa nak?" Tanya Umi Syaila yang kebingungan melihat Langit yang pingsan dan di bopong oleh Reno
"Dia temen Binar umi nanti Binar jelasin. Tapi masalahnya dia mau di taruh dimana mi?"
"Di baringkan di kamar tamu aja"
"Ya udah ayo Ren kita bawa ke kamar tamu" Reno pun hanya menganguk lalu membawa Langit ke kamar tamu lalu membaringkannya di kasur berukuran king size itu,Binar menatap Langit yang masih memejamkan matanya ia memperhatikan wajah Langit yang nampak pucat bibirnya juga tidak kalah pucat dan sesekali bibirnya bergetar kedinginan sementara itu Reno hanya diam melirik Binar lalu kembali menatap Langit yang memang Reno tidak kenal sama sekali
"Binar kayanya dia kedinginan" kata umi Syaila,Binar pun mengangukkan kepalanya melihat Langit yang masih setia memejamkan matanya.
"Reno boleh minta tolong gk? Tolong keringin badan dia ya" pinta Binar Reno pun mengangukkan kepalanya ia menggambil alih handuk di tangan Binar dan mulai mengeringkan tubuh Langit agar dia tidak kedinginan dan Reno jugalah yang menggantikan baju Langit dengan baju punya Reno yang tadi sempat Binar ambil dari rumah Reno
"Udah selesai ren?" Tanya Binar yang berada di luar kamar
"Udah" jawab Reno singkat,pintu pun terbuka Binar berjalan menghampiri tempat tidur yang Langit tiduri
"Langit bangunlah" lirih Binar dan tiba tiba saja mata Langit mengerjap dan matanya pun terbuka secara perlahan membuat Binar tersenyum lega
"Binar? Gue dimana ini?" Tanya Langit yang kebingungan
"Kamu di rumah aku tadi-"
"Hah? Di rumah lo?!"
"Jangan salah sangka dulu tadi itu kamu pingsan dan aku nolongin kamu tadi tenang aja kok yang bawa kamu ke rumah aku itu Reno"
Langit menoleh ke arah Reno yang hanya menatapnya datar,Langit bertanya tanya dalam hati siapa Reno itu? Dan apa hubungannya dengan Binar?
"Eh tenyata udah bangun" umi Syaila masuk ke dalam kamar dengan senyumannya
"Assalamu'alaikum perkenalkan saya umi nya Binar" ujar umi Syaila memperkenalkan dirinya,Langit memperhatikan wanita paruh baya yang berdiri tidak jauh darinya Langit sedikit tertegun pasalnya umi nya Binar ini mengingatkan Langit akan sosok Bundanya yang sudah tenang di alamnya.
"Kamu siapanya Binar ya? Dan nama kamu siapa nak?" Tanya umi Syaila ramah senyumannya yang memang menenangkan selalu terukir di wajahnya
"Pantesan anaknya cantik orang turunan dari ibunya" -batin Langit.
"Saya teman sekelasnya Binar,nama saya Langit tante"
"Oh teman sekelasnya. Nak Langit kenapa bisa pingsan tadi?" Tanya umi Syaila dan Langit kembali mengingat apa yang terjadi pada nya sebelum ia pingsan dan ya Langit tiba tiba teringat pada gadis itu yang Langit tinggalkan begitu saja apa kabar gadis itu? Apakah ia baik baik saja? Entahlah Langit mencoba menghalau perasaan itu ia kembali memilih ego nya
"Tadi saya mau kerumah Binar,mau minjem buku catatannya dan setelah itu saya gk ingat kenapa saya pingsan"
Umi Syaila mengangukkan kepalanya ia mengelus kepala Langit dengan lembut membuat Langit ingin menangis ia benar benar merasakan bahwa bukan uminya Binar yang mengelus kepalanya tapi Bundanya yang mengelus kepalanya sama saat ia kecil dulu
"Nak Langit di minum dulu teh hangatnya sama sup ayam nya biar badannya enakkan" Langit menganguk lalu tersenyum ia menggambil alih mangkuk yang berada di nampan dan mulai menyuapkan makanan itu kemulut nya walaupun sebenarnya Langit engan tapi bagaimana lagi Langit memang sepertinya harus makan agar badannya terasa lebih baik
"Binar umi tinggal dulu ya,umi mau beresin peralatan masak"
"Iya umi"
Setelah umi Syaila beranjak dari tempat duduknya kecangungan mulai terasa pasalnya di dalam kamar ini hanya ada Langit,Binar,dan Reno yang sedaritadi hanya diam memperhatikan
"Hm Langit tadi kenapa kamu gk masuk sekolah?" Tanya Binar mencoba menetralisir kecangungan yang terjadi
"Ada urusan penting"
"Oh aku kira kamu sakit"
Langit terdiam mengangkat sebelah alisnya membuat Binar kebingungan.
"Kenapa? Khawatir?"
"Gk ih! Siapa juga yang khawatirin kamu pede banget"
Langit terkekeh mendengar ucapan Binar apalagi melihat pipinya yang tiba tiba memerah
"Gue pulang, Assalamu'alaikum" ucapan Reno membuat Binar dan Langit menoleh ke arah nya yang melenggang pergi keluar dari kamar
"Wa'alaikumsalam. Duh si Reno kenapa sih?" Tanya Binar kebingungan dengan tingkah sahabatnya sementara Langit hanya memandang pungung Reno yang mulai menghilang di balik pintu dengan fikiran yang masih sama yaitu
"Dia itu punya hubungan apa sama Binar?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments