Bel masuk sudah berbunyi sedaritadi, kelas XI B IPA pun mendadak hening karna pak Rahman baru saja memasuki kelas semuanya menatap pak Rahman penuh harap lebih tepatnya harap harap cemas karna hari ini adalah pengumuman hasil nilai ulangan harian IPA. Pak Rahman sudah siap dengan buku nilai di tangannya kemudian mulai membacakan nilai para muridnya.
"Nilai ulangan harian IPA tertinggi di kelas ini di raih oleh Binar"
Binar tersenyum sambil mengucap hamdalah kelas yang tadinya hening mendadak ramai dengan suara tepuk tangan begitupun dengan Langit ia juga ikut merasa bahagia atas keberhasilan yang Binar raih dan sebagian ada yang memberi Binar selamat dan sebagian lagi ada yang berdecak tak suka.
"Selamat Binar lo keren banget" kata Raya sambil mengacungkan ibu jarinya Binar hanya mengucapkan terimakasih atas pujian dari Raya
"Diam semuanya" suara tinggi pak Rahman membuat suasana kelas kembali tenang.
"Bapak sangat bangga pada Binar pertahankan nilaimu ya dan Bapak juga kecewa pada salah satu anak di kelas ini yang mendapat nilai terkecil,Bapak kecewa sama kamu Langit"
Langit menghela nafasnya,ia sudah tau dan tidak terkejut mendengar ucapan pak Rahman karna ini bukan yang pertama kalinya Langit mendapatkan nilai kecil. Lain halnya dengan Binar ia sangat terkejut mendengarnya berbanding terbalik dengan sikap Langit.
"Bapak sudah menggambil keputusan agar nilai kamu bagus,bagaimana kalau kamu belajar dengan Binar? Apa Binar tidak keberatan?" Tanya pak Rahman membuat semuanya terkejut termasuk Binar dan Langit namun Langit segera meredakan keterkejutannya ia tersenyum tipis entah kenapa hatinya terasa senang mendengar ucapan dari pak Rahman.
"Binar bagaimana?" Tanya Pak Rahman membuat semua mata tertuju padanya
"Hah?" Binar hanya menunjukkan wajah polosnya penuh keterkejutan
"Ck Binar itu jawaban lo di tunggu sama pak Rahman" Raya gemas sendiri melihat wajah teman sebangkunya ini
"Tergantung Langitnya mau atau tidak" jawab Binar pada akhirnya pak Rahman pun mengangukkan kepalanya lalu beralih menatap Langit,Langit yang paham arah pembicaraannya pun berdehem mencoba menetralisir degup jantungnya yang berpacu dengan cepat dan memasang tampang datar khasnya.
"Hm" jawab Langit membuat semuanya kebingungan
"Langit jawab yang benar jangan bikin bingung, kamu tinggal jawab ya atau tidak?" Tanya pak Rahman lagi
"Iya" jawab Langit membuat Binar terkejut ia kira Langit akan menolaknya tapi nyatanya Langit malah menyanggupinya
"Ya sudah kalau soal jadwal belajarnya Binar dan Langit bisa mendiskusikannya nanti,dan ayo semuanya buka buku Paket halaman 30"
[]
Saat ini Binar sedang berada di depan kelasnya tentunya bersama Langit untuk membahas rencana belajar bersama yang di perintahkan oleh pak Rahman tadi
"Langit kita nanti belajarnya dimana? Terus kapan mulai belajarnya?" Tanya Binar dengan dua pertanyaan sekaligus
"Satu satu"
"Hah apanya? Kamu lagi nyanyi ya?" Ucapan Binar berhasil membuat Langit tertawa sambil memegangi perutnya sedangkan Binar hanya menatap bingung tidak mengerti kenapa Langit bisa tertawa seheboh itu memangnya ucapan Binar ada yang salah?
"Duh perut gue sakit"
"Perut kamu sakit lang?"
"Gue gk apa-apa"
Binar hanya mengangukkan kepalanya saja mendengar jawaban dari Langit
"Kamu belum jawab pertanyaan aku tadi kamu malah nyanyi"
"Nyanyi apa?"
"Nyanyi lagu yang liriknya kaya gini nih satu satu aku sayang ibu. Yang kaya gitu lang"
"Jangan panggil gue lang"
Binar mengerenyit bingung memangnya apa salahnya Binar memanggil Langit dengan sebutan lang? Bukankah itu terkesan lebih akrab? Ah apa tadi Binar terkesan sok akrab pada Langit?
"Gue bukan bolang" kata Langit membuat Binar tertawa mendengar alasan konyol Langit yang tidak ingin namanya di panggil lang takut di sangka bolang.
"Terus aku harus panggil kamu apa?" Tanya Binar dan Langit menjawabnya hanya dengan mengangkat kedua bahunya dan diam menatap Binar yang terlihat sedang berfikir
"Oke aku tau harus manggil kamu dengan sebutan apa" kata Binar dengan senyumannya namun Langit meresponnya dengan menaikkan satu alisnya
"Apa?"
"Aku manggil kamu Agam"
Deg
Langit terkejut mendengar panggilan baru Binar untuknya,panggilan itu kembali mengingatkannya akan sosok almarhumah Bundanya yang memang selalu memanggilnya dengan sebutan Agam. Ketika Langit tanya kenapa? Bundanya hanya menjawab." Karna itu panggilan sepesial buat kamu dari orang yang sepesial yaitu Bunda"
"Hey? Kamu gk apa-apa kan?" Tanya Binar menyadarkan Langit dari kenangan masalalunya
"Iya"
"Oke kalau gitu lang-eh Agam,kita mau mulai belajar barengnya kapan?"
"Hari ini
"Oke abis pulang sekolah ya? Tempatnya dimana?"
"Iya. Di rumah lo aja" jawab Langit dan Binar pun terkejut kemudian ia terdiam
"Kenapa lo?" Tanya Langit yang sadar atas kebungkaman Binar
"Eh? Agam aku belum bisa bilang iya kita bakalan kelajar di rumah aku,karna aku belum minta izin sama umi"
"Ya udah izin"
"Iya nanti aku kabarin kamu lagi ya"
"Hm" Langit hanya berdehem merespon ucapan dari Binar,lalu Binar pamit pergi ia ingin menelpon uminya lebih tepatnya untuk meminta izin.
[]
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sedaritadi namun Binar belum juga melihat sosok Langit,tadi Binar menelpon uminya untuk meminta izin bahwa Binar dan Langit di suruh belajar bersama oleh pak Rahman dan tanpa Binar duga uminya pun setuju tadi Binar sudah bilang pada Langit bahwa kegiatan belajar bersama akan di laksanakan sepulang sekolah nanti namun sampai sekarang Binar tidak melihat keberadaan Langit.
"Udah lama?"
Binar menolehkan kepalanya saat ia melihat Langit yang berdiri di belakangnya,Binar mengamati Langit saat ini rambut Langit terlihat basah dan nafasnya juga terengah engah
"Belum. Kamu habis darimana?"
"Main basket" jawab Langit sekenanya dan Binar pun menganguk paham pantas saja rambut Langit basah dan juga nafasnya terlihat terengah engah.
"Ayo" ajak Langit pada Binar dan tanpa protes Binar pun mengikuti langkah Langit yang berjalan lebih dulu di depannya.
"Kita beneran naik ini? Gk ada kendaraan lain?" Binar menatap Langit dan motor di hadapannya secara bergantian
"Kenapa lo gk mau naik motor sama gue?"
"Gk mau! Kita bukan mahram gk baik berduan apalagi motor kamu kaya gini" Langit menatap motornya memangnya apa yang salah pada motornya? Perasaan motornya ini termasuk motor yang keren dan perempuan manapun pasti tidak akan menolak jika Langit ajak naik motor bersamanya tapi Binar? Gadis itu berbeda padahal motor langit tidak jelek malah termasuk kategori bagus dan mahal karna motor Langit adalah merek motor terkenal yaitu ninja kawasaki keluaran terbaru.
"Ya udah"
Binar menatap Langit dengan wajah konyolnya ia seperti tidak percaya mendengar ucapan Langit barusan
"Hah? Apanya ya udah?"
"Ya udah lo gk usah naik motor gue"
Belum sempat Binar bicara Langit sudah melajukan motornya membuat Binar menahan kesal karna belum selesai bicara Langit sudah meninggalkannya padahal Bianar itu tuan rumah yang rumahnya akan Langit kunjungi tapi dia malah meninggalkan Binar dan akhirnya Binar pun memasan taksi online agar ia bisa pulang ke rumah.
[]
Binar sampai di rumahnya ia melihat motor Langit sudah terparkir di halaman rumahnya di luar dugaan ia kira Langit tidak akan berani masuk tenyata Langit sudah masuk ke dalam rumahnya lebih dahulu.
Binar berjalan dan berdiri di depan pintu rumahnya sayup sayup ia mendengar suara uminya dan...suara Langit.
"Kayanya umi sama Langit akrab banget"
Setelah membatin dan berdiam diri Binar pun mengetuk pintu rumahnya
"Assalamu'alaikum. Umi Binar pulang" kata Binar kemudian pintu terbuka menampilkan sosok umi Syaila yang menyambutnya dengan senyuman
"Ah ini dia Binar. Kamu udah di tunggu Langit tuh katanya mau belajar bareng"
Binar pun menyalimi punggung tangan uminya lalu menatap Langit yang masih diam dengan tampang dinginnya tanpa ada rasa bersalah karna meninggalkan Binar begitu saja
"Tunggu di sini dulu" kata Binar kemudian ia pergi tanpa menunggu jawaban Langit membuat Langit terheran heran
"Dia balas dendam gara g ara gue tinggalin atau gimana sih?"
"Nak Langit ini di minum jus Alpukatnya dan ya dimakan juga ya cemilannya. Umi sengaja buat ini sekalian buat Binar karna dia suka banget sama jus Alpukat" jelas umi Syaila tanpa di minta Langit pun hanya tersenyum lalu mengucapkan terimakasih dan tidak lama kemudian Binar datang dengan beberapa buku di tangan kanannya dan juga jus alpukat di tangan kirinya.
"Binar umi mau pergi dulu ya" kata umi Syaila yang tiba tiba saja sudah bepakaian rapih
"Mau kemana mi?"
"Mau ke rumah bu Risma mungkin agak lama"
Binar mengerenyitkan keningnya bingung pasalnya uminya ini tidak pernah meninggalkan Binar dengan yang bukan mahramnya di rumah berdua apalagi dengan Langit saat ini.
"Tenang aja umi gk biarin kalian berdua doang kok" ucap umi Syila yang paham dengan tatapan bingung anaknya kemudian terdengar suara pintu di ketuk umi Syila pun segera membukakan pintu rumahnya lalu menyuruh masuk tamunya.
"Assalamu'alaikum" Binar terkejut saat tau siapa tamu yang uminya maksud yang akan menemaninya dan Langit
"Reno?" Binar menatap uminya yang sedang tersenyum dan menganguk
"Ya setidaknya kalian gk berduaan kan? Ya udah Reno tante titip Binar dan Langit ya" Reno hanya mengangukkan kepalanya.
Dan di sinilah mereka sekarang dengan keadaan yang akward,Binar menoleh pada Langit lalu menoleh pada Reno sedaritadi mereka sedang saling tatap namun tatapan mereka sama sama tajam dan dingin membuat Binar kebingungan.
"Aku mau ke kamar mandi dulu" akhirnya kata itu yang Binar keluarkan setelah lama melihat Langit dan Reno yang saling tatap penuh arti dan Binar memilih meninggalkan mereka ia hanya ingin menghilangkan kecangungan,dan setelah kembali dari kamar mandi Binar menghela nafasnya kasar ternyata mereka berdua masih saling tatap dengan tatapan yang lebih tajam ah Binar semakin kebingungan di buatnya.
"Mereka kenapa sih?" Binar bermonolog di tempatnya berdiri mentapa bingung pada kedua laki laki itu yang saling duduk berhadapan entah apa yang mereka lakukan namun yang Binar tau laki laki memang tidak pernah bisa di mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments