Jam dinding sudah menunjukkan pukul 3.00 dini hari.
Semua orang masih terlelap di alam mimpi, namun tidak dengan Langit. Ia masih terjaga sedaritadi tatapannya masih sama, menatap dia yang saat ini masih memejamkan mata.
Rasanya Langit tidak mau beranjak dari sampingnya karna Langit takut jika nanti dia sadar Langit tidak ada di sisinya, Langit takut jika nanti dia merasa sakit Langit tidak bisa menyemangatinya, dan Langit sangat takut akan hal itu.
Langit berusaha sekeras mungkin agar matanya tidak terpejam, padahal rasa kantuk sudah menyerangnya dan akhirnya tanpa bisa di cegah Langit pun tertidur.
Langit tersadar saat ia mendengar bunyi suara deteksi kegawatan terdengar begitu nyaring, hal itu membuat Langit membuka matanya ia terkejut saat melihat monitor vital milik dia yang Langit sayangi di tambah lagi ia mengalami kejang kejang dan mulutnya mengeluarkan banyak darah.
Melihat itu membuat Langit panik, dia segera keluar mencari dokter untuk meminta bantuan.
Dan akhirnya ia bertemu dengan dokter Rizal, Langit pun segera mengajak dokter Rizal untuk membantu dia yang Langit sayangi.
Langit hanya bisa terduduk lesu dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya, rasa takut kembali datang membuat Langit memeluk lututnya sambil mengelengkan kepala, mencoba menepis fikiran negatif yang tiba tiba datang menghampiri kepalanya.
"Jangan pergi ...." lirih Langit.
Saat ini ia benar-benar merasa sangat sakit, seperti di tusuk ribuan pisau di dada semuanya bercampur menjadi satu.
Rasa takut, sesak, dan rasa sesal, semuanya bercampur menjadi satu.
Langit memukul dadanya, berharap sesak di dadanya itu dapat hilang namunya nyata nya tidak.
Langit bangkit, ia sedang kalut saat ini dan ingin sekali melampiaskan rasa sakitnya itu, akhrinya Langit pun bangkit. Lalu ia segera berjalan ke arah rooftop rumah sakit tersebut karna saat ini ia sedang butuh kesendirian.
Di perjalanan menuju rooftop, langkah langit terhenti. Telinganya mendengar suara sayu-sayup seseorang sedang membaca Al Qur'an dengan suara yang lirih dan terdengar begitu merdu.
Akhirnya Langit pun melangkah mencari siapa orang yang mempunyai suara begitu merdu itu yang mampu membuat hati Langit terasa tenang.
Langit terpaku dengan pemadangan di hadapannya saat ini, ia melihat seorang gadis berbalut mungkena berwarna merah sedang duduk sambil memangku Al Qur'an dan membacanya dengan pelan, dan suaranya Langit akui sangat merdu bahkan dapat membuat mata Langit berkaca kaca mendengarnya.
Sudah lama ia tidak mendengar lantunan ayat suci Al Qur'an, terakhir kali ia membaca dan membukanya saat ia duduk di kelas lima sekolah dasar dan setelah musibah buruk menimpanya, Langit tidak pernah lagi membaca Al Qur'an atau pun mendengarkan lantunannya.
"Kamu mau sholat?" Tanya gadis itu yang kini sudah berdiri di hadapan Langit, dan membuat Langit tersentak kaget.
Langit pun menatap wajah gadis di hadapannya ini, gadis itu memiliki wajah yang cantik, hidung yang mancung, bulu mata yang lentik, dan bibirnya yang tipis, serta bola matanya yang berwarna coklat menambah keindahan ciptaan Tuhan di hadapannya ini.
Langit kembali tersadar ketika gadis itu menundukan kepalanya.
"Kamu mau sholat tahajud? Tapi afwan kayanya kamu salah, ini shaf kuhusus wanita. Sedangkan shaf khusus laki laki ada di sana," ucap gadis itu sambil menunjuk ke arah pintu shaf laki- laki.
Langit hanya diam, mendasak bibirnya terkatup rapat dan matanya terus saja ingin melihat wajah gadis di hadapannya yang entah kenapa rasanya sangat menenangkan hatinya.
"Kalau begitu saya duluan. Assalamu'alaikum," ucap gadis tersebut lagi yang kini melangkah pergi menjauh dari hadapan Langit.
Langit tidak menjawab salam gadis itu, ia masih diam namun detik kemudian bibirnya menyungingkan senyuman, kali ini senyumnya sangat lebar.
Langit melangkah kembali, kini ia tidak jadi pergi ke rooftop dan malah melangkahkan kakinya ke arah shaf laki- laki dan berdiri di ambang pintu.
Kakinya terasa berat untuk melangkah masuk ke dalam, batinya berkecamuk dan akhirnya Langit melangkah pergi meninggalkan mushola rumah sakit tersebut. Ia melangkah ke ruangan tempat di mana dia yang langit sayangi berada.
"Keadaannya semakin memburuk," ujar dokter Rizal memberitahu dan berhasil membuat hati Langit merasakan sakit kembali.
"Dia harus mendapat donor ginjal segera kalau tidak-"
"Nggak! Dia pasti selamat dia harus selamat!" teriak Langit dengan penuh penekanan.
Ia tidak mau dia pergi, Langit menyayanginya bahkan sangat menyayanginya dan Langit tidak siap jika harus kehilangan gadis itu, karna membayangkannya saja sudah membuat Langit sesak.
"Saya mohon selamatkan dia ... hanya dia yang saya punya saat ini," ucap Langit dengan suara yang parau, ia bahkan sampai bersujud di kaki dokter Rizal dam membuat dokter Rizal segera menangkat bahu Langit dan menyuruhnya untuk segera bangun.
"Saya akan berusaha semampu saya sedangkan kamu teruslah berdoa pada Allah, karna saat ini kita hanya bisa berharap pada Allah," ucap dokter Rizal menasihati, dan setelah itu pergi meninggalkan Langit yang tampak kacau.
Langit melangkah masuk ke dalam ruangan setelah dokter Rizal menyuruhnya untuk masuk.
Langit menatap nya dengan tatapan sendu tersirat kesakitan dan penderitaan di mata Langit.
Langit diam dan terpaku, namun detik kemudian tubuhnya luruh ke lantai.
Langit Agam Perkasa, seorang bad boy SMA Pertiwi saat ini sedang tidak berdaya, sekuat apapun Langit di mata teman-temannya Langit tetaplah manusia dan ia akan menangis jika orang yang paling ia sayangi harus menderita.
"Bangunlah ... abang mohon cuma kamu yang abang punya saat ini," lirih Langit menatap dia adik yang amat Langit sayangi.
"Jika bisa biar abang aja yang ngerasain sakitnya sedangkan kamu jangan," ucap Langit di sela isak tangisnya dan ia pun kembali menciumi tangan adiknya yang terasa sangat dingin.
"Apa kamu gk kasian ngeliat abang terus menderita kaya gini? Bangun dek, abang janji. Abang akan turutin semua perintah adek dan abang juga gk akan tinggalin adek lagi tapi tolong maafin abang ya dek," ujar Langit yang tangannya masih setia mengengam tangan adiknya seraya berharap suatu keajaiban dapat terjadi, ia berharap adiknya bisa segera membuka matanya karna demi apapun Langit merindukannya.
"Adekk .... " lirih Langit.
Tangisnya kini semakin terdengar pilu dan siapapun yang mendengarnya pasti akan ikut merasakan sakit yang Langit rasakan.
Langit merasa terkejut ketika tangan adiknya menunjukkan pergerakkan, Langit bahagia sekaligus panik lalu ia pun segera bangkit dan berlari mencari keberadaan dokter Rizal lagi.
Selama proses pemeriksaan, Langit tidak ingin keluar dan bersikeras untuk tetap bisa melihat adiknya.
Degan penuh pengharapan Langit terus menatap adiknya yang saat ini sedang di periksa oleh dokter Rizal.
Dokter Rizal menghampiri Langit dengan senyumannya lalu memberikan kabar baik pada Langit.
"Langit penantianmu selama ini tidak sia- sia. Kondisinya semakin stabil kemungkinan ia akan segera sadar," ucap dokter Rizal.
Dan dengan bahagianya Langit pun segera menghampiri adiknya dengan senyuman di wajahnya yang menambah tingkat ketampanan Langit, meskipun saat ini keadaan Langit sangat kacau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Gustein Arifin👑
apku hrap" cemas smoga bukn cweknya 😄 eh ternyta bner
2021-04-22
1
Ririn Puji Rahayu
kirain pacarnya langit
2020-12-09
0
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
Q kirain orang yg tersayang teh pacar nya langit😁😁😁
2020-06-15
2