Langit pulang kerumah dengan tubuh yang basah kuyup karna habis di guyur hujan, ia segera melangkah masuk namun langkahnya terhenti saat ia melihat Manda yang sedang menatapnya.
Merasa di tatap seperti itu, Langit pun hanya berjalan melewati Manda tanpa sepatah kata pun.
"Ya Allah Langit, kamu kemana aja nak? Mamah khawatir sama kamu,"ucap Manda namun Langit hanya menatapnya dengan jengah.
Langit segera menepis tangan Manda yang memegang pundaknya dengan kasar, setelahnya Langit memberikan tatapan tajam pada Manda.
"Jangan panggil saya nak, karna saya bukan anak kamu!" Ucapan Langit yang membuat hati Manda terasa sakit.
Selama ini ia begitu menyayangi Langit, ia bahkan sudah mengangap Langit sebagai anak nya sendiri, sama seperti Syanja yang notabennya adalah anak kandung Manda.
"Jaga ucapan kamu Langit!" Teriak Rahardi yang sedang menuruni anak tangga.
"Kenapa? Emang bener kok dia bukan mamah saya, dia cuma ****** yang gk tau di-"
Plak
Tamparan tangan Rahardi tepat mengenai pipi Langit, Langit hanya menyungingkan senyum sinisnya dan mengelap darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
"Kenapa pah? Kenapa gk nampar lagi? Tampar yang kenceng kalau bisa," Ucap Langit menantang Rahardi namun Rahardi hanya diam menahan emosinya.
"Mas, kamu ngapain Langit? Kamu gk apa-apa kan nak?" Tanya Manda sambil berjalan mendekati Langit dan berniat mengobati luka Langit.
Namun lagi-lagi Langit menepis tangan Manda, lalu segera berlalu pergi menuju kamarnya. Sementara itu Manda hanya bisa menatap punggung Langit yang sudah mulai menjauh.
"Sudahlah, kamu jangan fikirin anak gk berguna kaya dia. Emang ya ibu sama anak sama aja jadi tidak heran Langit seperti itu karna pasti ia mengikuti jejak ibunya," ucap Rahardi dengan kekehan mengejek.
"Mas jangan begitu dia kan juga anak kamu," ucap Manda mengingatkan namun Rahardi hanya diam dan lebih memilih pergi meninggalkan Manda sendiri.
....
"Sial!" Umpat Langit sambil menatap dirinya di cermin, sudah cukup! Langit sudah terlalu sabar dengan perlakuan Rahardi, ia juga sudah merasa muak dengan semuanya. Ia sudah muak dan sangat muak bahkan ia juga sangat membenci Rahardi.
Langit segera melangkah ke arah lemari dan mengganti pakaiannya yang basah dengan kaus oblong dan celana levis, kemudian Langit teringat akan gadis itu lagi.
Gadis yang menemaninya kala senja saat hujan tiba, Langit menyungingkan senyumannya. Semenjak pertemuan pertamanya dengan gadis itu, Langit selalu terbayang wajahnya. Entahlah Langit juga tidak tau setiap kali dia melihat wajah gadis itu jantungnya langsung berpacu dengan cepat dan berdegup tidak karuan, Langit kira ia terkena serangan jantung.
Namun nyatanya bukan karna ia tidak merasakan sakit namun ia merasa bahagia, dia selalu nyaman bila berada di dekat gadis itu yang Langit sendiri tidak tau siapa namanya.
"Kayanya malam ini gue gk bisa tidur," ucap Langit sambil tersenyum menatap tembok kamarnya.
Langit terkekeh ia benar-benar sudah gila tersenyum pada tembok seperti ini? Entahlah yang Langit tau ia belum pernah merasakan perasaan nyaman dan bahagia seperti ini, selain bersama Kanya.
Lagi-lagi Langit teringat pada Kanya, Langit sangat menyayangi Kanya bahkan apapun akan Langit lakukan demi Kanya, agar Kanya selalu tidak pernah merasakan kekurangan.
Tangan Langit tergerak untuk menggambil album foto yang ada di nakasnya.
Di halaman pertama terdapat sebuah foto, dan di foto tersebut Langit melihat pancaran keluarga bahagia di foto itu.
Di dalam foto itu terlihat Langit sedang mencium pipi adiknya yang sedang menangis dalam gendongan Bundanya.
Langit sangat ingat saat itu adiknya baru saja lahir dan Langit yang memang tidak sabar menunggu langsung masuk dan mencium pipi adiknya, tanpa sadar Langit sudah menyungingkan senyumannya.
Kemudian Langit pum membuka lembaran berikutnya, di foto tersebut ada Langit dan Kanya yang sedang tertawa lepas serta Bundanya yang sedang merangkul mereka. Langit mengusap foto Bundanya dan Kanya secara bergantian lalu air mata pun mulai turun membasahi pipinya.
"Hiks ... Agam kangen Bunda," ucap Langit lirih di sela-sela isak tangisnya.
Dulu saat Bundanya pergi untuk pertama kalinya, Langit merasakan apa itu kehilangan. Langit kira cukup sampai di situ ia harus kehilangan sosok berharga di hidupnya namun nyatanya satu persatu semua orang pergi meninggalkan dirinya dan Kanya.
Jadi hanya Kanyalah yang Langit punya selama ini, hingga Tuhan kembali merenggut Kanya dari hidup Langit dan saat ini Langit sadar ia tidak punya siapa-siapa lagi, jadi lengkap sudah penderitaannya.
Keluarga yang harmonis, keluarga yang bahagia saling melindungi, saling meyayangi satu sama lain namun nyatanya semua itu hanya kebohongan belaka dan Langit sangat membenci itu, ia tidak suka kepura-puraan.
"Arrgggg Sial!" Umpat Langit sambil menggeram tiba tiba saja ia menjadi merasa kesal mengingat betapa tidak adilnya takdir yang ia jalani.
Langit segera bangkit dan berjalan ke arah balkon kamarnya, ia mulai mengeluarkan sebatang rokok dari dalam saku celananya. Setelah puntung rokok menyala Langit segera menikmati rokok tersebut, setidaknya dengan merokok seperti ini bebannya bisa sedikut terangkat begitulah fikir Langit.
Mungkin jika dulu Langit ketahauan merokok sudah pasti Kanya akan memarahinya, bahkan adiknya itu bisa sampai mogok makan dan mogok bicara selama seharian penuh dan akhirnya membua Langit frustasi sendiri melihat adiknya yang mogok makan dan tidak mau bicara padanya.
Langit pun menyerah dan ia pun membuang semua stok rokoknya, setelah itu baru mogok makan dan mogok bicara Kanya berakhir.
"Kanya ... abang kangen," lirih Langit sambil menundukkan kepalanya saat rasa itu kembali datang, namun tidak seperti dulu.
Rasa ini datang dan kali ini lebih menyakitkan, rasa yang sering di namakan kehilangan dan kali ini Langit merasakan hal itu lagi. Rasa kehilangan dan rasa tidak memiliki siapapun di dunia ini saat itu lah Langit merasa kalau dia benar-benar sendirian.
"Gue benci rasa ini," ucap Langit sambil memukuli dadanya yang terasa sesak.
Langit merasa bahwa dengan itu bebanya bisa berkurang, namun nyatanya Langit salah karna itu hanyalah bentuk suatu tindakan bodoh untuk melukai diri sendiri bukan menyelesaikan masalah.
Drttt drtt
Telepon genggam Langit berbunyi, Langit melirik sekilas siapakah yang menelponnya malam-malam begini. Langit segera menyambar telpon genggamnya ketika tau siapa yang menelponnya
"Langit," panggil seseorang di sebrang sana namun Langit tetap diam tidak bersuara.
"Langit, besok aku kembali ke Indonesia jadi tolong tunggu aku," ucap suara di sebrang sana dan kali ini Langit tampak agak terkejut.
"Gue gk perduli," ucap Langit lalu segera memutuskan panggilan tersebut secara sepihak.
"Dia akan kembali lagi setelah sekian lama." lirih Langit yang kini tatapannya berubah menajam, tangan Langit sampai mengepal menahan emosi.
Lalu Langit pun segera mematikan puntung rokoknya dan memutuskan untuk berjalan masuk karna hari sudah larut, Langit juga berharap hari esok akan lebih baik dari hari-hari kelabu yang ia jalani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
thor cerita nya bnyk teka teki nya ???bingung
2020-06-15
0