Kekasih Palsu Si Culun
Hidup tidak selalu berjalan sesuai apa yang kamu kehendaki.
Saat semesta menjatuhkan jangan mencari penyebabnya, tapi carilah cara agar bisa bangkit segera.
⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
Namaku Sherina Kanza dan aku adalah gadis kecil yang sebentar lagi akan berusia 6 tahun. Aku adalah putri tunggal dari pasangan Bapak Efendi dan Ibu Yasmin.
Ayah dan bundaku berprofesi sebagai guru pada Al-Fatih Insan Unggul. Ayah adalah guru Bahasa Indonesia di Al-Fatih Junior High Schooll, sedang Ibuku adalah guru di Al-Fatih Kindergarten.
Aku berdiri dengan penuh percaya diri di atas panggung, dengan lampu yang menyorot ke tengah, tepat dimana tempatku berdiri.
“Sekarang, aku akan memberitahu kalian beberapa hal mengenai Al-Fatih Insan Unggul,” ucapku dalam bahasa Inggris.
"Di Al-Fatih Insan Unggul, kalian bisa memulai dari jenjang pendidikan terendah hingga tertinggai, diawali dengan Kindergarten (TK), Elementary School (SD), Junior High School (SMP), Senior High School (SMA), dan terakhir University (Perguruan Tinggi).”
Dari atas panggung, aku sesekali mengedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan yang di isi oleh kebanyakan anak-anak dari luar negeri.
Aku diminta untuk memukau para tamu sekolah yang berasal dari luar negeri tetapi saat ini tinggal di Indonesia.
Dengan fasih, dalam bahasa Inggris aku menjelaskan semua hal-hal penting mengenai Al-Fatih Insan Unggul. Dan ternyata rencana pihak sekolah untuk memukau mereka dengan kecerdasanku berhasil.
Banyak tamu yang memujiku, dan akhirnya mendaftarkan putra putrinya berharap putra putri mereka kelak sama sepertiku.
Tepukan tangan dan seruan dari para hadirin mengiringi langkah kaki kecilku menuruni panggung.
Di sana, ku lihat sudah ada Mr. Sam dan Ms Naura yang menantiku.
“Sherina, My Baby......” Seru Mr. Sam ketika melihatku berjalan ke arahnya.
“Kamu itu, memang hebat. Sangat membanggakan, Du siehst heute toll aus,” ucapnya dengan bersemangat padaku.
“Du siehst heute toll aus,” ulangku membenarkan pengucapan bahasa Jerman yang Mr. Sam gunakan untuk memujiku yang berarti, “Kamu keren banget hari ini,” namun entah mengapa terdengar aneh di telingaku.
Mr. Sam dan Ms. Naura adalah teman Bundaku, dan keduanya juga adalah seorang guru TK.
Al-Fatih Kindergarten hingga Al-Fatih University memanglah sekolah swasta bertaraf intensional.
Murid-muridnya terkenal cerdas dan juga berasal dari golongan keluarga menengah ke atas.
Dan beruntunglah aku, karena meski hanya berasal dari keluarga sederhana, namun Ayah dan Bunda berusaha sekuat tenaga untuk tetap menyekolahkanku di sini. Sekolah swasta terbaik di Ibu Kota.
“Wah lihatlah Ms. Naura, Sherina bahkan kini yang mengajariku bahasa Jerman,” candanya.
“Sherina memang hebat, Mr. Effendi dan Mrs. Yasmin sangat beruntung memiliki anak jenius sepertinya,” ucap Ms.Naura ikut menimpali.
Sedangkan aku hanya bungkam mendengarkan keduanya terus berdebat.
Aku sering mendengar, banyak orang yang mengatakan jika kedua orang tuaku beruntung memiliki anak sepertiku.
“Anak sepertiku? Memangnya ada apa denganku?” pertanyaan yang akan muncul saat itu.
Entahlah, aku tak mengerti. Mungkin karena aku masih anak-anak, dan aku belum diharuskan untuk mengerti pembicaraan orang dewasa.
Akan tetapi semakin sering mendengar pernyataan itu, aku menjadi penasaran dan akhirnya bertanya pada Bunda, “Bunda, kenapa orang lain selalu mengatakan jika Bunda dan Ayah beruntung memilikiku?” pertanyaan polos dariku.
Bunda lantas memelukku dengan hangat, “Sherina sayang, setiap orang tua beruntung memiliki putra dan putrinya,” ucap Bunda Yasmin.
“Begitu juga dengan ayah dan bunda. Kami sungguh beruntung memiliki putri yang sangat cantik dan cerdas sepertimu,” sambungnya.
Cantik dan menggemaskan, yah.... aku sering mendapatkan pujian seperti itu. Banyak di antara mereka yang mengagumi keindahan bola mataku yang berwarna abu kebiruan, kontras dengan kebanyakan anak Indonesia lainnya yang memiliki warna bola mata hitam. Sedangkan aku pribadi sangat menyukai rambut panjangku yang selalu ku biarkan tergerai.
Rambutku berwarna sedikit kecokelatan, sehingga banyak orang yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang asal usul orang tuaku.
Ayahku salah satu pria beruntung yang berhasil merebut hati seorang wanita berdarah campuran Indonesia-Rusia bernama Yasmin saat program pertukaran pelajar. Keduanya akhirnya memutuskan menikah, dan dikarunia buah hati yang tak lain adalah aku. Hampir seluruh wajahku mirip dengan Bunda yang memang berdarah campuran.
Tak hanya dipuji cantik, mereka juga akan memujiku dengan sebutan si jenius, pasalnya di usia yang sebentar lagi 6 tahun, aku sudah menguasai 4 bahasa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Mandarin. Saat ini Ayah baru saja mulai mengajariku bahasa Arab. Tidak hanya menguasai bahasa, aku juga sudah tak asing dengan berbagai pembahasan pelajaran untuk siswa SD maupun SMP. Aljabar, bilangan, himpunan, hingga aritmetika sudah tak asing bagiku.
Aku juga tak hanya tertarik dengan pengetahuan di bidang akademik. Aku juga memiliki ketertarikan pada dunia tari, khusunya tari balet yang sudah mulai ku tekuni sejak setahun terakhir.
Di bidang musik aku tertarik pada biola. Aku bahkan sempat memasukkan violis kedalam daftar cita-citaku saat dewasa nanti.
⚘⚘⚘⚘⚘
Dari dalam kamarku yang didominasi warna pink, aku terbangun dari tidur siangku yang baru 30 menit ku nikmati.
Pasalnya dari depan pintu kamarku, sayup sayup aku mendengar suara ayah dan bunda yang tengah kegirangan.
Sesekali bisa ku dengar ucapan syukur mereka pada Tuhan, dan berselang beberapa detik kemudian, keduanya akan saling berterimakasih satu sama lain.
Aku yang menjadi penasaran segera beranjak keluar dari kamarku.
“Ayah, bunda,” ucapku lirih.
Aku sedikit terkejut saat aku melihat ayah yang sedang menggendong bunda. Ayah bahkan berputar-putar, mengikuti adegan dari film Bollywood yang sering ayah tonton.
Ayah yang menyadari kehadiranku, segera menurunkan bunda dengan perlahan kemudian beralih menggendongku. Tak lupa Ia menggendongku dengan gerakan memutar andalannya yang membuatku sedikit pusing.
“Ayah, ayah, hentikan. Lihatlah, Sherina jadi pusing karenamu.” Ucap bunda untuk menolongku lepas dari jerat obsesi ayah yang ingin jadi artis Bollywood.
Bunda menurunkan tubuhnya, berdiri dengan tumpuan kedua lututnya agar bisa sejajar dengan tinggiku.
“Sherina, sayangnya bunda, apa Sherina suka sama adik bayi? Tanya bunda.
Tentu saja aku mengangguk dengan bersemangat.
Siapa yang tidak suka dengan bayi? Begitu kecil, mungil, sangat menggemaskan.
“Sherina mau punya adik bayi?” tanya bunda lagi.
Aku yang sudah pernah membaca buku yang membahas mengenai hal ini langsung saja bertanya intinya.
“Apa bunda hamil?” Tanyaku membuat ayah dan bunda saling tatap.
Bunda hanya mengangguk, sementara aku sudah berteriak kegirangan.
“Ye..Ye.. aku jadi kakak, Ye...Ye.. aku punya adik.”
Akupun menundukkan kepalaku tepat di bagian depan perut bunda lalu berbisik, “Halo adik, ini aku kakak Sherina. Baik-baik di dalam sana yah, 9 bulan lagi kita bertemu, aku pasti tak akan sabar menanti saat itu tiba.”
Setelah selesai menyapa calon adikku, aku melihat ayah dan bunda menatap kearahku dengan bingung.
“Sherina, kamu, kamu paham semuanya...... “ Rasanya bunda masih tak menyangka jika aku yang 2 bulan lalu merayakan ulang tahun ke enam, mengetahui tentang kehamilan.
“Sherina baca di buku bunda.” Jawab ku dengan senyum mengembang.
⚘⚘⚘⚘⚘
Tujuh bulan sudah usia kehamilan bunda. Setiap bulan aku selalu antusias saat kami pergi memeriksa kondisi kesehatan bunda dan calon adik bayi.
Namun suatu pagi, saat tengah menyiapkan sarapan tiba-tiba saja bunda merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya, Ia mengerang saat menahan rasa sakit.
“Bunda!” Suara ayah membuat aku mempercepat langkahku yang memang hendak turun untuk sarapan.
“Ayah, bunda kenapa?” tanyaku.
Kurasakan seperti ada cairan yang seketika memenuhi pelupuk mataku. Pertanyaanku tadi belum mendapat jawaban pasti dari ayah, namun dari apa yang kulihat, saat ini bunda sedang tidak baik-baik saja. Bunda berusa sekuat tenaga untuk menahan rasa sakit yang menderanya. Dan hal ini sepertinya berkaitan dengan adik bayi di dalam perut bunda.
Sesampainya kami di rumah sakit, bunda segera di tangani oleh dokter. Aku hanya menuruti ucapan ayah yang memintaku untuk duduk dengan tenang di sebuah kursi panjang.
Aku bingung karena kini aku ditinggal sendirian. Aku juga terus dihantui rasa takut, jika terjadi sesuatu yang buruk pada bunda dan calon adikku. Lama kelamaan aku akhirnya menangis sesenggukan.
“Hei... kenapa kamu menangis?” tanya seorang anak laki-laki yang tiba-tiba saja duduk di sampingku.
Aku menghapus jejak air mata pada wajahku. “Aku takut, tadi bundaku tiba-tiba saja kesakitan dan dibawa masuk kesana. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk pada bunda dan adik bayi.” Ucapku sambil sesekali sesenggukan.
Anak laki-laki itu melihat ke mana jari telunjukku mengarah.
“Oh... Tak perlu khawatir, mereka pasti akan baik-baik saja.” Ucapnya.
Aku melihat keyakinan dari tatapannya, “Kenapa kamu sangat yakin?” tanyaku.
“Karena dokter yang tengah bersama bundamu di dalam sana, adalah dokter yang sangat hebat.” Jawabnya dengan keyakinan yang lebih dari sebelumnya.
“Aku tahu, karena dokter itu adalah Mamiku.” Sambungnya.
Tak lama setelah itu, Ia menatap pada sosok dokter pria yang berdiri tak jauh dari tempat kami duduk. Setelah itu Ia pamit padaku untuk pergi lebih dulu.
“Hei namamu siapa?” teriaknya dengan langkah yang terus menjauh.
“She ri na.” Jawabku singkat namun perlahan agar dia bisa mendengarnya. Aku pernah membaca jika di rumah sakit tak boleh membuat keributan, akan mengganggu ketenangan pasien yang sedang sakit.
Setelah anak laki-laki itu menghilang dari pandanganku, aku baru sadar, jika aku belum menanyakan namanya.
“Jika aku tak salah dengar, sepertinya tadi dokter memanggilnya, Pasha.” Gumamku.
Tapi siapapun namanya, yang terpenting kini aku sudah bisa menghentikan tangisku berkat ucapannya yang menenangkan.
⚘⚘⚘⚘⚘
Bunda dan adikku berhasil diselamatkan. Aku tersenyum bahagia ketika mendapat kabar itu dari ayah. Meski, ada satu kenyataan pahit yang hadir di tengah-tengah rasa syukur kami.
Adikku, terlahir dengan cacat bawaan yang disebut Gastroschisis. Adikku lahir dengan kondisi dimana terdapat kelainan yang membuat Ia lahir dengan usus berada di luar tubuhnhya, melewati lubang yang terbentuk di dekat pusarnya.
Tapi hal itu tidak menyurutkan tekad Ayah dan bunda. Keduanya berusaha apapun untuk menyelamatkan adikku yang diberi nama Shafiyyah Ulfa.
Meski adik kecilku harus melewati berkali-kali operasi hingga akhirnya lubang di perutnya tertutup. Dan hal itu tentu saja membuat kami semua bahagia dan sungguh bersyukur.
Namun di balik itu semua satu per satu aset berharga milik keluarga kami terpaksa harus di jual. Rumah, mobil, perhiasaan, dan beberapa investasi ayah di desa harus rela dijual untuk membiayai pembedahan demi pembedahan untuk menyelamatkan Shafiyyah.
Meski harus kehilangan itu semua, tapi akhirnya kami bisa berkumpul bersama.
Satu hal yang bisa kupelajari saat melihat apa yang dilakukan ayah dan bundaku, semua yang kita miliki saat ini hanyalah titipan dari Tuhan dan Ia berhak mengambilnya kembali kapan saja dan dengan cara apapun.
Kehilangan sebagian besar harta yang kami miliki tentu membawa perubahan bagi kehidupan keluargaku. Kami harus bersabar tinggal di rumah kontrakan kecil yang hanya memiliki 1 kamar untuk kami tempati berempat. Tak ada lagi mobil yang akan melindungi dari terik matahari atau hujan ketika diperjalanan. Serta bunda harus merelakan pekerjaannya untuk fokus mengurus adikku, Shafiyyah.
Satu hal yang luput dari perkiraanku, ternyata sebentar lagi aku juga akan merasakan dampak dari perubahan ini secara langsung.
Dunia sebentar lagi akan menampakkan dirinya yang sebenarnya padaku.
⚘⚘⚘⚘⚘ To be continue ⚘⚘⚘⚘⚘
Setiap hari dunia ini akan terus berubah, dunia akan terus bergerak tanpa peduli apakah kau bisa mengimbanginya atau tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Andropist
tulisannya rapi keren. Diksinya bagus
2022-08-01
1
🦋⃟💎⃞⃟𝘼𝙇𝚏𝚒𝐞𝐞𝐫𝐚.༄㉿ᶻ⋆ ❤
baru...hadirr thorr
2022-08-01
2
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
semangat
2022-07-29
2