Dalam menjalani hidup, fisik dan mental akan menjadi taruhannya.
Sebab kau tidak hanya akan dihadapkan pada keadaan mudah dan menyenangkan saja.
Tuntutan hidup yang berat juga banyak yang harus kau hadapi dan membebani jalanmu.
Cukup pahami setiap makna dari apa yang kau lakukan, meski tidak membantu setidaknya dengan begini kau akan sedikit mengurangi bebanmu.
⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
Kehilangan sebagian besar harta yang kami miliki tentu membawa perubahan besar bagi kehidupan keluargaku.
Kami harus bersabar tinggal di sepetak rumah kontrakan kecil yang hanya memiliki 1 kamar untuk kami tempati berempat.
Tak ada lagi kendaraan beroda empat yang akan melindungi dari terik matahari atau derasnya air hujan ketika diperjalanan.
Serta bunda harus merelakan pekerjaan yang sangat Ia cintai untuk fokus mengurus adik kecilku, Shafiyyah.
Waktu berlalu dengan sangat cepat, tak terasa sudah setahun berlalu, dan kami bersyukur karena masih bisa bertahan melewati kerasnya kehidupan.
Ditengah-tengah segala usaha kami untuk beradaptasi dengan hidup kami yang baru, aku bersyukur karena kehangatan, cinta, dan kasih sayang di keluarga kami tidak berubah.
Tidak bisa ku pungkiri, meski aku masihlah anak kecil, namun aku sungguh merasa prihatin dengan kondisi keluargaku saat ini, bersamaan dengan prihatin pada diriku sendiri yang tidak bisa membantu apapun.
Bunda yang tak lagi mengajar sebagai guru, setiap harinya harus rela terbangun pukul 2 dini hari untuk membuat kue yang nantinya akan aku jajakan dengan berkeliling di sekitar wilayah tempat tinggal kami yang baru.
Saat ini aku sedang menikmati masa libur sekolah.
Ya.... Sebelum nantinya dalam beberapa hari ke depan aku akan kembali bersekolah, “Ahh, aku sudah tak sabar ingin kembali bersekolah dan bertemu dengan teman-temanku,” batinku.
“Kue.... Kue.... Kue....”
Aku kembali berteriak, berjalan memasuki gang satu dan gang yang lainnya untuk membantu Bunda menjajakan kue jualannya.
Sepertinya aku sudah berjalan cukup jauh, karena kini aku sudah tiba di area taman yang berada di kawasan perumahan tempat tinggalku yang dulu.
Senyum di wajahku mengembang, ketika melihat teman-temanku di perumahan yang lama sedang bermain dengan riangnya di taman.
Ku lihat mereka ada yang berlarian, ada juga yang kejar-kejaran, bermain seluncuran, ayunan, dan papan jungkat-jungkit.
Senyumku terbit tanpa ada perintah saat membayangkan masa-masa dulu juga aku paling suka bermain ayunan.
"Hai, teman-teman...." Sapaku dengan ceria seperti Sherina yang dulu, tanpa beban.
Namun aku harus menelan kekecewaan saat mereka menolak bermain denganku
"Apa salahki?" batinku.
“Maaf yah, kami gak mau tuh bermain sama gembel. Mending kamu pergi sana, dan jangan datang lagi ke taman ini karena kamu tidak lagi tinggal di sini, pergi sana!”ucap!! Siska!.
“Dasar gembel, husss....husss,” sambungnya diikuti oleh anak lainnya.
Meski hatiku sakit karena diusir oleh mereka yang dulunya mengaku sebagai temanku, tapi rasa syukurku jauh lebih besar dari itu.
Aku jadi tahu jika mereka tidak benar-benar ingin berteman denganku.
⚘⚘⚘⚘⚘
Dengan kondisi perekonomian keluarga kami yang terus menerus menipis, mengharuskan Ayah untuk bekerja lebih ekstra lagi.
Ayah harus pulang lebih lama dari biasanya, karena setelah mengajar di sekolah, beliau masih harus mengajar lagi di beberapa tempat kursus, juga memberikan bimbingan belajar secara privat.
Namun semua hal itu tidak serta merta membuatku dan Bunda mengubah kebiasaan kami. Aku dan bunda akan selalu bersemangat menanti kedatangan pria yang kami cintai.
Pria yang menjadi cinta terakhir bagi bunda, dan pria yang menjadi cinta pertama untukku.
Ayah dan Bunda mengajariku untuk mensyukuri apapun yang terjadi dalam hidupku.
Tiap malam sebelum aku terlelap di atas kasur tipis beralaskan tikar, tak akan pernah lupa untuk berdoa pada sang pencipta,
“Ya Tuhan, aku selalu mensyukuri semua nikmat yang Engkau berikan. Tapi jika masih boleh meminta, aku mohon pada-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Esa, berilah perlindungan-Mu pada kedua orang tuaku,” pintaku.
“Saat ini aku belum bisa melakukan apapun untuk membahagiakan keduanya, jadi ku mohon lindungilah mereka hingga nanti tiba saatnya aku bisa membalas jasa-jasa ayah dan bundaku,” lanjutku masih dengan kedua tangan yang menengadah.
Aku tak ingin meminta apapun lagi saat ini, aku takut Tuhan marah jika aku meminta terlalu banyak pada-Nya, Tuhan Yang Maha Baýik.
⚘⚘⚘⚘⚘
Hari ini adalah hari pertama aku mulai bersekolah kembali sebagai murid di Al-Fatih Elementary School.
Dengan menaiki motor dinasnya, ayah mengangarkanku ke sekolah.
Senyumku mengembang tatkala kini aku berada di depan kelasku yang baru.
“Selamat pagi....” Sapaku ceria seperti sebelumnya.
Deg!
Tiba-tiba saja aku merasa ada yang berbeda, ketika teman-temanku tak membalas sapaanku seperti biasanya.
Bahkan tak sedikit dari mereka yang berbisik-bisik sambil melihat kedatanganku. Kupindai wajah temanku satu per satu, meski tak banyak tapi ada beberapa wajah yang baru pertama kali ku lihat.
“Hei, berani sekali kau sekolah di sini? Di sini bukan sekolah untuk gembel sepertimu,” suara seorang anak perempuan berteriak padaku.
“Soraya dan Elena,” lirihku.
Mereka berdua adalah temanku sejak di Kindergarten. Entah mengapa, sejak dulu mereka selalu saja bersikap ketus padaku.
Tak ingin membuat keributan, aku memilih untuk mengacuhkannya saja dan terus melangkah tanpa menghiraukan ucapan keduanya
“Dasar gembel, miskin, jangan duduk sini,” bentak Soraya padaku.
Bahkan Soraya menarik rambut panjangku yang pagi tadi telah ditata oleh Bunda.
Aku segera meremas kuat tangan Soraya hingga Ia mengaduh dan menjauhkan tanganya dari rambutku.
Apalagi samar-samar aku mendengar jika Soraya menghina adikku, Shafiyyah.
“Kenapa hanya adikmu saja yang cacat, harusnya kamu juga cacat, biar kalian sekeluarga menjadi keluarga cacat yang miskin,” hinaan Soraya yang emosi.
Teman-teman mulai berdatangan mengerubungi kami bertiga, mengundang perhatian guru.
Dan hari itu adalah pertama kalinya ayah menemui guruku karena alasan aku bertengkar dengan temanku.
Keanehan kembali terjadi, yang seharusnya dihukum adalah aku sebab aku yang bertengkar. Namun pada kenyataannya yang mendapat teguran tertulis adalah ayah. Lucu bukan?
Dan hal itu terus terjadi keesokan harinya, saat Soraya memfitnahku, mengatakan jika aku mengganggunya. Teman-teman lain yang harusnya menjadi saksi memilih bungkam. Dan berakhir kembali ayah mendapat teguran lisan. Kejadian itu terus berulang hingga akhirnya aku memilih untuk mengalah.
Aku, diusiaku yang baru 7 tahun, kini mulai paham jika kekuasaan ternyata bisa membeli sebuah kebenaran.
⚘⚘⚘⚘⚘⚘
Sejak saat itu, aku akhirnya setuju untuk mengikuti semua perintah Soraya. Aku menjadi korban bullying baik secara verbal atapun fisik olehnya
Aku mengerjakan semua tugas sekolah Soraya dan Elena tanpa mengeluh.
Keduanya juga kerap kali dengan sengaja melukai fisikku, seperti memintaku menjambak rambutku ketika tanpa sengaja Bunda menatanya dengam model yang sama seperti milik Soraya.
Aku juga sering dipermalukan oleh Soraya. Suatu hari dia dengan sengaja mencoret-coret wajahku dengan spidol hingga seharian itu aku terus ditertawakan oleh teman-teman yang lain. Bahkam aku harus telat pulang ke rumah sebab harus membersihkan wajahku di sebuah mesjid yang tak jauh dari rumah kontakan kami sekeluarga.
Hingga pada saat hari kelulusan tiba, selama 6 tahun aku diam dan menyembunyikan semuanya. Tapi aku sudah bertekad jika hari ini aku akan jujur pada Bunda dan Ayah. Aku tak sanggup lagi jika terus bersekolah di Al-Fatih.
Belum saja niatku kulakukan, kini aku sudah berada di dalam toilet dengan pintu terkunci. Aku yakin jika Soraya yang melakukannya. Sudah beberapa jam tapi tak ada yang menolongku, suaraku sudah serak karena terus berteriak meminta tolong. Perutku lapar dan tenggorokanku kering.
Lalu tiba-tiba,
Ceklek!
Pintu terbuka.
Aku ditolong oleh seorang anak laki-laki yang tak ku kenali. Ia membatuku bejalan ke sebuah kursi yang tak jauh dari toilet.
Ia segera memberiku botol minum miliknya, botol berwarna biru dengan gambar robot warna merah.
“Minumlah,” ucapnya.
Aku mengangguk dan langsung meneguk untuk menghilangkan dahagaku.
Mungkin karena tanganku bergetar, hingga anak itu lagi- lagi membuka tasnya dan kini mengeluarkan kotak bekal dengan motif yang sama.
“Makanlah,” ucapnya singkat.
Kali ini aku ragu, tapi anak itu mengambil sepotong sandwich dan menyuapkannya ke mulutku.
Mau tak mau aku akhirnya mulai memakan sandwich itu.
“Terimakasih, namaku Sherina,” ucapku.
“Sama-sama. Aku tahu namamu Sherina, tapi aku lebih suka memanggilmu nana,” balasnya.
“Kamu mengenalku? Aku bahkan merasa baru pertama kali melihatmu,” ucapku jujur.
“Mungkin kamu tidak pernah melihatku, tapi aku sudah bosan melihatmu terus di bully. Aku harus pergi,” ucap anak itu lalu Ia berdiri dan memakai membali tasnya.
“Ingat pesanku yah nana, jika tak ingi terus di bully maka kamu harus hilangkan apa penyebabnya mereka bertingkah semaunya padamu,” ucapnya kemudian melangkah pergi tanpa menjelaskan apa maksudnya.
⚘⚘⚘⚘⚘
Bagai takdir yang memang mengizinkanku hidup untuk terus menerima penyiksaan dan penghinaan, aku terpaksa mengurungkan niat untuk jujur pada ayah dan bunda mengenai pembullyan yang aku terima di sekolah.
Pasalnya saat pulang ke rumah sore itu, Bunda dengan wajah berseri-seri menyambutku dan mengabarkan jika aku kembali diterima untuk bersekolah di Al-Fatih Junior High School.
Tak ingin mengecewakan bunda, aku terpaksa menerimanya.
“Aku pasti kuat, 6 tahun sudah kulalui, kali ini aku juga pasti bisa,” tekadku.
Semalaman aku sudah memikirkan apa maksud anak laki-laki itu.
Dan setelah berpikir keras, di sinilah aku sekarang.
Di depan cermin aku mulai mengubah penampilanku.
Soraya seringkali menghinaku jelek, meski kenyataannya aku lebih cantik darinya. Hingga akhirnya Aku memutuskan untuk bersembunyi di balik pakaiaan kebesaran, kacamata tebal, dan rambutku yang tak akan pernah ku gerai lagi.
Inilah aku yang baru, aku bukan lagi Sherina, tapi aku adalah Nana.
⚘⚘⚘⚘⚘ to be continue ⚘⚘⚘⚘⚘
...Dunia tidak akan pernah dan tidak butuh izin untuk bergerak maju, jadi jangan sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia tanpa pernah berhasil mendapatkan hal berharga darinya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
vania
inilah kenyataan yag sering terjadi saat kita berada diatas banyak orang yg ingin berteman tapi ketika kita dibawah mereka berbondong² menjauh
2022-07-08
1
Megantrow
Ayo Nanti kamu bisa melawan mereka nak😍😍
2022-07-08
0
🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅
yang kuat buat sherina
biarlah mereka melakukan apa yg mereka mau dia iri melihat kamu cerdas
kadang juga ada yg iri melihat ke cerdas seseorang dengan melakukan segala cara supaya gk betak di sekolah
2022-07-08
0