Adukan semua bahagia dan deritamu pada Tuhan, lewat doa dalam setiap sujudmu.
Adukan semua masalahmu pada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Penyayang akan mengabulkan semua permintaanmu di waktu yang tepat.
Tak perlu risau, sebab Tuhan telah berjanji, tak pernah sekalipun Ia ingkar atau berkhianat.
Sekarang, melangkahlah maju dengan pasti, sementara kepastian itu kau gantungkan pada-Nya.
⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
# Sherina POV #
Aku berterimakasih pada Tuhan yang telah memberiku banyak pelajaran dari apa yang telah terjadi. Sekarang aku sudah mantap untuk selalu menggantungkan semua hal yang terjadi di hidupku hanya pada-Nya, Sang Pemilik Kehidupan.
Saat semua mulai terasa berat ketika aku kehilangan orang yang berarti di hidupku, saat semangatku untuk melanjutkan hidup perlahan menghilang, terlebih saat semua orang yang kuharap mampu menghapus air mataku mulai pergi menjauh
Saat itu aku menyadari jika hanya Tuhan yang akan selalu ada sebagai tempatku bersandar,
Sekarang aku tak akan takut lagi, meski tak ada lagi orang yang peduli padaku, atau tak ada lagi orang yang akan menatap padaku karena kondisi kehidupanku yang kini sulit.
Aku hanya akan mengadu pada-Nya dalam setiap doaku dan terus melangkah dalam keadaan apapun diri maupun perasaanku.
Aku yakin setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk bahagia.
Akupun juga begitu, aku yakin suatu saat nanti akan mendapatkan kebahagaian melebihi kebahagiaan yang dulu pernah kurasakan..
Aku hanya perlu bersabar, menanti Tuhan menentukan waktu yang tepat untuk mengabulkan doaku.
⚘⚘⚘
Dan kurasa ini adalah awal dari buah kesabaranku.
Sudah satu bulan sejak aku pertama kali berada di Yogyakarta. Berada jauh dari Bunda, apalagi Ayah dan Shafiyyah.
Meski tak mudah, namun selama ini aku sudah berhasil menyambung
hidupku dari hari ke hari. Tak ada sedikitpun penyesalan kurasakan, yang ada
hanyalah besarnya rasa syukur atas semua yang telah terjadi dalam hidupku.
Bisa sampai di kota inipun rasanya sebuah keajaiban, berawal dari sebuah foto yang kutemukan pada dompet Ayah, yang akhirnya membawaku dan Bunda bertemu dengan Bibi Wita. Keputusanku untuk berada di sini juga tak luput dari peran Bibi Wita.
Disinilah aku sekarang, sedang menanti hasil dari ujian penerimaan mahasiswa baru lewat jalur beasiswa yang sebulan lalu ku ikuti.
Tak hentinya aku berjalan bolak-balik bagai sebuah setrikaan di dalam sebuah gudang milik salah satu Universitas swasta yang terkenal di Kota Yogyakarta, yang tak lain adalah calon kampusku, “Aamiin,” batinku.
Setelah pertemuan pertamaku dengan Mbok Yati dan aku menyatakan keseriusan dan kesanggupanku untuk menggantikannya sebagai cleaning service di Kantor Universitas, hanya berselang 3 hari, Mbok Yati kembali menemuiku.
Beliau menyampaikan kabar gembira jika pihak kampus menerima aku bekerja di sana. Dan sejak hari itu aku bukan lagi seorang pengangguran, aku sudah memiliki pekerjaan, ditambah bonus sebuah tempat tinggal bekas Mbok Yati, yang berada di gudang kampus. Lihatlah, bukti Tuhan tak pernah meninggalkanku dan Tuhan selalu mengabulkan doaku.
Trrinnggg
Terdengar bunyi dari ponselku, tanda ada pesan yang masuk.
Tanganku bergetar, kurasakan peluh membanjiri keningku dan kuyakin jika ini semua bukan karena gudang yang panas melainkan karena aku yang tiba-tiba saja dilanda kegugupan yang luar biasa.
Seminggu sebelumnya, aku sudah memiliki rencana, jika harus mengalami skenario terburuk aku yang gagal dalam tes.
Aku akan tetap bekerja sebagai cleaning service di kampus ini, dan mencari pekerjaan tambahan di sela-sela waktu kerjaku di kampus.
Semua masih mungkin, sebab jam kerja di kampus yang hanya sebentar, 2 jam pagi hari dan 2 jam di sore hari saat semua dosen sudah pulang.
“Rencana yang bagus Sherina,” pujiku pada
diri sendiri.
Sepuluh menit aku memantapkan hatiku hingga akhirnya aku mulai membaca apa isi pesan yang pada nama pengirimnya tertera nama calon kampusku, “Aamiin,” batinku.
“Selamat, peserta ujian dengan nomor tes 2022.01.0067XXX-8 atas nama Sherina Kanza, dinyatakan Lulus dalam ujian penerimaan mahasiswa Universitas Nusantara dengan jalur beasiswa.”
“Alhamdulillah, Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah,” batinku mengucap syukur pada yang Maha Kuasa.
Sekali lagi Sang Pencipta menunjukkan kuasa-Nya pada hidupku, Tuhan kembali mengabulkan doaku.
Rasanya aku ingin berteriak, dadaku sesak tapi bukan sesak yang menyakitkan. Kuatur hembusan napasku agar aku bisa merasa lebih tenang. Meski kini degupan jantungku sudah kembali normal, namun linangan air mataku masih saja tak berhenti.
“Pada siapa aku harus berbagi berita luar biasa ini?” batinku.
“Naila, ya Naila,” gumamku bersemangat.
Segera kuhubungi Naila melalui panggilan video pada sebuah aplikasi yang ada di ponselku.
Tuut…. Tuut… Tuut….
“Sherina,”
Terdengar suara Naila yang sangat bersemangat, selaras dengan wajah cantiknya yang kini tengah tersenyum manis .
“Naila, bagaimana kabarmu?” tanyaku, namun tak ada jawaban dari Naila.
“Nai…. Naila…. Kau masih di sana?” panggilku sekali lagi. Pasalnya dari layar ponselku, nampak wajah cantik Naila dengan kening yang mengernyit.
“Kau… Kau… Kau Sherina kan? Kau Sherina sahabatku kan?” tanyanya memastikan.
Pertanyaan Naila sukses membuatku semakin bingung.
“Tentu saja ini aku!” Jawabku.
“Memangnya sekarang kau sudah memiliki sahabat lain lagi yang juga bernama Sherina?” lanjutku.
Kulihat dari layer ponselku, gadis itu menggeleng dengan satu tangan menutup mulutnya.
“Tentu saja hanya kau, tapi ternyata kau benar-benar cantik Sherina. Kupikir malam promnight, kau tampil sangat cantik karena hasil kerja keras dari penata rias. Nyatanya aslinya kau memang sangat cantik Sherina,” ucap Naila jujur.
“Astaga, aku melupakan kacamataku,” batinku.
“Hei, kenapa kau malah melamun? Tenanglah, aku tak akan menuntutmu untuk cerita jika kau masih belum ingin,” ucap Naila seolah mengerti apa yang kini kupikirkan.
“Sekarang, beritahu aku ada apa? Apa ada yang bisa kubantu?” lanjutnya.
“Nai, maaf…. Aku janji suatu saat akan cerita padamu semuanya,” sesalku yang dibalas decakan oleh Naila.
“Naila….. Minggu depan aku sudah mulai berkuliah, Aku lulus seleksi Naila,” ujarku dengan sangat bersemangat.
“Wah, Sherina selamat… Aku memang tak pernah ragu padamu. Aku sudah yakin jika kamu pasti akan lulus, tapi tetap saja aku ikut bahagia mendengarnya,” ucap Naila tak kalah bersemangatnya denganku.
Malam itu, suasana kamarku a.k.a gudang tidak sesepi biasanya. Aku dan Naila mengobrol sepanjang malam, entah siapa diantara kami yang lebih dulu tertidur namun saat terbangun di pagi hari ponselku kehabisan daya.
⚘⚘⚘
Salah satu pagi terindah di 18 tahun hidupku.
Aku sangat bersemangat pagi ini, saat mandi, berpakaian, hingga saat aku mengepang rambutku, aku tak hentinya bersenandung. Mulai dari lagu milik Justin Bieber berjudul never say never yang menjadi soundtrack film The Karate Kid, hingga lagu dangdut milik Siti Badriah sudah aku lantunkan bak sedang konser di panggung yang megah.
Hari ini adalah hari liburku, dan sudah jejak jauh-jauh hari aku berencana untuk mengunjungi Bunda dan juga Ibu Ayu di Balai Rehabilitasi. Selesai dengan dandanan culunku, segera aku berjalan dengan riang melewati koridor.
Sepertinya belum ada orang lain di kampus,
pikirku. Aku lalu melangkah menirukan langkah seorang ballerina. Senyumku merekah ketika membayangkan wajah cantik Bunda, “Bunda, aku kangen…. Tunggu aku segera datang.”
Langkahku terhenti ketika ku sadari ternyata aku salah, aku tidak sendiri di kampus ini, “Sejak kapan pria ini berdiri di sini? Apa dia melihat
semua aksiku tadi?” batinku.
Karena malu akhirnya aku berjalan sembari menunduk ketika harus berpapasan dengannya.
“Siapa dia? Aku baru pertama kali melihatnya. Mahasiswa yang rajin,” batinku.
⚘⚘⚘
Di tengah perjalanan menuju Balai Rehabilitasi, aku melihat ada pedagang kaki lima yang menjajalkan jenang.
Jenang adalah salah satu jajanan khas Jawa
yang dibuat dari tepung beras atau ketan yang dimasak dengan santan dan ditambahkan gula merah atau gula putih.
Dan yang paling penting, Bunda sangat menyukainya.
Aku memutuskan untuk turun dari mobil angkutan dan berjalan kaki menuju pusat rehabilitasi, setelah aku membeli jenang di seberang jalanku kini.
Menengok ke kiri dan kanan sebelum mulai menyebrang jalan, namun jika musibah akan menimpa maka tak ada lagi yang bisa kulakukan untuk menghindarinya.
Tiba-tiba saja entah dari mana datangnya, sebuah mobil mewah berwarna merah melaju kearahku dengan kecepatan tinggi. Aku yang terkejut hanya bisa mematung ditempatku, seolah pasrah jika ini adalah cara hidupku berakhir.
Brrraaaaakkk.
Bunyi mobil yang menabrak tiang rambu lalu lintas mengejutkanku.
“Astaga, mobilnya…..” pekikku.
Segera aku berlari menghampiri mobil yang mulai mengeluarkan kepulan asap dari kap bagian depan mobil.
Saat kulihat seorang pria turun dari mobil itu, segera aku menghampirinya. Kuraih kedua tangannya sambil berlutut memohon maaf,
“Maaf… Maafkan aku jika karena aku yang menyebrang jalan hingga mobil Anda menabrak tiang. Ku mohon maafkan aku, tapi sungguh aku tak mampu jika harus mengganti rugi kerusakan mobilmu.” Ucapku jujur tanpa basa-basi.
Ditengah kepanikanku akan kondisi mobil yang hampir saja menabrakku, ku lirik pria yang sedang ku genggam tangannya kini menatapku dengan tatapan aneh.
“Hai, aku Harsya,” ucapnya, “Kamu baik-baik saja kan?” tanyanya.
⚘⚘⚘ To be continue ⚘⚘⚘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ℛ⃟◦⁷𝔅𝔞𝔦𝔟𝔞𝔦🃁⃟❧C͜͡R7🎯™
akhirnya lulus whoaaa
2022-07-11
2
vania
semoga ini kebahagiaannya nana
2022-07-09
1
Megantrow
apaa yg dirumah sakit itu harsya bukan pasya
2022-07-08
2